Pesawat Dornier Do-24 Jatuh Saat Bandara Morokrembangan Dibombardir Jepang

Pesawat Dornier Do-24 Jatuh Saat Bandara Morokrembangan Dibombardir Jepang

Jemmi Purwodianto - detikJatim
Kamis, 27 Jul 2023 09:05 WIB
Pesawat Dornier Do-24 ketika masih menjadi pesawat pengintai andalan Belanda.
Kru pesawat Dornier Do-24 yang difoto di Morokrembangan pada 1941. (Foto: Sumber Royal Dutch Navy/Robert A. Kingsley)
Surabaya -

Drama peperangan tersirat di balik baling-baling pesawat yang ditemukan nelayan Desa Campurejo, Kecamatan Panceng, Gresik. Pesawat pengintai Belanda itu jatuh di perairan sekitar Madura saat Bandara Morokrembangan Surabaya sedang dibombardir pasukan Jepang.

Seperti diketahui, serpihan pesawat berupa mesin dan baling-baling diduga merupakan pesawat pengintai jenis Dornier Do-24 K-1 bernomor lambung X-29 yang jatuh pada 11 Februari 1942. Dugaan ini dikuatkan dengan keterangan di mesin pesawat yang ditemukan Komunitas Roode Brug Soerabaia.

"Berdasarkan name plate yang ditemukan, khususnya pada motor type tertulis 'DO 24'. Maka diperkirakan mesin pesawat ini milik Dornier Do-24 K-1 bernomor lambung X-29 yang jatuh di perairan utara Surabaya," ujar Pegiat Komunitas Roode Brug Soerabaia Ady Setiawan, Selasa (25/7/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dilansir dari situs Aviaton Safety Network, insiden jatuhnya pesawat Do-24 K-1 bernomor lambung X-29 itu dikisahkan oleh keponakan dari Letnan Penerbang PLG Paul Adriani, komandan pilot kapal terbang X-29 yang meninggal dalam insiden jatuhnya pesawat tersebut.

"Cerita ini berdasarkan kesaksian Kopral AJC Brekelmans, dia adalah prajurit penembak di kapal X-29 yang selamat dari insiden tersebut," ujar Michael Klaversteijn, keponakan Adriani dikutip detikJatim, Rabu (26/7/2023).

ADVERTISEMENT

Pesawat X-29 adalah satu dari sejumlah pesawat jarak jauh Dornier Do-24 K-1 milik Angkatan Laut Belanda (MLD) yang secara khusus dibangun di bawah pengawasan Belanda oleh pabrik Jerman Dornier di Swiss.

Pesawat X-29 itu memiliki 3 mesin besar yang seharusnya sangat ramah dengan pendaratan di laut dan mampu terbang patroli panjang di kepulauan yang luas. Enam orang awak termasuk Adriani dan Brekelmans telah dilatih secara khusus untuk ditugaskan dengan pesawat itu.

Pesawat Dornier Do-24 ketika masih menjadi pesawat pengintai andalan Belanda.Pesawat Dornier Do-24 sebagai pesawat pengintai andalan Belanda. (Istimewa/Dok. thejavagoldblog.wordpress.com)

Michael menceritakan bahwa para awak pesawat itu telah melalui konfrontasi dengan pasukan Jepang di Kalimantan hingga pesawat X-29 mengalami kerusakan cukup parah. Pesawat itu telah mengalami perbaikan dan perombakan besar-besaran pada awal Februari 1942.

Namun, setelah mengalami kondisi perang yang dahsyat untuk mempertahankan Hindia Belanda dari Jepang, para awak pesawat X-29 itu kelelahan. Sementara serangan dari Jepang secara bertubi-tubi terus terjadi.

Robert A. Kingsley seorang penulis Belanda-Kanada yang sempat melakukan penelitian tentang Perang Pasifik, terutama Kampanye Hindia Belanda pada 1941-1942 menulis catatan yang cukup detail soal penyerangan Bandara Morokrembangan sebelum pesawat Dornier Do-24 jatuh di perairan Madura.

