Diketahui, masalah utama yang sering kali dialami mayoritas pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yakni kurangnya pemahaman mengenai branding. Banyak yang menilai, jika dengan memiliki logo dan label saja, berarti mereka sudah memiliki brand. Namun, rasanya usaha mereka seperti tidak membuahkan hasil.
Oleh karena itu, dalam rangka menjalankan Tridharma Perguruan Tinggi, Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) yang terdiri atas mahasiswa dan Dosen Departemen Manajemen FEB Unair mengadakan pelatihan branding dan public speaking ke para perajin Batik Tin. Tim PKM dari Departemen Manajemen FEB Unair terdiri dari Dr. Yetty Dwi Lestari S.T., MT.; Dian Ekowati, SE, MSi, M.App. Com (Org. Chg), PhD; dan 4 orang mahasiswa Prodi S1 Manajemen.
Saat sambutan pembukaan, Dian menyampaikan bahwa kegiatan pengabdian masyarakat ini merupakan lanjutan dari kegiatan pengabdian masyarakat tahun sebelumnya. Apabila di tahun pertama berfokus pada produksi, maka pada tahun kedua lebih menitikberatkan pada aspek pemasaran.
Menurutnya, saat branding menjadi suatu ide pokok pengenalan pada suatu produk, maka harus ada strategi yang digunakan. Sehingga, menjadi suatu tujuan yang membangun citra positif dan reputasi pada produk agar selalu bagus di mata konsumen.
"Namun, strategi branding ini tidak akan terwujud dengan sempurna jika tidak disertai dengan keahlian menyampaikan gagasan atau public speaking. Ini pastinya sangat penting dalam memasarkan dan menjual suatu produk," kata Dian keterangan tertulis yang diterima detikJatim, Rabu (12/7/2023).
Dian mengatakan, harapan dari pelatihan ini yakni dapat menjadi pondasi pertumbuhan bisnis Batik Tin produksi Kampung Ceria ditinjau dari omzet, aset, dan jangkauan pemasaraan produknya.
Kegiatan yang diadakan di Balai RW 4 Jalan Sumbermulyo ini diikuti 20 perajin batik. Tidak hanya ibu-ibu perajin saja yang ikut, namun juga keluarganya. Hal ini dilakukan karena pada praktiknya, para perajin yang tergolong berskala mikro ini melakukan kegiatan pemasaran dan penjualan tidak sendiri, namun bersama dengan suami atau anaknya.
Dengan diberikan wawasan public speaking, diharapkan keluarga mereka menjadi tim pemasaran yang solid dan terampil berkomunikasi saat melakukan kegiatan promosi.
Sementara itu, Wenti Krisnawati, seorang Master Trainer Public Speaking sekaligus mahasiswa Program Doktor Ilmu Manajemen FEB Unair menjelaskan, dalam melakukan kegiatan promosi produk harus memperhatikan penampilan pembicara dan produk yang akan dipromosikan. Peserta juga dibekali teknik menyampaikan keunggulan produk batik yang dihasilkan dengan jelas, menarik, dan elegan kepada calon pembeli disertai dengan body language yang mendukung.
"Tidak hanya teori saja, masing-masing peserta dilatih maju ke depan umum untuk mempromosikan produk batik tulisnya dengan menerapkan strategi keterampilan berbicara di depan umum," kata Wenti.
Selain itu, John Hardi yang merupakan Dosen Prodi S1 Manajemen memberikan materi tentang branding bagi produk batik. Hardi menyampaikan, bagi bisnis skala kecil, seperti UMKM, branding seringkali diabaikan karena dianggap tidak begitu penting atau bahkan terlalu mahal untuk diimplementasikan.
"Padahal sebenarnya, branding memiliki peran penting untuk memperkuat identitas bisnis dan meningkatkan daya saing di pasar yang semakin kompetitif. Apalagi Batik Tin yang memproduksi batik tulis tergolong masih baru di Surabaya," tutur John Hardi.
Agar kegiatan ini tetap berkelanjutan, pengabdian masyarakat tidak berhenti pada pelatihan saja. Untuk meningkatkan pemasaran produk Batik Tin, maka akan diikuti dengan kegiatan pendampingan perbaikan media sosial terutama Instagram dari Batik Tin Kampung Ceria.
Selama ini, Instagram Batik Tin Kampung Ceria dinilai tidak aktif mengunggah semua aktivitas dan hasil produksi terbaru. Kegiatan pendampingan akan dilakukan selama 1 bulan dan dilakukan oleh mahasiswa yang tergabung pada Himpunan Mahasiswa (HIMA) S1 program studi Manajemen di bawah koordinasi para dosen Tim Pengabdian Masyarakat.
(hil/dte)