Seekor monyet tiba-tiba menyerang dua bocah di Jembatan Jagir arah stasiun Wonokromo, Surabaya. Serangan monyet itu membuat dua bocah tersebut terluka terkena cakaran monyet.
Dua bocah itu adalah Q (7) dan N (4) warga Bratang Surabaya. Mereka diserang monyet pada Senin (19/6) malam pukul 20.00 WIB. Palupi Mayasari (39), ibu 2 anak tersebut mengatakan saat itu dirinya sedang memboncengkan dua anaknya, juga nenek kedua anak itu yang sedang menggendong bayinya yang baru berusia 6 bulan.
Mereka sedang perjalanan pulang usai membeli jajanan dan hendak pulang ke rumahnya di kawasan Bratang, Surabaya. Saat berhenti di traffic light Jembatan Jagir, tiba-tiba saja seekor monyet keluar dari pohon besar menyerang kaki kedua anaknya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tiba-tiba ada monyet lumayan besar menyerang kedua anak saya. Ditarik, digigit atau apa saya nggak tahu, karena cepat sekali. Ndak ada yang nolong juga," kata Palupi ketika ditemui detikJatim di depan IGD RSU dr Soetomo, Selasa (20/6/2023).
Karena bingung tidak ada yang menolong Palupi membanting motornya ke kanan dengan maksud agar monyet itu menghindar dan tidak lagi menyerang anaknya. Dia juga berupaya menarik anaknya N, tetapi monyet itu tetap saja menyerang.
Sang nenek berinisiatif memukul monyet itu agar tidak terus melukai cucunya. Tapi monyet itu balik menyerang sang nenek yang sedang menggendong bayi berusia 6 bulan hingga perempuan itu berteriak-teriak. Bersamaan itu Q dan N juga terus menangis kesakitan.
"Monyetnya sudah ganas soalnya. Ditarik, anak saya nangis. Anak yang besar tidur kaget karena kakinya berdarah. Saya tarik nggak bisa. Saya tarik anak saya. Mama saya juga marah memukuli monyet itu, kaki mama saya ditarik. Saya tarik mama saya karena bawa bayi 6 bulan," ujarnya.
Palupi mengatakan bahwa ibunya atau nenek kedua anaknya juga sempat melihat wajah monyet tersebut. Sang nenek menuturkan bahwa mata monyet itu merah, tapi tidak memperhatikan apakah bagian bibirnya berliur atau tidak.
"Tapi Alhamdulillah mama saya dan anak saya yang 6 bulan tidak kenapa-kenapa. Monyetnya cuma satu tapi ukuran lumayan besar. Panjangnya sekitar 35 cm. Monyetnya gendut," ujarnya.
Kemudian, ada di lampu merah itu ada sepasang suami istri yang menolong dengan mengusir monyet dengan helm. Akhirnya monyet itu pergi.
"Sebelumnya nggak ada yang bantuin, takut orang-orang. Saya teriak tolong-tolong ada orang yang lewat, tapi nggak berani nolongin," katanya.
Hingga akhirnya sejumlah warga menolongnya. Setelah itu Palupi pulang ke rumahnya dan membawa kedua anaknya ke RSUD dr Soetomo pada Selasa (20/6/2023) pagi karena keduanya sempat demam.
Marda'i, tukang becak yang mangkal di lokasi mengaku melihat sendiri penyerangan itu.
Dia bahkan mengaku sempat membantu ibu dan 2 anak yang diserang itu dan turut menangkap monyet tersebut.
"Iya, sempat ramai, terus sempat ditangkap warga. Sempat diikat juga kok monyetnya, tapi kayaknya lepas lagi," kata Marda'i.
Marda'i mengatakan monyet itu memang merupakan peliharaan seseorang. Namun, dia dan warga sekitar tidak tahu siapa pemiliknya.
"Kayaknya dipelihara sih. Tapi ya nggak ada yang tahu itu punya siapa," ujar pria yang kerap ngetem di sekitaran Jagir itu.
Belum diketahui monyet milik siapa yang menyerah dua bocah tersebut. Petugas gabungan dari Pemkot Surabaya kemudian melakukan penelusuran di sekitar lokasi. Petugas lalu menemukan warga yang bekerja sebagai pelaku pertunjukan Topeng Monyet.
Salah satu pelaku topeng monyet tersebut, Takim membantah bahwa monyet yang lepas dan menyerang 2 anak itu adalah miliknya. Dia meyakini monyet itu memang dipelihara seseorang, tapi bukan warga sekitar.
"Semua kera saya dikrangkeng. Nggak pernah ada yang dilepas begitu. Itu pasti ada yang pelihara, tapi kita juga nggak ngerti itu punya siapa," kata Takim.
Warga Jagir Lumumba Dalam gang Buntu Surabaya itu menjelaskan bahwa monyet-monyet miliknya sudah terlatih dan sehat. Secara rutin dirinya memeriksakan monyetnya ke dokter hingga disuntik vaksin antirabies setiap bulan.
"Kalau monyet saya nggak sakit. Nggak pernah saya lepas dan selalu saya periksakan ke dokter," kata Takim.
(abq/iwd)