Drama peperangan tersirat di balik baling-baling pesawat yang ditemukan nelayan Desa Campurejo, Kecamatan Panceng, Gresik. Pesawat pengintai Belanda itu jatuh di perairan sekitar Madura saat Bandara Morokrembangan Surabaya sedang dibombardir pasukan Jepang.
Seperti diketahui, serpihan pesawat berupa mesin dan baling-baling diduga merupakan pesawat pengintai jenis Dornier Do-24 K-1 bernomor lambung X-29 yang jatuh pada 11 Februari 1942. Dugaan ini dikuatkan dengan keterangan di mesin pesawat yang ditemukan Komunitas Roode Brug Soerabaia.
"Berdasarkan name plate yang ditemukan, khususnya pada motor type tertulis 'DO 24'. Maka diperkirakan mesin pesawat ini milik Dornier Do-24 K-1 bernomor lambung X-29 yang jatuh di perairan utara Surabaya," ujar Pegiat Komunitas Roode Brug Soerabaia Ady Setiawan, Selasa (25/7/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir dari situs Aviaton Safety Network, insiden jatuhnya pesawat Do-24 K-1 bernomor lambung X-29 itu dikisahkan oleh keponakan dari Letnan Penerbang PLG Paul Adriani, komandan pilot kapal terbang X-29 yang meninggal dalam insiden jatuhnya pesawat tersebut.
"Cerita ini berdasarkan kesaksian Kopral AJC Brekelmans, dia adalah prajurit penembak di kapal X-29 yang selamat dari insiden tersebut," ujar Michael Klaversteijn, keponakan Adriani dikutip detikJatim, Rabu (26/7/2023).
Pesawat X-29 adalah satu dari sejumlah pesawat jarak jauh Dornier Do-24 K-1 milik Angkatan Laut Belanda (MLD) yang secara khusus dibangun di bawah pengawasan Belanda oleh pabrik Jerman Dornier di Swiss.
Pesawat X-29 itu memiliki 3 mesin besar yang seharusnya sangat ramah dengan pendaratan di laut dan mampu terbang patroli panjang di kepulauan yang luas. Enam orang awak termasuk Adriani dan Brekelmans telah dilatih secara khusus untuk ditugaskan dengan pesawat itu.
![]() |
Michael menceritakan bahwa para awak pesawat itu telah melalui konfrontasi dengan pasukan Jepang di Kalimantan hingga pesawat X-29 mengalami kerusakan cukup parah. Pesawat itu telah mengalami perbaikan dan perombakan besar-besaran pada awal Februari 1942.
Namun, setelah mengalami kondisi perang yang dahsyat untuk mempertahankan Hindia Belanda dari Jepang, para awak pesawat X-29 itu kelelahan. Sementara serangan dari Jepang secara bertubi-tubi terus terjadi.
Robert A. Kingsley seorang penulis Belanda-Kanada yang sempat melakukan penelitian tentang Perang Pasifik, terutama Kampanye Hindia Belanda pada 1941-1942 menulis catatan yang cukup detail soal penyerangan Bandara Morokrembangan sebelum pesawat Dornier Do-24 jatuh di perairan Madura.
"Antara 8 hingga 25 Februari, 9 serangan udara Jepang menghancurkan pangkalan utama MLD di Morokrembangan, Surabaya. Itu adalah pangkalan angkatan laut terbesar dan terlengkap di dunia," demikian tulis Kingsley di blognya bertajuk 'The Java Gold Blog'.
Kingsley menggambarkan betapa lengkapnya armada perang yang ada di pangkalan utama Morokrembangan saat itu. Dia sebutkan saat itu MLD memiliki 73 kapal terbang modern yang beroperasi termasuk pesawat operasional dan suku cadang.
"Jumlah armada MLD ini sangat besar, bahkan hampir dua kali lipat dari total gabungan armada milik Inggris dan Amerika," demikian kata Kingsley menerangkan betapa lengkapnya Pangkalan Utama Morokrembangan yang dihancurkan Jepang saat itu.
Misi evakuasi tawanan Jepang di Banjarmasin. Baca di halaman selanjutnya.