Fenomena frozen atau embun salju terjadi di kawasan Gunung Bromo membuat banyak wisatawan penasaran. Namun, Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo mewanti-wanti wisawatan Gunung Bromo untuk berhati-hati saat muncul fenomena ini, karena rawan terjadi hipotermia.
Wisatawan diimbau tidak lengah kala menikmati fenomena tersebut hingga tak mempedulikan kesehatan. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo, dr. Shodiq Tjahjono mengatakan, ada satu risiko yang bisa dialami wisatawan ketika fenomena embun salju muncul yaitu Hipotermia.
Hipotermia merupakan sebuah kondisi ketika suhu tubuh turun drastis hingga di bawah 35 derajat celcius.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau pada saat itu (fenomena embun es) bisa hipotermia, tapi kan nggak terlalu lama. Kalau untuk risiko lainnya tidak ada, hanya satu itu," kata dr. Shodiq saat dikonfirmasi, Jumat (2/6/2023).
Hipotermia disebabkan saat tubuh berada di tempat dingin dalam waktu lama, tidak mengenakan pakaian tebal, terlalu lama mengenakan pakaian basah atau berada di dalam air cukup lama.
Menurut dr. Shodiq, ada beberapa gejala seseorang mengalami hipotermia ringan hingga berat. Untuk gejala ringan atau suhu 32 derajat hingga 35 derajat celcius, tubuh akan pucat, kulit dingin ketika disentuh, mati rasa, menggigil, respons tubuh menurun, mengantuk, takikardia (detak jantung terlalu cepat), atau napas cepat.
Sedangkan untuk gejala sedang atau suhu 28 derajat hingga 32 derajat celcius, diantaranya inkontinensia (kehilangan kontrol kandung kemih), berhenti menggigil, napas melambat, denyut jantung melambat, tekanan darah menurun, dan penurunan kesadaran.
"Untuk gejala berat di suhu 28 celcius, seperti kaku otot, tidak memberi respons, bradikardia atau denyut jantung melambat semakin parah, pernapasan dan denyut nadi sangat lemah, pingsan hingga henti jantung," pungkas mantan Kepala PMI Kabupaten Probolinggo itu.
Sebelumnya, kawasan kaldera Bromo membeku. Lautan pasir mendadak berubah bagai hamparan salju. Fenomena itu dilaporkan berlangsung mulai Selasa (30/5).
(hil/fat)