Ketegaran di Balik Tawa Bocah SD Surabaya Jualan Es Gabus Usai Ayah Wafat

Ketegaran di Balik Tawa Bocah SD Surabaya Jualan Es Gabus Usai Ayah Wafat

Esti Widiyana - detikJatim
Selasa, 10 Jan 2023 20:49 WIB
Bintang, siswa SD penjual es gabus di Jalan Kedung Cowek Surabaya
Bintang, siswa SD penjual es gabus di Jalan Kedung Cowek Surabaya. (Foto: Esti Widiyana/detikJatim)
Surabaya -

Selepas jam sekolah anak-anak SD di Surabaya biasanya menghabiskan waktu bermain dengan teman sebaya di lingkungan sekitar rumah masing-masing. Tapi tidak demikian bagi Tri Bintang Pratama Wijaya.

Siswa kelas 5 di SD Benteng Surabaya itu memilih berjualan es gabus selepas sekolah. Sambil menunggu pelanggan di trotoar Jalan Kedung Cowek, ia tampak mainan Lato-lato yang ternyata bikinan sendiri.

"Ini bikin sendiri. Bolanya beli, talinya dari tali rafia," ujar Bintang sambil menunjukkan Lato-lato buatannya lalu menyunggingkan senyum saat ditemui detikJatim pada Selasa (10/1/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setahun ini Bintang berjualan es gabus untuk membantu ekonomi keluarga. Sejak ayahnya sakit stroke dan ibunya harus merawat sang ayah di rumah kos mereka di Jalan Kedinding Tengah Nomor 16.

Ia jualan Es Gabus setelah mendatangi produsen es di kawasan Tanah Merah. Kepada pemilik usaha Bintang meminta pekerjaan. Ia pun diberi pekerjaan, dipinjami sepeda, tempat es gabus, dan payung.

ADVERTISEMENT

Hingga pada pergantian tahun kemarin Bintang dan ibunya sangat berduka. Tepat pada 31 Desember 2022 ayahnya yang selama ini menjadi tulang punggung keluarga berpulang ke sisi Tuhan Yang Maha Esa.

Bintang, siswa SD penjual es gabus di Jalan Kedung Cowek SurabayaBintang, siswa SD penjual es gabus di Jalan Kedung Cowek Surabaya Foto: Esti Widiyana/detikJatim

Sejak ayahnya meninggal, anak terakhir dari 3 bersaudara itu memutuskan tetap berjualan es gabus sepulang sekolah. Itu adalah keputusannya sendiri. Bahkan ibunya sempat melarang niatannya itu.

"Izin ke ibu buat jualan, aslinya nggak dibolehin tapi aku maksa sendiri. Akhirnya dibolehin tapi nggak boleh sampai malam. Buat bantu ibu juga di rumah. Nggak dipaksa kerja juga. Kemauan sendiri," katanya.

Bintang yang bercita-cita menjadi Anggota TNI diberi jatah 100 es gabus oleh juragan es gabus di Tanah Merah. Setiap hari, hasil penjualan itu harus dia setorkan. Bila habis 100 es, maka yang disetorkan Rp 100.000 alias Rp 1.000 per buah.

"Saya jualnya Rp 2.000. Kadang nggak habis, kadang sisa 40. Kalau nggak habis ya nggak dimarahi. Kalau habis cepat, bisa pulang cepat juga," katanya.

Hasil penjualan es gabus itu Bintang berikan kepada ibunya untuk membantu membayar sewa kos bulanan senilai Rp 450 ribu, kemudian sebagian untuk keperluan sekolah.

Dalam sehari Bintang bisa membawa pulang uang antara Rp 50 ribu-Rp 100 ribu. Ia berikan sebagian besar uang itu ke ibunya untuk keperluan belanja, bayar kos, dan ia sisakan minimal Rp 2 ribu untuk ditabung.

Ibunya tidak bekerja karena masih masa idah dan belum dapat pekerjaan. Baca di halaman selanjutnya.

Untuk sementara ini ibunya tidak bekerja. Selain masih dalam masa idah sepeninggal ayah Bintang sehingga harus berdiam diri di rumah selama 40 hari, ibunya juga belum dapat panggilan bekerja.

Maka Bintang yang menjadi tulang punggung keluarga pengganti ayahnya. Ia harus pintar membagi waktu. Pulang sekolah pukul 11.00 WIB, pulang ganti baju lalu berjualan mulai pukul 12.00 WIB-16.00 WIB.

Tak ada waktu baginya untuk bermain dengan teman sebayanya. Sebab, setelah berjualan ia harus segera pulang sesuai pesan ibunya, mengaji, lalu malamnya belajar atau mengerjakan tugas sekolah.

Bintang hanya punya waktu untuk bermain pada hari Minggu. Di hari libur sekolah itu ia manfaatkan waktu setelah jualan es gabus untuk bermain dengan teman-temannya.

"Kalau minggu jualan dulu baru main, jual dari pagi sembilan pagi sampai jam 1 siang, habis itu main sama teman-temannya, terus sorenya ngaji," katanya.

Bintang, siswa SD penjual es gabus di Jalan Kedung Cowek SurabayaBintang, siswa SD penjual es gabus di Jalan Kedung Cowek Surabaya Foto: Esti Widiyana/detikJatim

Di trotoar Jalan Kedung Cowek depan bangunan nomor 353 arah ke Jembatan Suramadu detikJatim menemui Bintang. Bocah itu mengaku tidak malu bila bertemu teman sekolahnya saat berjualan.

"Nggak malu, karena kerjanya kan halal. Sering temen-teman beli. Nggak ada yang ngejek, malah senang bisa beli. Aku nggak merasa terbebani juga," kata bocah berusia 13 tahun itu.

Ya, bocah kelas 5 SD itu sudah berumur 13 tahun. Rupanya Bintang juga sempat putus sekolah selama 2 tahun Pandemi COVID-19. Gara-garanya dia tidak bisa membeli ponsel.

Beruntung, pada tahun ajaran 2022, ia bisa kembali melanjutkan pendidikannya agar bisa mewujudkan cita-citanya yang ternyata juga merupakan cita-cita mendiang ayahnya.

"Harusnya SMP tapi masuknya telat. Dulu kelas 5 ga ada HP waktu pas Corona, jadinya putus sekolah. Sekolah lagi pas udah offline. Ya tetap Semangat sekolah, biar bisa jadi TNI. Dulu ayah mau jadi TNI tapi nggak masuk," tutupnya.

Halaman 2 dari 2
(dpe/dte)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads