Dari pantauan detikJatim, terlihat sebuah spanduk berwarna hitam dengan tulisan putih terpasang di Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) yang berada di Jalan Basuki Rahmat atau kawasan Kayutangan, Kota Malang.
Spanduk tersebut bertuliskan '2024 Golput Pilihan Realistis Atas Matinya Keadilan di +62'.
Salah satu warga Malang, Aden yang ditemui di dekat banner itu mengatakan bahwa mungkin golput 2024 merupakan salah satu cara untuk merespons kasus Tragedi Kanjuruhan.
"Ya, mungkin ada yang memilih untuk Golput setelah melihat perkembangan penanganan Tragedi Kanjuruhan. Apalagi kemarin katanya semua tersangka sudah divonis dan ada yang bebas," kata Aden kepada detikJatim, Minggu (26/3/2023).
Aden sendiri tidak mempermasalahkan adanya banner semacam itu. "Ya nggak apa-apa toh dipasang di situ. Kan tidak mengganggu siapa pun. Itu kan dipasang mungkin buat menunjukkan respons mereka," kata dia.
Seperti diketahui, dalam penanganan kasus model A beberapa waktu lalu, hakim memutuskan 3 tersangka divonis mendapatkan hukuman di bawah 2 tahun.
Ketiga tersangka itu adalah mantan Panpel Arema Abdul Haris, Security Officer Suko Sutrisno dan Danki 1 Brimob Polda Jatim AKP Hasdarmawan. Sementara dua tersangka lain yakni Mantan Kasat Samapta Polres Malang AKP Bambang Sidik Achmadi dan Kabag Ops Polres Malang Kompol Wahyu Setyo Pranoto divonis bebas.
Salah satu Aremania asal Lesanpuro, Ridwan (34) menilai bahwa dalam penanganan kasus Tragedi Kanjuruhan selama ini memang terkesan hanya formalitas. Tidak ada keseriusan dalam penanganannya selama ini.
"Itu sejak awal sudah terlihat padahal sudah jelas yang salah siapa, karena apa. Tapi penangananya ruwet banget. Endingnya yang membuktikan jika ini sidang guyonan karena tersangka dibebaskan," terangnya.
"Ketika ada suara-suara ingin golput itu ya wajar. Karena keadilan sama pihak berwajib maupun pemerintah tidak bisa dijunjung dan ditegakkan. Dengan begitu ngapain memilih pemimpin kalau endingnya sama aja," sambungnya.
(dpe/iwd)