"Antara 8 hingga 25 Februari, 9 serangan udara Jepang menghancurkan pangkalan utama MLD di Morokrembangan, Surabaya. Itu adalah pangkalan angkatan laut terbesar dan terlengkap di dunia," demikian tulis Kingsley di blognya bertajuk 'The Java Gold Blog'.

Kingsley menggambarkan betapa lengkapnya armada perang yang ada di pangkalan utama Morokrembangan saat itu. Dia sebutkan saat itu MLD memiliki 73 kapal terbang modern yang beroperasi termasuk pesawat operasional dan suku cadang.

"Jumlah armada MLD ini sangat besar, bahkan hampir dua kali lipat dari total gabungan armada milik Inggris dan Amerika," demikian kata Kingsley menerangkan betapa lengkapnya Pangkalan Utama Morokrembangan yang dihancurkan Jepang saat itu.

Misi evakuasi tawanan Jepang di Banjarmasin. Baca di halaman selanjutnya.

Angkatan Laut Belanda atau MLD mengalami kerugian yang meningkat di darat dan di udara imbas serangan bertubi-tubi oleh Jepang. Termasuk hancurnya pangkalan utama mereka di Morokrembangan. Meski demikian, seperti dikisahkan Michael Klaversteijn, MLD tetap melakukan misi penyelamatan.

Pada 10 Februari 1942 pagi, Banjarmasin telah sepenuhnya diduduki oleh ratusan pasukan darat Jepang. Sejumlah personel pasukan Belanda yang berada di bawah komando Letnan Kolonel Halkema membutuhkan bantuan evakuasi.

Hari itu juga MLD memerintahkan Letnan Penerbang PLG Paul Adriani, paman Michael, untuk memimpin operasi penyelamatan dengan pesawat X-29. Misi dilakukan sore hari. Tiga pesawat Dornier Do-24, yakni X-28, X-29, dan X-31 terbang lepas landas menuju Banjarmasin.

Sesuai strategi awal, pesawat itu akan mengevakuasi para tawanan di sekitar pelabuhan Banjarmasin. Ketiga pesawat itu pun harus mendarat di sungai dan melakukan kontak dengan para tawanan di tepi sungai.

Namun, komandan Adriani yang menaiki pesawat X-29 tidak melihat tanda-tanda dari para tawanan. Adriani dan anak buahnya justru melihat senapan mesin berat milik Jepang yang telah bersiap menghancurkan pesawat musuh.

Pesawat Dornier Do-24 ketika masih menjadi pesawat pengintai andalan Belanda.Pesawat Dornier Do-24 saat masih menjadi pesawat pengintai andalan Belanda. (Istimewa/Dok. thejavagoldblog.wordpress.com)

"Dengan segera X-29 naik ke awan monsun dan lolos dari penembakan. Namun, X-29 terkena groundfire, kapal terbang itu mengalami kerusakan yang tidak diketahui," ujar Michael mengutip kesaksian Brekelmans.

Sekitar pukul 22.00 malam, pesawat X-29 tiba di perairan dekat pulau Madura. Namun, 2 dari 3 mesin besar pesawat itu mati akibat kerusakan yang tidak diketahui hingga pesawat itu kehilangan ketinggian dengan cepat.

Upaya pendaratan darurat pun dilakukan, tapi di tengah lautan yang gelap mendekati dini hari itu pendaratan sulit dilakukan. Pesawat itu menghantam keras permukaan air laut hingga tidak butuh lama mulai tenggelam.

"Meski patah pergelangan tangan, kopral Brekelmans berhasil keluar dari turret ekor. Dia merangkak melewati lambung ke depan dan menemukan komandan Adriani terbaring terluka di laut. Penembak kopral Bert Ostayen juga berhasil keluar dari Dornier yang tenggelam," kata Michael Klaversteijn.

Kedua kopral itu lantas mengeluarkan rakit penyelamatan, membaringkan Paul Adriani yang sudah kesulitan untuk berbicara atau bergerak dan menunggu penyelamatan di hari berikutnya.

Akibat insiden itu, Adriani akhirnya meninggal. Selain adriani, ada 3 awak pesawat lain yang terjebak dalam pesawat yang tenggelam, yakni Sersan pilot Pieter de Ru, Sersan pengamat Jan de Vries, dan prajurit telegraf Kopral Jan Woltjes.



Hide Ads