Fakta-fakta 71 Warga Surabaya Keracunan Olahan Daging Kurban

Fakta-fakta 71 Warga Surabaya Keracunan Olahan Daging Kurban

Hilda Meilisa Rinanda - detikJatim
Minggu, 02 Jul 2023 10:58 WIB
Warga korban keracunan olahan daging kurban di Kalilom, Surabaya.
Warga korban keracunan olahan daging kurban di Kalilom, Surabaya/(Foto: Esti Widiyana/detikJatim)
Surabaya -

Sebanyak 71 warga Jalan Kalilom Lor Indah Gang Seruni 2, Tanah Kali Kedinding, Surabaya keracunan massal. Mereka keracunan usai menyantap olahan daging kurban pada Kamis (29/6) malam dan mulai mengalami gejala esoknya.

Sebelumnya, disebutkan 18 orang yang keracunan. Namun, Kepala Puskesmas Tanah Kalikedinding dr Era Kartikawati meralat data sebelumnya yang disebutkan oleh Camat Kenjeran, Surabaya Yuri Widarko. Ia mengatakan ada 71 warga yang keracunan.

Berikut fakta-fakta 71 warga Surabaya keracunan daging kurban:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Ada 26 Warga yang Keracunan

Diduga, keracunan massal ini terjadi usai warga menyantap olahan daging kurban pada Kamis (29/6) malam, kemudian mengalami gejala pada Jumat (30/6) pagi. Sejumlah warga bahkan sempat dirawat di Puskesmas hingga di rumah sakit terdekat.

"Dari kasus itu ada 71 warga kena. Kemudian yang dirawat di puskesmas 14, 12 kita rujuk ke RS. Ada ke RSUD dr Soewandhie 4, RS Unair 3, Puskesmas Bulak Banteng ada 3, Sidotopo Wetan ada 1. Jumlahnya yang rawat inap ada 26," kata dr Eka saat dihubungi detikJatim, Sabtu (1/7/2023).

ADVERTISEMENT

Dari 71 warga yang keracunan, tidak semuanya dirawat inap. Ada yang menunjukkan gejala tetapi tidak berat sehingga bisa menjalani rawat jalan di rumah masing-masing.

"Kalau total warga yang saat ini di rumah sedang pantauan kami, yang ada gejala tapi tidak berat, sekitar 45 orang. Itu total dari 71 korban. Ada yang berobat jalan tapi posisi di rumah, kami obati saat kami turun kemarin sore," katanya.

2. Alami Mual, Muntah hingga Diare

Dokter Eka menjelaskan, keracunan massal itu bermula dari kegiatan tahunan Idul Adha di kampung warga. Gejala yang dirasakan warga mulai dari mual, muntah, diare, hingga demam. Sehingga sejumlah warga langsung dilarikan ke RS, sejumlah dokter praktik swasta, atau periksa mandiri.

"Puskesmas dapat kabar sekitar pukul 16.00 WIB, kita langsung turun dan mengobati dari rumah ke rumah kemarin sore. Yang kita temukan harus dirujuk langsung kita rujuk, ada yang ke ambulans, ada yang kita rujuk ke puskesmas. Kami stand by di puskesmas. Sampai ini tadi masih ada yang masuk," katanya.

3. Daging Kurban Diambil Sampelnya

Ada pun daging kurban yang diduga sebagai penyebab keracunan massal ini telah diambil sampelnya untuk diuji laboratorium. Pasien yang dirawat juga diambil sampel untuk dikirim ke Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Surabaya.

"Diduga memang dari makanan pada saat acara, karena semua yang makan. Untuk kepastiannya belum, tapi sudah mengambil sampel gule, krengsengan, sate. Sudah dikirim ke BBLK hari ini. Masalah hasilnya kami belum tahu," urainya.

Dokter Eka tidak bisa memastikan kapan hasil pemeriksaan laboratorium terhadap makanan itu akan keluar. Karenanya sampai saat ini dia belum bisa memastikan apa penyebab keracunan tersebut.

Berita selengkapnya di halaman selanjutnya!

