Akibat munculnya ledakan gas belerang di Telaga Ngebel. Pengusaha warung makan yang berada di selingkar telaga pun khawatir stok ikan mereka menipis.
Pasalnya, selama ini mereka mendapat pasokan ikan dari para petani keramba yang berada di Telaga Ngebel. Pasokan ikan nila dan gurami paling banyak dicari.
"Saya khawatir kalau terjadi ledakan gas belerang yang parah bisa mengakibatkan kepunahan ikan dalam telaga khususnya," tutur pemilik warung makan, Ismail Hadi kepada detikJatim, Senin (2/1/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Ismail, jika satu minggu saja ledakan gas belerang tidak kunjung reda. Dia khawatir ekosistem ikan asli di dalam telaga Ngebel bakal punah.
"Terjadi ledakan gas belerang yang parah mengakibatkan kepunahan ikan di dalam telaga khususnya, kalau belerang ini muncul selama satu minggu banyak ikan yang mati," terang Ismail.
Padahal selama ini, lanjut Ismail, ikan yang berasal dari keramba di Telaga Ngebel beratnya bisa mencapai 2 hingga 3 kilogram per ekor. Warung makan di selingkar Ngebel pun selama ini dipasok ikan dari hasil keramba.
"Sehari saja saya bisa menghabiskan 5 hingga 10 kilogram, kalau ramai bisa 15 kilogram lebih," papar Ismail.
Menurut Ismail, usai terjadi ledakan gas belerang biasanya ada komunitas maupun dinas terkait menabur benih ikan untuk memulihkan ekosistem. Biasanya membutuhkan waktu 6 bulan hingga setahun untuk memulihkan ekosistem ikan di Telaga Ngebel.
"Pengusaha kuliner biasanya mengambil dari keramba, kalau posisinya sehabis ledakan. Warung makan susah mencari ikan dua hingga 3 bulan ke depan," tandas Ismail.
Selama ini, menu yang paling banyak dicari wisatawan adalah ikan nila dan gurami bakar. Ismail pun saat ini tengah bersiap membeli ikan dari luar Ngebel demi bisa memenuhi kebutuhan ikan di warungnya.
"Kemungkinan besar kalau sulit mencari pasokan ikan, saya harus ambil dari luar Ngebel, harga menu ikan bakar saya naikkan, supaya tetap jalan usaha saya," pungkas Ismail.
Pengusaha warung makan lain, Setyo Kumaidi mengaku juga ikut khawatir kekurangan stok ikan. Namun menurutnya, masih ada keramba lain yang aman dari ledakan gas belerang.
"Kan tidak semua keramba ikan kena gas belerang, ada yang aman. Mudah-mudahan stok aman. Kalau susah pun baru kita nyari dari luar Ngebel," tukas Setyo.
Saat ini, lanjut Setyo, keberadaan Telaga Ngebel sendiri memiliki manfaat ekonomi bagi warga sekitar. Meski ada fenomena gas belerang tiap tahun, petani ikan keramba tetap bertahan di Telaga Ngebel.
"Keberadaan telaga itu kan membawa kemanfaatan ekonomi warga, ada yang bikin keramba, ikan hasilnya dijual ke warung makan, jadinya ya berkesinambungan," pungkas Setyo.
(dpe/iwd)