Ada satu desa di Sidoarjo yang sudah sangat tersohor. Namanya Desa Sumput. Desa yang secara administrasi masuk wilayah Kecamatan Sidoarjo itu punya banyak 'bengkel tulang' dan dikenal sebagai Kampung Sangkal Putung.
Sangkal putung sebagai pengobatan altrernatif cedera tulang masih dipercaya oleh banyak orang. Biaya yang lebih murah jadi salah satu alasannya.
Saat datang ke Desa Sumput, banyak dijumpai plakat-plakat bertuliskan 'Ahli Sangkal Putung, 'Tempat Pijat' dan beragam tulisan lainnya. Sudah sejak lama beberapa klinik sangkal putung menjamur di Desa Sumput.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak ada yang tahu persis kapan pertama kali sangkal putung ada di Desa Sumput. Namun, Kasi Pemerintahan Desa Sumput, Rojiman mengatakan bahwa keberadaan klinik sangkal putung di sana terus bertambah.
"Kalau dihitung-hitung jumlahnya sekitar 12. Tapi semakin tahun semakin banyak," ujar Rojiman diwawancarai detikJatim, Senin (10/4) lalu.
Rojiman menyebut, klinik sangkal putung di Desa Sumput merupakan usaha turun-temurun. Sangkal putung tetap lestari di sana karena generasi kedua atau bahkan ketiga mau melanjutkan apa yang sudah dirintis oleh orang tuanya.
"Banyak usaha sangkal putung bermunculan, menggantikan ataupun meneruskan usaha ayah maupun ibunya. Dari situ angkanya terus bertambah," imbuh Rojiman.
Bahkan, saking ramainya, sampai ada warga atau klinik yang membuka tempat penginapan. Umumnya, penginapan itu dipakai untuk pasien maupun keluarganya yang tak ingin banyak bolak-balik datang ke Sumput.
"Di sini ada penginapan juga untuk orang-orang yang dari luar Sidoarjo. Pengunjungnya dari mana-mana, seperti dari Pasuruan," lanjutnya.
Membahas kampung sangkal puntung, tak lengkap rasanya jika tak mendengar langsung kisah dari beberapa ahli sangkal putung di Desa Sumput.
Salah satu di antara ahli sangkal putung di Desa Sumput yang kerap mengobati orang adalah Hj. Robi'ah. Menurut cerita Hj. Robi'ah, awalnya sangkal putung itu dimulai dari kakek yang kemudian diteruskan ke ayahnya. Setelah itu, sangkal putung dilanjutkan oleh anak-anak dan kerabat dari ayahanda Hj. Robi'ah.
"Dulu awal itu dimulai dari Mbah Kalimah, terus waktu meninggal dilanjutkan abah. Kalau sekarang yang buka sangkal putung ada juga Dik Fatimah," ungkap Hj. Robi'ah.
Hj. Robi'ah mengaku jadi ahli sangkal putung sekitar 30 tahun. Dia mengaku tak ada rahasia khusus saat membetulkan tulang orang yang bengkok, retak, hingga patah. Namun, dia mengakui bahwa yang paling penting dari pengobatan yang dilakukannya harus diiringi dengan doa.
"Intinya yang terpenting itu berdoa dan memberikan yang terbaik. Kalau waktu malam sebelum tidur, itu bisa dipakai untuk mendoakan pasien agar lekas sembuh,' tandasnya.
(hil/dte)