Video penolakan evakuasi oleh pengurus pondok pesantren saat erupsi Gunung Semeru viral di Media Sosial. Pihak ponpes pun buka suara.
Peristiwa itu terjadi pada Minggu (4/12) di Pondok Pesantren Nurul Barokah Al-Hidayah di Desa Supit Urang, Pronojiwo, Lumajang.
Pendiri sekaligus pengasuh pondok pesantren Nurul Barokah Al-Hidayah Ustaz Nur Holis memberikan penjelasan tentang video itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, dia menolak dievakuasi karena menurutnya sikap para petugas gabungan yang hendak melakukan evakuasi kurang baik.
Dia juga menyampaikan dugaan ada unsur pemaksaan oleh petugas gabungan saat mengajak warga Ponpes pergi ke tempat pengungsian.
"Di video saya dibilang menolak (mengungsi), ya saya menolak kalau pakai kekerasan. Santri saya ditekan dan didorong-dorong, lah itu saya nggak suka," ujar Nur Holis ditemui detikJatim di ponpes, Senin (5/12/2022).
Perlu diketahui, petugas gabungan yang terlibat dalam proses evakuasi saat itu terdiri dari sejumlah relawan juga personel TNI dan Polri.
Sebagaimana terlihat di dalam 2 video yang beredar, para petugas relawan itu memang hendak melakukan evakuasi para santri di ponpes tersebut.
"4 Desember 2022 ponpes yang ada di Supit Urang tidak mau dievakuasi, padahal ada di zona merah," demikian keterangan di dalam video yang viral saat dilihat detikJatim.
Dalam video pertama berdurasi 45 detik terlihat sejumlah petugas menemui seorang pria berpakaian gamis, mengenakan sarung, dan berpeci putih.
Dalam dialog di video terdengar pria itu menolak untuk dievakuasi. Lalu ada salah satu petugas mengumumkan bahwa pria diduga pengurus ponpes itu menolak dievakuasi.
"Bapak ini mengeluarkan pernyataan sikap bahwa ini urusannya beliau. Masalah keselamatan santri-santrinya itu urusan beliau. Kita sudah melakukan hal yang semaksimal mungkin," ujar salah satu petugas ke arah kamera dibenarkan pria yang menolak dievakuasi itu.
Ada 15 santri di dalam ponpes yang pemiliknya menolak dievakuasi saat Semeru mengeluarkan awan panas guguran. Baca di halaman selanjutnya.
Sesuai dengan keterangan ustaz yang menolak dievakuasi di dalam video yang viral, di ponpes itu ada 15 santri yang masih bertahan dan tak ikut mengungsi.
Tidak begitu jelas apa alasannya menolak dievakuasi. "Ada 15 orang (santri)," kata ustaz itu.
"Oke berarti mboten purun nggih (Tidak mau ya)," timpal petugas tersebut lalu meninggalkan ponpes itu.
Sementara di video lainnya berdurasi 1.35 menit terlihat sejumlah relawan yang hendak meninggalkan ponpes sempat bertemu seorang remaja diduga santri.
Saat mengajaknya untuk dievakuasi remaja itu juga menolak. Remaja itu memilih meninggalkan petugas lalu masuk ke dalam ponpes setelah melihat ustaznya.
Saat ustaz itu keluar itulah perdebatan dengan relawan terjadi berujung pernyataan penolakan.
Pria yang diduga ustaz itu menolak dievakuasi ke tempat lebih aman dan menyatakan bahwa apa yang terjadi di pondok adalah tanggung jawabnya.
Setelah merekam pernyataan pengurus ponpes itu relawan pun meninggalkan lokasi. Karena saat itu hujan abu kian pekat.
Kepala Desa Supiturang, Nurul Yakin mengatakan, peristiwa terjadi pada Minggu (4/12).
"Jadi itu petugas berencana untuk mengajak semua orang yang ada di pondok untuk mengungsi karena Erupsi Gunung Semeru," ujar Yakin saat dihubungi detikJatim.