Munculnya Gelombang Golput di 2024 Buntut Kekecewaan Sidang Kanjuruhan

Round-Up

Munculnya Gelombang Golput di 2024 Buntut Kekecewaan Sidang Kanjuruhan

Denza Perdana - detikJatim
Senin, 27 Mar 2023 08:01 WIB
Spanduk seruan golput pada 2024 di Kota Malang usai vonis tersangka Tragedi Kanjuruhan
Spanduk golput 2024 yang muncul di JPO Kayutangan, Kota Malang. (Foto: M Bagus Ibrahim/detikJatim)
Kota Malang -

Sebuah spanduk dominan warna hitam terpasang di Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) di Jalan Basuki Rahmat atau kawasan Kayutangan, Kota Malang. Spanduk itu menyerukan golput pada 2024 sebagai pilihan yang realistis.

"2024 Golput Pilihan Realistis Atas Matinya Keadilan di +62," demikian bunyi spanduk tersebut saat dilihat detikJatim pada Minggu (26/3/2023).

Spanduk ancaman golput pada 2024 itu muncul setelah hakim menjatuhkan vonis kepada tersangka Tragedi Kanjuruhan. Karena itu sejumlah warga Kota Malang menganggapnya berkaitan dengan hasil sidang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satu warga Malang, Aden mengatakan bahwa spanduk tentang golput pada 2024 dia duga merupakan respons warga Kota Malang setelah sidang kasus Tragedi Kanjuruhan rampung diputuskan di PN Surabaya.

"Ya, mungkin ada yang memilih untuk Golput setelah melihat perkembangan penanganan Tragedi Kanjuruhan. Apalagi kemarin katanya semua tersangka sudah divonis dan ada yang bebas," kata Aden kepada detikJatim, Minggu (26/3/2023).

ADVERTISEMENT

Aden sendiri sebagai warga Kota Malang tidak mempermasalahkan adanya banner semacam itu. Menurutnya spanduk itu juga tidak sampai mengganggu pengguna jalan. Dan menurutnya itu hanyalah ungkapan aspirasi saja.

Salah satu Aremania asal Lesanpuro, Ridwan (34) menilai bahwa dalam penanganan kasus Tragedi Kanjuruhan selama ini memang terkesan hanya formalitas. Tidak terlihat adanya keseriusan dari pihak-pihak berwajib.

"Itu sejak awal sudah terlihat padahal sudah jelas yang salah siapa, karena apa. Tapi penangananya ruwet banget. Endingnya yang membuktikan jika ini sidang guyonan karena tersangka dibebaskan," terangnya.

"Ketika ada suara-suara ingin golput itu ya wajar. Karena keadilan sama pihak berwajib maupun pemerintah tidak bisa dijunjung dan ditegakkan. Dengan begitu ngapain memilih pemimpin kalau endingnya sama aja," sambungnya.

Hal senada disampaikan Koordinator Tim Gabungan Aremania (TGA) Dyan Berdinandri yang mengatakan bahwa ketika ada warga Malang yang ingin golput dalam pemilihan tahun 2024 mendatang adalah hal yang wajar.

Di luar itu, spanduk yang menyerukan bahwa golput adalah pilihan realistis pada 2024 itu merupakan bentuk kekecewaan terhadap upaya penegakan hukum kasus Tragedi Kanjuruhan. Mengingat jumlah korban pada 1 Oktober 2022 lalu cukup besar.

Sebagai informasi, dalam Tragedi Kanjuruhan tercatat ada sebanyak 135 orang meninggal dan ratusan orang luka-luka namun putusan pengadilan dianggap tidak adil bagi para korban, apalagi ada 2 tersangka dari kepolisian yang dinyatakan bebas.

"Itu wajar kalau Golput. Itu merupakan pilihan yang paling realistis untuk tahun 2024," ujarnya saat dihubungi detikJatim, Minggu (26/3/2023).

"Menurut saya realistis karena itu merupakan bentuk kekecewaan sebagian Aremania atas keadilan yang mati bagi kasus Tragedi Kanjuruhan," ujarnya.

Seperti diketahui, dalam penanganan kasus model A beberapa waktu lalu, hakim memutuskan 3 tersangka divonis mendapatkan hukuman di bawah 2 tahun.

Ketiga tersangka itu adalah mantan Panpel Arema Abdul Haris, Security Officer Suko Sutrisno dan Danki 1 Brimob Polda Jatim AKP Hasdarmawan.

Sementara dua tersangka lain yakni Mantan Kasat Samapta Polres Malang AKP Bambang Sidik Achmadi dan Kabag Ops Polres Malang Kompol Wahyu Setyo Pranoto justru divonis bebas.




(dpe/iwd)


Hide Ads