Wagub Emil Ingatkan Pentingnya Nguri-uri Budoyo demi Bangun Jawa Timur

Wagub Emil Ingatkan Pentingnya Nguri-uri Budoyo demi Bangun Jawa Timur

Faiq Azmi - detikJatim
Senin, 24 Jul 2023 03:03 WIB
Emil Elestianto Dardak saat menghadiri salah satu tradisi Suro di Banyuwangi.
Emil Elestianto Dardak saat menghadiri salah satu tradisi Suro di Banyuwangi. (Foto: Istimewa/dok. Humas Pemprov Jatim)
Banyuwangi -

Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak mengatakan Nguri-uri Budoyo adalah salah satu unsur penting dalam membangun Jawa Timur. Mengingat Jatim adalah daerah yang multidimensi dan multikultur.

"Nguri-uri Budoyo atau melestarikan nilai luhur serta kearifan lokal ini menjadi penting di dalam membangun Jawa Timur, khususnya mewujudkan Nawa Bhakti Satya," ungkap Emil usai menghadiri acara Suran Agung Tapel Adaman di Banyuwangi dalam keterangan tertulis yang diterima detikJatim, Minggu (23/7/2023).

Emil mengatakan bahwa Nguri-uri Budoyo ini selaras dengan Nawa Bhakti Satya yang saat ini semua keberhasilan dan capaiannya banyak disinergikan oleh semua pihak. Salah satunya kegiatan yang dia hadiri di Dusun Tojo Kidul, Desa Tegumuruh, Kecamatan Sempu, Banyuwangi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mantan Bupati Trenggalek itu menjelaskan salah satu Bhakti yang ada pada Nawa Bhakti Satya yakni Jatim Harmoni. Di mana penekanan pada Bhakti ini menjaga harmoni sosial dan alam dengan melestarikan kebudayaan dan lingkungan hidup.

"Nguri-uri Budoyo ini salah satu cara untuk menjaga Jatim tetap harmonis melalui pelestarian budaya yang ada," katanya.

ADVERTISEMENT

Menurutnya, acara Suran Agung Tapel Adaman merupakan salah satu tradisi budaya yang kaya akan nilai-nilai luhur dan kearifan lokal yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.

Di era digital dan modern seperti saat ini, menjaga dan melestarikan budaya serta tradisi adalah tanggung jawab bersama. Oleh karena itu setiap individu harus memahami bahwa warisan budaya.

Pemahaman terhadap warisan budaya itu menurutnya tidak hanya menjadi jembatan pengetahuan dan identitas, tetapi juga sebagai pondasi pembangunan berkelanjutan dan harmonis di masa depan.

"Sebagai masyarakat yang majemuk, kita juga harus terus memperkuat harmoni dan toleransi antarumat beragama dan budaya. Menghormati perbedaan adalah salah satu kunci keberhasilan dalam membangun masyarakat yang inklusif dan berkeadilan," urainya.

Sebagai Informasi, Pada 1912, Raden Mas Djoyo Poernomo mendirikan Purwo Ayu Mardi Utomo sebagai wadah gemblengan spiritual yang berbasis jiwa kebangsaan.

Purwo Ayu Mardi Utomo menjadi penyamaran untuk perjuangan dan diakui belanda karena berbasis spiritual. Saat ini anggota Purwo Ayu Mardi Utomo sebanyak 200 ribu orang dan berkumpul di sini pada bulan Suro atau awal 1 Muharram.




(dpe/dte)


Hide Ads