Suara gamelan Jawa terdengar sayup dari 2 speaker mini. Tak berselang lama, musik tradisional itu berhenti. Digantikan oleh suara pelawak terkenal. Candaannya selalu memantik gelak tawa di akhir kalimat.
Uniknya, suara itu tak keluar dari perangkat mutakhir. Seperti pemutar audio digital, compact disk (CD), atau smartphone. Sumber suara tersebut adalah kaset pita dengan pemutar jadul.
"Ini (suara) almarhum Djunaedi. Saya paling suka," kata Ahmad Thaib (70) tersenyum saat ditemui detikJatim di rumahnya Desa Tanjungsari, Pacitan, Kamis (16/2/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya juga punya banyak kasetnya Kartolo," tambahnya.
Menikmati bunyi dan suara bagi Thaib tak sekadar dengan indera telinga. Lebih dari itu, bebunyian lebih syahdu didengar dengan rasa. Menurutnya, hal ini justru paling menentukan tercapainya kepuasan batin si pendengar.
Itulah sebabnya ayah 2 anak itu tetap bertahan dengan teknologi analog. Dari situ dirinya mengoleksi belasan pemutar vintage lengkap dengan kaset beragam isi. Semua terawat dengan baik.
"Sebenarnya bisa saja saya mutarnya pakai flashdisk. Tapi putarannya kan ndak kelihatan. Beda dengan kaset. Baru lihat putarannya saja sudah marem (puas)," imbuhnya disusul tawa.
![]() |
Thaib bilang, hobinya mengoleksi perangkat audio jadul tak lepas dari cerita masa kecilnya saat masih tinggal di Demak, Jawa Tengah. Sebagai anak kampung, Thaib kecil memimpikan cassette player yang tergolong canggih pada zamannya.
Alat pabrikan Jepang itu pertama kalinya dia lihat di salah satu toko elektronik. Hanya saja untuk memilikinya butuh uang sangat besar. Mimpi yang mustahil terbeli bagi anak belasan tahun.
"Saya pegang-pegang dilarang sama pemilik toko. Karena memang itu barang mahal," kenang Thaib yang begitu mengagumi pemutar kaset jinjing seberat 12 kilogram itu.
Usai menanti lama, benda pujaan itu akhirnya mendarat di tangannya. Memang tak baru. Namun masih sangat mulus. Semua fiturnya juga masih berfungsi normal. Padahal produk itu keluaran tahun 1960-an.
Dari sisi teknologi, lanjut Thaib, perangkat miliknya tergolong super canggih pada masanya. Di bagian mekanis terdapat 3 sound head. Masing-masing berfungsi memutar, manghapus, dan merekam. Sementara untuk cassette player modern hanya memiliki 2 atau 1 head.
"Head-nya berbahan batu. Jadi anti aus," paparnya bangga.
Usai melihat langsung masterpiece di kamar pribadi Ahmad Thaib, detikJatim diajak naik ke lantai 2. Sebuah kamar tampak penuh perangkat elektronik aneka merk. Tak hanya buatan negeri Matahari Terbit, beberapa di antaranya bikinan Eropa.
Selain cassette player, Thaib juga menyimpan power amplifier. Ada pula alat penyelaras suara yang lazim disebut equalizer dan pesawat radio. Semuanya masih berfungsi normal.
Dia juga menunjukkan sebuah pemutar mini dilengkapi selempang. Pada bagian bodi terdapat merk terkenal lengkap dengan tulisan Made in Holland.
"Kalau ini masih mono. Tapi kemampuan rekamnya luar biasa peka," ujar Thaib tentang kelebihan portable player itu.
"Hidup saya sudah sangat bahagia. Karena kehendak Allah, semua mimpi saya jadi kenyataan. Mudah-mudahan anak cucu saya nanti masih melihat (koleksi) ini agar tahu sejarah," pungkasnya seraya mengaku tak ingin menjual koleksinya.
(hil/fat)