Sejarah Panjang Tinju Kota Pahlawan yang Bakal Kembali Dibangkitkan

Praditya Fauzi Rahman - detikJatim
Rabu, 17 Mei 2023 09:10 WIB
Momen kemenangan Kai Siong salah satu petinju asal Sasana Sawunggaling, Surabaya. (Foto: Istimewa/dok. API Jatim)
Surabaya -

Mulanya, tinju bukan milik pribumi. Saat pemerintah kolonial Belanda menguasai Surabaya sejak 1743, tinju adalah olahraga wajib bagi bagi tentara Belanda KNIL. Tinju menjadi terkenal di Hindia Belanda sejak munculnya juara dunia Jack dempsey sekitar 1920-an, lalu para serdadu KNIL mengenalkan tinju kepada khalayak di Surabaya.

Hal itu sebagaimana diteliti oleh Dani Samuel Manalu, Alumnus Prodi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga Surabaya pada 2018. Dani mengulas sejarah tinju di Surabaya yang pernah berjaya di tahun 1970 hingga 1980-an dalam skripsi berjudul 'Sejarah Tinju Profesional di Surabaya: Kontribusi Sasana Sawunggaling Tahun 1971-1988'.

Berangsur-angsur, olahraga yang penuh tantangan itu menjadi olahraga populer yang diminati beragam kalangan, hingga beberapa pribumi turut meramaikan ajang olahraga ini. Salah satunya adalah Paul Esau Ferdinandus, petinju kawakan Surabaya kelahiran Saparua Maluku yang naik ring pertama kali di umur 15 tahun pada dekade 1930-an.

Paul bergabung di perkumpulan atletik Health and Strength dan berlatih di Gie Hoo klub yang dulu berada di jalan kapasari nomor 4-6 dan sempat berganti nama jadi Garuda Harapan. Selain Gie Hoo, ada satu perkumpulan atletik atau sasana tinju di Surabaya yang berperan sangat penting, yakni POR Gymnastiek Vereniging Tionghoa yang nantinya menjadi Suryanaga.

Selain orang Belanda, orang Tionghoa berperan besar dalam perkembangan tinju. Beberapa petinju keturunan Tionghoa yang sukses di zamannya adalah Kwee Ting Hoen dan Marketis Lazaar. Mereka aktif berkegiatan di perkumpulan pemuda Tionghoa bidang olahraga bernama POR Gymnastiek en Sportvereeniging Tionghoa Surabaya.

Perkumpulan olahraga yang tadinya fokus pada bidang atletik, senam, dan sepakbola itu terbentuk karena banyaknya bond-bond pemuda belanda di Surabaya. Klub olahraga ini juga melahirkan atlet bulu tangkis berperngaruh seperti Rudy Hartono, Martina, Ali Winarto, Agustina dan Utami Dewi, Eliza Kurniawan, Merry Halim, Lilik Sudarwati, Liliana Santoso dan lain-lain.

POR Gymnastiek en Sportvereeniging Tionghoa Surabaya berdiri pada 1908. Selanjutnya, perkumpulan ini berubah nama menjadi Naga Kuning pada 1959, kemudian pada 1966 berubah menjadi Suryanaga. Begitu tinju mulai dikenal luas di Surabaya, perkumpulan ini turut aktif mengembangkan tinju.

Petinju Belanda Kid Bellel tercatat pernah berlatih di Suryana dan sempat melatih beberapa petinju pribumi. Di kemudian hari, perkumpulan Suryanaga ini melahirkan para petinju yang turut mengembangkan dunia tinju Tanah Air dengan mendirikan sejumlah sasana tinju penting di Surabaya.

Sejumlah atlet tinju pribumi mula-mula yang turut membesarkan Suryanaga di antaranya Fredie Ramschie dan Petrus Setijadi laksono. Keduanya memang bukan asli asuhan Suryanaga, karena sebelum aktif berlatih di Suryanaga, Petrus Setijadi Laksono dan Fredie Ramschie sudah menjadi petinju profesional di era 60-an.

Petrus Setijadi adalah petinju profesional kelahiran Malang yang telah aktif bertinju pada usia belia dan dilatih oleh petinju Kid Darlim. Pada akhirnya Petrus masuk ke Suryanaga sebagai pelatih menggantikan Kid bellel yang harus kembali ke Belanda. Sebaliknya, Fredie Ramschie adalah petinju asli Suryanaga yang sempat dilatih oleh Kid Bellel.

Sejumlah perkumpulan olahraga komunitas tionghoa ini telah berhasil menjaga ritme pertumbuhan olahraga tinju di kota Surabaya. Olahraga Tinju memang tidak tercatat sebagai salah satu cabang olahraga yang ada di Klub Suryanaga, tetapi dalam kegiatan Tinju di Surabaya klub Suryanaga sempat tercatat sebagai tempat latihan.

Seiring berkembangnya waktu, tinju di Surabaya semakin berkembang. Terutama dengan semakin banyaknya sasana tinju di Kota Pahlawan. Salah satu tokoh yang turut mengembangkan sasana di Surabaya adalah Petrus Setijadi Laksono, petinju profesional yang sempat bernaung di bawah Persatuan Tinju dan Gulat (Pertigu) dan sempat menjadi pelatih di Suryanaga.

Perkembangan sasana tinju di Tanah Air. Baca di halaman selanjutnya.




(dpe/dte)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork