3 Contoh Cerita Libur Lebaran untuk Siswa SMP yang Seru dan Mendebarkan

3 Contoh Cerita Libur Lebaran untuk Siswa SMP yang Seru dan Mendebarkan

Nanda Syafira - detikJatim
Jumat, 28 Apr 2023 17:25 WIB
Ilustrasi Dampak Masuk Sekolah Terlalu Pagi
Ilustrasi/Foto: iStock
Surabaya - Selalu ada cerita di momen Lebaran. Berikut contoh cerita libur Lebaran untuk siswa SMP yang seru dan mendebarkan.

Libur Lebaran sebentar lagi usai. Biasanya, ada tugas mengarang bebas usai libur panjang. Baik untuk siswa SD maupun SMP.

Maka dari itu, kali ini detikJatim merangkum sederet contoh cerita libur Lebaran untuk siswa SMP yang seru dan mendebarkan.

Yang seru misalnya cerita membuat kue Lebaran bersama keluarga. Sementara yang mendebarkan misalnya cerita nyaris tertinggal kereta saat mudik Lebaran 2023. Untuk lebih jelasnya, berikut cerita lengkapnya.

Contoh Cerita Libur Lebaran untuk Siswa SMP:

1. Serunya Membuat Kue Lebaran

Ibu saya merupakan seseorang yang sangat pandai memasak. Setiap menjelang Lebaran, ibu saya selalu menerima pesanan kue.

Saya senang membantu ibu memasak dan membuat kue di dapur. Ibu saya adalah orang yang kreatif. Ia dapat membuat beraneka macam kue.

Ibu sangat tekun membuat kue, bahkan hingga menjelang waktu berbuka puasa. Ada satu momen yang tak terlupakan saat membuat kue menjelang Lebaran.

Saat itu, sekolah telah libur. Sehari-hari, saya hanya berkegiatan di rumah. Terkadang saya main di luar rumah dengan teman-teman ketika cuaca tidak terlalu terik. Namun ketika cuaca terik saya hanya di rumah dan membantu ibu memasak.

Saat itu saya menghampiri ibu di dapur dan langsung membantunya membuat kue. Saya sangat suka mengaduk adonan dan menawarkan bantuan kepada ibu.

Ibu dengan senang hati menerimanya. Lalu, kami bergegas menyelesaikan kue-kue itu, karena sebagian kue hendak diambil oleh tetangga yang membeli.

Suasana di dapur menjadi lebih panas disebabkan kompor dan oven yang menyala. Saya yang sedang berpuasa juga mulai merasa haus.

Ketika kue-kue telah dikeluarkan dari oven, ibu menyuruh saya untuk menyusun sebagian kue yang telah dingin ke dalam toples. Saya segera melakukannya, namun saya lupa jika saat itu masih berpuasa. Saya mencicipi salah satu kue kering yang ibu buat, karena biasanya ibu menyuruh saya mencicipi untuk mengomentari rasanya.

Setelah mencoba kue, saya merasa makin haus dan hendak mengambil air minum. Di situ ibu memergoki saya sedang menuang air ke gelas. Saya sangat kaget hingga tersedak.

Sayang sekali saya harus sabar menunggu magrib dan tidak dapat minum karena saya langsung ingat jika sedang berpuasa. Saya dan ibu sama-sama tertawa ketika mengingat peristiwa itu.

2. Wisata di Kampung Halaman

Kampung halaman saya sangat terkenal akan wisata alamnya. Meskipun terletak cukup jauh dari kota tempat saya tinggal, momen mudik sangat saya nanti-nantikan. Sebab saya ingin berkunjung ke berbagai destinasi wisata alamnya.

Menjelang mudik Lebaran 2023, dari jauh-jauh hari saya telah berkomunikasi dengan sepupu saya untuk memilih destinasi wisata yang hendak saya kunjungi. Setiap tahunnya, sepupu saya yang tinggal di daerah tersebut selalu setia menemani saya untuk mengunjungi tempat-tempat tersebut dan menjadi pemandu wisata.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, saya mudik menggunakan kapal laut bersama dengan kedua orang tua saya. Kali ini kapal laut yang mengangkut kami berangkat di sore hari.

Tak lupa, saya menikmati pemandangan indah dari matahari tenggelam saat di kapal laut. Pemandangan tersebut tak ingin saya sia-siakan.

Saya segera memotret pemandangan tersebut dengan kamera ponsel. Saya sangat menggemari fotografi, maka dari itu saya mulai belajar memotret melalui kamera ponsel saya.

Saya pun menunjukkan hasilnya kepada ayah dan ibu saya. Mereka memuji gambar yang saya foto dan selalu berkata bahwa saya memiliki potensi besar untuk menjadi seorang fotografer.

Keesokan harinya, kapal telah sampai di tujuan. Kami segera menuruni kapal dan sepupu saya yang menjemput kami pun melambaikan tangan.

Kami saling bersalaman dan bertukar cerita serta melepas rindu. Malam harinya setelah sampai di rumah nenek, saya dan sepupu merencanakan perjalanan wisata kami.

Karena daerah wisata yang akan kami kunjungi cukup terpencil, akhirnya kami memutuskan untuk pergi dengan menggunakan sepeda motor.

Untung saja sepupuku ini telah cukup dewasa dan memiliki sim serta mampu mengendarai sepeda motor. Setelah diberi izin oleh para orang tua kami dan juga nenek, kami segera berangkat. Tak lupa, kami diberi berbagai macam makanan dan sejumlah uang yang cukup untuk perbekalan kami.

Untuk sampai ke daerah wisata tersebut agak sulit. Setelah sampai di pintu masuk tempat wisata, kami harus berjalan beberapa kilometer untuk sampai ke tempat yang hendak kami kunjungi.

Wisata alam tersebut merupakan suatu pantai yang letaknya agak jauh tersembunyi dari keramaian kota. Saya mulai kelelahan sebab kondisi cuaca saat itu cukup terik.

Setelah kami sampai, saya sangat takjub dengan pemandangan alamnya. Meskipun pantai ini tersembunyi dan agak sulit dijangkau, ternyata banyak juga pengunjung yang mengetahui tempat ini.

Saya segera mengambil ponsel dan memotret pemandangan alam tersebut. Setelah mengambil foto pemandangan dan berswafoto dengan sepupu saya, kemudian kami mendekati bibir pantai untuk sekedar merendam kaki dan bermain air. Rasanya sangat segar di tengah cuaca yang terik ini.

Puas bermain air, kemudian kami duduk menepi. Kami mulai membuka perbekalan kami dan makan sambil menyaksikan matahari tenggelam. Momen tersebut merupakan momen yang paling tak terlupakan selama masa libur Lebaran ini.

3. Mudik Hampir Tertinggal Kereta

Libur Lebaran kali ini sangat tidak terlupakan. Pada Lebaran kali ini saya berangkat mudik tidak bersama orang tua saya. Mereka telah berangkat terlebih dahulu karena hendak menjaga nenek yang tiba-tiba sakit sesaat sebelum Lebaran. Akhirnya, saya menyusul mudik hanya bersama kakak saya.

Ayah dan ibu memperbolehkan kami untuk pergi mudik tidak bersama mereka. Sebab mereka berpikir kakak saya sudah cukup dewasa jadi kami tidak perlu didampingi orang dewasa lainnya. Sayangnya, kami sama-sama teledor untuk mengecek kembali jam dan tanggal keberangkatan kereta kami.

Kereta kami saat itu berangkat pada tanggal 15 atau di esok hari. Namun, kakak saya keliru dan mengingatkan saya untuk berangkat lusa pada tanggal 16.

Saya yang sedang menyiapkan baju di kamar dengan santai, kemudian terkejut ketika kakak saya masuk dan menyuruh untuk berangkat pada saat itu juga. Kami sempat bertengkar ketika menentukan mana yang benar, saya marah karena kakak sebelumnya memberikan informasi yang salah. Kami pun bergegas menyiapkan baju dan barang seadanya.

Saya sibuk bergegas mengemas pakaian hingga lupa mengingatkan kakak untuk segera memesan taksi online. Namun, biasanya kakak yang memesan taksi online ketika kami pergi bersama.

Setelah saya siap dan membawa tas ke depan rumah, kakak datang dengan santai membawa barang-barangnya. Kami menunggu taksi online datang dalam beberapa menit.

Kakak saya bertanya mengenai posisi supir taksi online. Namun saya bilang tidak tahu dan berpikir bahwa kakak telah memesankan sebelumnya.

Kami segera memesan taksi online namun sambil kembali bertengkar karena ternyata sedari tadi belum ada yang memesan taksi online, sehingga harus menunggu lebih lama. Sedangkan waktu keberangkatan kami tinggal sebentar lagi.

Untungnya supir taksi tersebut sangat baik dan mengerti kondisi kami. ia mengendarai taksi dengan melewati jalur yang tidak terlalu macet. Aku dan kakak masih berdiam tak saling bicara.

Sesaat sebelum sampai, saya melihat stasiun cukup ramai, bahkan mobil yang masuk pun harus mengantre. Aku dan kakak tiba-tiba memutuskan untuk berjalan kaki untuk segera sampai ke dalam stasiun, karena waktunya sudah tak cukup untuk menunggu lebih lama.

Kami mengucap terima kasih dan memberi ongkos kepada supir taksi online tersebut, kemudian berjalan dengan tergesa sambil membawa tas-tas kami. Ini cukup melelahkan namun akhirnya kami dapat memasuki kereta tepat waktu. Kami juga hanya tertidur dan tak saling mengobrol selama perjalanan.

Setelah kereta sampai, ayah menjemput kami di stasiun. Kami segera ke rumah nenek. Sesampainya di sana, nenek dan ibu menyambut kami dengan senyum yang hangat, aku melepas rindu dengan nenek dan menanyakan kondisinya. Nenek mengatakan bahwa ia sudah mulai pulih.

Saat Lebaran, setelah salat idul fitri kami kembali ke rumah dan bermaaf-maafan. Saya dan kakak juga saling meminta maaf. Kami akhirnya kembali berbaikan.


(sun/iwd)


Hide Ads