Ledakan gas belerang di Telaga Ngebel membuat ribuan ikan yang berada di keramba milik warga mati. Alhasil, pemilik keramba mengalami kerugian hingga puluhan juta rupiah.
Salah satu pemilik keramba, Yusdianto mengaku kaget ratusan ekor ikan nila miliknya yang berada di keramba tetiba mengapung dan mati. Padahal keramba miliknya siap panen dan dijual.
"Ikan mati kena belerang, fenomena alam, belerang dari dalam naik ke permukaan, biasanya setahun sekali," tutur Yusdianto kepada wartawan, Senin (2/1/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yusdianto menambahkan selain keramba miliknya, keramba milik kelompok tani lain juga rugi. Sebab, ikan mereka juga mati semua.
"Kalau kelompok tani, ruginya puluhan juta Rupiah. Karena kan berkelompok. Kalau saya sendiri rugi Rp 5 juta," papar Yusdianto.
Kerugian ini, lanjut Yusdianto, ditanggung sendiri oleh pemilik keramba. Ikan yang mati pun tidak bisa dikonsumsi. Sebab, sudah terkontaminasi belerang.
"Ikan yang mati, tidak bisa diselamatkan maupun dikonsumsi. Ikan diambil terus dikubur biasanya," terang Yusdianto.
Ikan yang mati, lanjut Yusdianto, merupakan jenis ikan nila yang siap panen dengan bobot 500 gram hingga satu kilogram. Sedangkan ikan yang masih kecil bisa diselamatkan dengan dipindah ke kolam lain.
"Kalau ikan besar dan siap panen biasanya butuh pasokan oksigen yang tinggi, kalau ikan kecil bisa selamat, diambil dipindah ke kolam lain," kata Yusdianto.
Pemilik keramba lain, Gunarto mengaku ikan nila hitam di empat keramba miliknya mati. Total sekitar dua ribu ekor. Biasanya dia jual per kilogram Rp 30 ribu.
"Ya kerugian sekitar Rp 9 juta, padahal saya siapkan agar ikan bisa dipanen buat tahun baruan," keluh Gunarto.
Sementara, Analis perlindungan dan pelestarian ikan Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan Ponorogo (Dipertahankan), Nurdianaban menambahkan pihaknya memperkirakan kerugian petani ikan mencapai puluhan juta Rupiah.
"Kerugian petani keramba bisa mencapai puluhan juta Rupiah. Karena biasanya mereka bersiap panen, untuk pergantian tahun, biasanya ikan dijual," imbuh Nurdianaban.
Menurutnya, fenomena ledakan gas belerang terjadi pada pertengahan tahun, sekitar bulan Agustus dan September. Dia pun heran, awal tahun ledakan gas belerang tetiba terjadi.
"Gas belerang biasanya pertengahan tahun, Agustus September fenomena seperti ini. Ini kok di luar kebiasaan," tandas Nurdianaban.
Nurdianaban mengatakan ciri-ciri ikan yang terpapar gas belerang biasanya ikan berenang ke atas telaga dan tidak mau makan. Kemudian pemilik keramba menyiapkan kolam atau penampungan lain untuk tempat pemindahan penyelamatan ikan.
"Pembudidaya di Ngebel biasanya sudah paham, fenomena belerang ini setiap tahun selalu muncul," pungkas Nurdianaban.
Ikuti berita menarik lainnya di Google News
(dpe/iwd)