Prabowo Subianto menyambangi beberapa pondok pesantren (ponpes) di Mojokerto dan Jombang, Jatim, akhir pekan lalu. Di sana Prabowo menawarkan program beasiswa kepada para santri dari Universitas Pertahanan.
Meski Prabowo mengunjungi ponpes tersebut dalam kapasitasnya sebagai menteri pertahanan (menhan), namun kunjungan tersebut dinilai sarat manuver dan strategi politik. Prabowo dinilai sedang menjajaki kelompok Nahdliyin. Terlebih lagi, adiknya, Hashim Djojohadikusumo menyebut bahwa Prabowo sudah mempunyai 4-5 nama untuk jadi cawapres.
Pengamat politik yang juga dosen Hubungan Internasional (HI) Universitas Jember, M Iqbal menilai wajar kalau Prabowo sowan ke ponpes. Prabowo selama ini dikenal punya kedekatan dengan basis masa Nahdliyin. Kunjungan Prabowo ke 3 ponpes, masing-masing Ammanatul Ummah di Pacet, Mojokerto, Tebuireng dan Tambak Beras di Jombang, merupakan simbol kedekatan itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Prabowo sudah lama dekat dengan massa NU. Prabowo juga punya basis massa Nahdliyin yang kuat di Jatim, salah satunya Madura yang dikuasai Prabowo saat Pilpres 2019 lalu," jelas Iqbal kepada detikJatim, Selasa (23/5/2023).
Terkait dengan 5 sosok cawapres yang diungkapkan oleh Hashim, Iqbal berpendapat mayoritas dari kelima itu adalah figur Nahdliyin. Dia lantas memaparkan 3 dari 5 nama itu kemungkinan kuat merupakan sosok berlatar belakang Nahdlatul Ulama (NU).
"Kalau saya menduga pertimbangan nama cawapres Prabowo bukan hanya dari aspek kultur Nahdliyin kalau ke Jawa Timur ya, tapi juga mempertimbangkan elektabilitas," tambah Iqbal.
Dari dua komposisi tersebut, kultur dan elektabilitas, Iqbal menyebut ada 3 nama figur Nahdliyin yang punya peluang jadi cawapres Prabowo. Mereka adalah Ketum PKB Muhaimin Iskandar, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, dan Menko Polhukam Mahfud Md.
Untuk nama pertama, Iqbal menilai Cak Imin-sapaan akrab Muhaimin Iskandar- punya modal penting untuk jadi cawapres. Menurutnya, Cak Imin mampu membawa PKB mengalami peningkatan signifikan untuk modal kultural dan modal sosial di Jawa timur berbasis NU. Di sisi lain secara organisasi, PKB di bawah cak Imin juga memiliki soliditas.
"Banyak sekali program-program PKB di Indonesia, wabilkhusus di Jatim, pertimbangan itu jadi satu prioritas. Apalagi Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya dimotori Cak Imin, gerak lincah Cak Imin turut mendongkrak nama Prabowo," papar Iqbal.
![]() |
Kedua adalah Khofifah Indar Paawansa. Khofifah yang merupakan Ketua Umum PP Muslimat NU punya kekuatan suara yang sangat besar. Khofifah, kata Iqbal, punya pengaruh signifikan di kalangan perempuan NU dan perempuan Indonesia lainnya semasa menjabat menteri sosial.
"Posisi sebagai gubernur Jatim yang punya jangkar pengaruh di 38 kota/kabupaten bukan faktor yang sepele, itu signifikan. Pertimbangannya juga karena ektabilitasnya di Jatim, boleh jadi bersaing ya," ucap Iqbal.
Nama ketiga adalah Mahfud Md. Menurut Iqbal, suara Nahdliyin yang mendukung Mahfud Md juga tak bisa dipandang remeh. Mahfud Md kuat di Madura.
"Ingat, Prabowo punya catatan kemenangan di Madura saat Pemilu 2019. Jika menggandeng Prof Mahfud, tentu suara Madura akan jadi tambahan yang signifikan untuk Prabowo.
"Di luar tiga nama itu, 2 nama lainnya bisa jadi nonnahdliyin. Bisa Ridwan Kamil atau Erick Thohir yang punya elektabilitas bagus di beberapa survei," sebut Iqbal.
Iqbal melanjutkan, komunikasi politik menjelang 2024 masih sangat cair. Sejauh ini dari 3 capres yang sudah mendeklarasikan diri masih belum menentukan cawapres. Semua masih berhati-hati. Namun, Iqbal menegaskan posisi vital cawapres.
"Semua peta politik akan lebih jelas ketika nama cawapres sudah di tangan. Sekarang, spekulasi masih sangat cair. Apa yang saya sampaikan juga bisa saja berubah di tikungan terakhir," sebut Iqbal.
"Tapi saya menyimpulkan, peluang cawapres Prabowo dari kalangan Nahdliyin lebih besar. Faktor Nahdliyin sangat penting, sama seprti Jokowi menggandeng Kiai Ma'ruf Amin atau Megawati yang pernah mencalonkan diri dengan Kiai Hasyim Muzadi. Nahdliyin kunci kontestasi!" tukas Iqbal.
(dpe/dte)