4. Eri Pertanyakan Cara Masak Kurang Bersih

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan bahwa keracunan massal yang dialami warga bisa disebabkan karena banyak hal. Salah satunya bisa karena kebersihan saat mengolah makanan.

"Kalau keracunan, mungkin masakannya yang kurang bersih, dilihat. Insyaallah mungkin ada yang tidak tahan makanannya atau apa," kata Eri saat ditemui detikJatim di Balai Kota Surabaya, Sabtu (1/7/2023).

Mengetahui adanya warga yang keracunan massal, Eri meminta jajarannya untuk turun melakukan pengecekan. Termasuk dengan segera menangani dan mengantisipasi keracunan bagi warga lainnya.

"Kemarin sudah ada dari teman-teman kelurahan dan kecamatan melaporkan. Dicek saja dulu. Saya bilang cek dulu, apa karena masakannya atau karena yang makan tidak kuat?" Jelasnya.

5. Cerita Warga yang Keracunan

Salah satu pasien yang dirawat di Puskesmas Kali Kedinding Ali Purnomo (60) mengatakan bahwa dirinya dirawat inap di Puskesmas itu sejak Jumat (30/6) sore. Dia mengalami sejumlah gejala hingga akhirnya dibawa ke Puskesmas dan dirawat inap.

"Gejala awal mual-mual, ada pusing sedikit, panas 39 derajat. Dari Jumat sore itu kerasanya. Orang 62 lebih Jumat sore masuk. Saya masuk Puskesmas kemarin sore," kata Ali saat ditemui detikJatim, Sabtu (1/7/2023).

Ali mengatakan sebelum keracunan dia memang mengikuti acara tahunan warga yang biasa digelar saat Idul Adha. Yakni acara makan bareng olahan daging kurban yang disembelih.

"Habis potong sapi, sebagian diolah dimakan warga, habis makan jam 03.00 WIB malam ada yang kumat, ada yang pagi (Jumat 30 Juni), siang, sore kumat. Saya ke dokter untuk cek semua warga. Malam ikut cek, kok nggak enak. Suhu badan tinggi 39 derajat akhirnya opname," ceritanya.

6. Warga yang Memasak Ikut Keracunan

Ali sendiri tidak tahu apakah penyebab utama keracunan itu dari dagingnya atau bumbu untuk memasak olahan daging itu. Bahkan, warga yang dipercaya untuk memasak pun mengalami gejala keracunan yang sama.

"Nggak tahu dari dagingnya atau dari bumbunya. Ada salah satu yang dipercaya warga situ untuk memasak, yang masak anak sama suaminya juga ikut sakit. Ada yang 1 keluarga juga," katanya.

7. Curiga pada Satai

Teguh Margandi (47) warga lainnya yang juga mengalami gejala panas, mual, dan diare menyebutkan bahwa istrinya yang hanya makan rawon dan krengsengan tidak mengalami gejala. Dia pun curiga pada satai yang dihidangkan. Karena anaknya yang makan sate juga keracunan.

"Satai yang banyak bikin keracunan. Anak saya bumbu sate juga sekarang dirujuk. Sekarang saya sudah baikan. Pokok nggak muntah dan diare lagi, cuma meriang. Kata dokter nunggu hasil lab darah, tadi pagi diambil semua," katanya.

Warga lainnya, Punjung Sari (25) juga mengalami gejala mual, muntah, panas tinggi, dan diare terus-menerus pada Jumat (30/6) malam. Dia menceritakan bahwa setelah dirinya makan daging kurban bersama-sama tidak langsung bereaksi. Dia merasakan gejala itu Jumat pagi.

"Ada satai, gule, juga krengsengan. Cuma dikit-dikit. Nggak berani menyimpulkan dari mana. Bisa dagingnya, bisa bumbunya. Ada yang makan bumbunya aja kena juga. Saya dua kali periksa, di sini didiagnosa keracunan. Dokter lain dehidrasi. Ibu saya makan tapi nggak kena," pungkas Punjung.

Halaman 2 dari 2
(hil/sun)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads