Jumlah Perokok Anak di Malang Naik Dipicu Rokok Ilegal dan Vape

Jumlah Perokok Anak di Malang Naik Dipicu Rokok Ilegal dan Vape

Muhammad Aminudin - detikJatim
Kamis, 06 Jul 2023 03:00 WIB
Ilustrasi rokok
Foto: Dok. REUTERS/Christian Hartmann/Illustration
Malang -

Jumlah perokok anak di Kabupaten Malang cukup tinggi. Sepanjang 2022, jumlahnya mencapai 19.318 anak.

Data Dinas Kesehatan Kabupaten Malang mencatat, hasil screening periode Januari-Mei 2023 saja, perokok dengan rentang usia 10 tahun sampai 18 tahun berjumlah 5.624 anak.

Seksi Penyakit Tidak Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Malang Bastamil Anwar Aziz menyampaikan bahwa jumlah perokok anak meningkat setiap tahunnya. Tren itu terjadi sampai wilayah pedesaan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Bastamil, banyak anak-anak di wilayah pedesaan mengonsumsi rokok karena maraknya peredaran rokok ilegal. Sedangkan di perkotaan banyak anak merokok seiring tren rokok elektrik.

"Potensi anak merokok lebih besar, karena harga rokok ilegal maupun rokok elektrik terjangkau," tuturnya kepada wartawan, Rabu (5/7/2023).

ADVERTISEMENT

Di sisi lain, Bastamil menyebut tinggi angka perokok usia anak-anak karena pengaruh lingkungan. Salah satunya adanya anggota keluarga yang menjadi perokok aktif. Sehingga membuat anak-anak meniru kebiasaan orang tuanya.

"Misalnya bermula dari ayah yang menyuruh anak membeli rokok. Kemudian, seiring berjalannya waktu anak tersebut meniru dan menganggap merokok adalah perilaku yang biasa," sebutnya.

Hal buruk lainnya, lanjut Bastamil, adalah lingkungan pertemanan. Dimana, merokok menjadi bagian dari gaya hidup. "Pengaruh teman, jika tidak merokok dianggap tidak kekinian," sambungnya.

Sementara dokter spesialis anak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kanjuruhan dr Nanda Juwita Sp.A menambahkan, bahwa rokok memiliki pengaruh negatif pada kesehatan. Anak-anak yang mengonsumsi rokok sangat rentan terpapar gangguan saluran pernapasan, asma, bronkitis, dan pneumonia.

"Bisa dikatakan itu resiko jangka pendek. Jangka panjangnya bisa menyebabkan kanker, penyakit paru-paru seperti tuberkulosis (TBC), dan batuk yang kunjung sembuh, hingga resiko kematian," imbuhnya terpisah.

Sebagai langkah pencegahan, Nanda menyarankan agar keluarga yang memiliki anak di bawah umur atau ibu hamil menjauhkan dari asap rokok. "Kalaupun ada salah satu keluarga yang merokok, sebaiknya sembunyi-sembunyi," ujarnya.

Sebab, secara medis perokok pasif justru lebih berbahaya daripada perokok aktif, karena asap bisa langsung mencemari udara yang terhirup oleh anak atau ibu hamil.

"Oleh karena itu, jangan merokok di dalam rumah atau ruang tertutup. Tapi di ruang terbuka," jelasnya.

Kemudian, secara psikologis anak-anak yang melihat orang atau keluarganya merokok akan berpotensi meniru. Karena mereka menganggap merokok adalah perilaku yang wajar. "Maka solusi terbaiknya adalah berhenti merokok," tegas Nanda.

Selama ini RSUD Kanjuruhan hampir setiap harinya merawat lima pasien yang diduga akibat terpapar rokok. Seperti gangguan saluran pernapasan, asma, bronkitis, dan pneumonia.

"Namun, kami tidak bisa menjustifikasi penyakit itu akibat paparan rokok. Bisa jadi disertai faktor lain. Seperti tertular dari orang lain, atau sistem kekebalan tubuhnya yang lemah," pungkasnya.




(abq/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads