Wacana reaktivasi rel kereta api (KA) di Madura terus mencuat akhir-akhir ini. Anggota DPRD Jatim asal Dapil Madura, Aliyadi Mustofa menyebut reaktivasi rel kereta api lebih masuk akal ketimbang pembangunan jalan tol di Madura.
"Karena rel kereta api ini sudah ada lintasannya. Sementara kalau tol akan sangat berat dan butuh waktu untuk pembebasan lahan, belum lagi rumah warga, sawah, hingga kuburan," kata Aliyadi saat menjadi pembicara di FGD bersama Wagub Jatim Emil Dardak di Surabaya, Selasa (21/3/2023).
Aliyadi mendukung penuh gagasan besar pemerintah yang merancang Perpres 80 tahun 2019, yang di dalamnya memuat proyek reaktivasi jalur kereta Madura. Ia meyakini, jika terealisasi, maka proyek tersebut akan sangat menguntungkan masyarakat Madura.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Walau tidak segampang membalikkan telapak tangan, ini perlu kita dukung. Memang harus dilihat bahwa lebih banyak manfaatnya dibanding mudaratnya," katanya.
Politikus PKB ini mengatakan, untuk merealisasikan seluruh proyek dalam Perpres 80 tahun 2019 membutuhkan investasi besar. Bahkan, khusus untuk proyek-proyek di Pulau Madura saja, nilai investasi yang dibutuhkan mencapai Rp 40 triliun, dengan kurang lebih Rp 3 triliun digunakan untuk reaktivasi rel kereta api.
Ketua Komisi B DPRD Jatim ini juga menegaskan perlunya pemerintah untuk melalukan sosialisasi kepada masyarakat Madura agar proyek-proyek tersebut bisa berjalan sesuai rencana.
"Sosialisasi harus dilakukan dengan pendekatan-pendekatan ala Madura. Dulu pembangunan Jembatan Suramadu aja awalnya dapat penentangan, tapi akhirnya mereka menerima juga dan Suramadu jadi dibangun walaupun tidak memberikan efek signifikan terhadap ekonomi warga Madura," jelasnya.
Sementara Pakar Transportasi ITS Hera Widyastuti mengungkapkan alasan reaktivasi jalur kereta Madura membutuhkan dana yang sangat besar. Sebab, jalur kereta yang sudah terlalu lama tidak terpakai tersebut banyak yang sudah tertimbun tanah. Bahkan tidak sedikit pula yang telah menjadi jalan raya.
"Kondisinya saat ini jalur kereta api Madura sudah sangat banyak yang jadi jalan raya. Tidak sederhana prosesnya dan butuh biaya yang tidak murah," ucapnya.
Hera menjelaskan, kereta api merupakan transportasi massal. Jika bisa dioperasikan, maka akan sangat mengurangi kemacetan. Apalagi jalan penghubung Pulau Madura hanya ada satu ruas dan rawan macet mengingat pada waktu-waktu tertentu sering dilaksanakan pasar tumpah.
Reaktivasi jalur kereta Madura juga disebutnya akan menimbulkan efek domino terhadap banyak sektor. Terutama sektor pariwisata Madura yang sejauh ini jarang terjamah akibat minimnya infrastruktur.
"Harapannya dengan pergerakan transportasi ini bisa mengangkat PDRB dari daerah-daerah yang dilewati," tambahnya.
Sementara Ketua DPP Madura Asli (Madas) Berlian Ismail Marzuki menyebut warga Madura menantikan pembangunan infrastruktur yang menyambungkan Pulau Garam. Baik itu proyek pembangunan Tol Trans Madura maupun reaktivasi jalur kereta Madura.
"Kenapa Madura banyak merantau? Karena di tanah kita nggak bisa (berkembang) karena aksesnya terhambat. Kalau ini (jalur kereta) dibuka tentu yang diuntungkan ya masyarakat Madura," ujarnya.
Terkait sosialisasi agar masyarakat tidak menentang proyek tersebut, menurut Berlian tidak lah sulit. Masyarakat Madura sangat terbuka dan harmonis. Hanya saja terkadang cara sosialisasi yang dilakukan salah.
"Misal ada sosialisasi untuk tol dan infrastruktur lainnya, tinggal deketin orang tuanya, gurunya, pemimpinnya, tokohnya, siapapun akan diam (setuju)" tandasnya.
(dpe/dte)