Cerita Pengungsi Semeru Nekat Pulang Tapi Tak Berani Balik ke Pengungsian

Cerita Pengungsi Semeru Nekat Pulang Tapi Tak Berani Balik ke Pengungsian

M Bagus Ibrahim - detikJatim
Senin, 05 Des 2022 19:39 WIB
Sri Wati menangis sembari menceritakan bagaimana duka bertubi-tubi melandanya
Sri Wati, warga nekat pulang tapi tak berani balik ke pengungsian (Foto: M Bagus Ibrahim/detikJatim)
Lumajang -

Sebagian warga pengungsi erupsi Gunung Semeru nekat pulang ke rumah usai hujan abu vulkanik dan luncuran awan panas guguran mereda. Niatnya hanya mengecek rumah, barang-barang. Selain itu juga menengok ternak.

Sri Wati adalah salah satu warga pengungsi yang nekat pulang ke rumahnya di Dusun Umbulan, Desa Supit Urang, Pronojiwo, Lumajang. Sekitar pukul 5 pagi dia pulang dari pengungsian untuk mengecek keadaan rumahnya.

"Balik dari pengungsian ke rumah jam 5 pagi. Ya itu, bersih-bersih debu. Lihat rumah. Alhamdulillah rumah masih aman," ujarnya ketika ditemui di Posko Pengungsian SD Negeri 4 Supit Urang, Pronojiwo, Senin (5/12/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada saat mengecek dan membersihkan sisa abu vulkanik itulah hujan turun dengan sangat deras. Suasana semakin mencekam saat dirinya mengaku mendengar suara gemuruh dari puncak Gunung Semeru.

Karena itu dirinya mengaku tidak berani kembali ke pengungsian. Ia pun terjebak di rumahnya dan hanya bisa menunggu bantuan. Untung saja, di tengah-tengah situasi demikian ada sejumlah relawan bersama Kepala Desa setempat datang menjemput warga naik ambulans.

ADVERTISEMENT

"Tadi balik lagi ke pengungsian dijemput. Karena hujan terlalu besar, terus di puncak gunung itu banjir terdengar kan gemuruh, jadi takut. Mau pergi sini (pengungsian) terlalu besar hujannya, jadi dijemput sama relawan sama kepala desa. Alhamdulillah ditolong dibawa ke sini," kata Sri.

Meski nekat pulang ke rumah, Sri bukan termasuk warga pengungsi yang nekat pulang dan bermalam di rumahnya. Dia memilih bermalam di pengungsian karena menyadari di rumahnya belum sepenuhnya aman bagi dirinya dan keluarga.

"Di sini sekarang. Kalau reken-e (kiranya) cuaca nggak enak. Soalnya rumah saya itu di pinggiran. Belum dapat rumah (yang lebih aman)," katanya.

Di pengungsian itu juga Sri menceritakan bahwa dirinya diguncang 3 kali erupsi Gunung Semeru. Yakni pada 2020, 2021, dan baru kemarin terjadi pada 2022 tepat setahun setelah bencana erupsi 2021 yang menelan puluhan korban jiwa.

"Yang 2020 itu masih kena sedikit (Lahan pertanian), 2021 itu habis sudah. Sekarang ini, ya, tinggal rumah itu saja. Saya tinggal di pinggiran soalnya," ujarnya.

Pada 2021 itu Sri juga mengungsi ke tempat yang sama tempat dia mengungsi saat ini. Bedanya, saat itu ibunya masih ada. Dia pun menceritakan bahwa ibunya belum lama meninggal. Disusul kakaknya yang baru saja meninggal.

"Trauma terus saya ini. Habis ibu meninggal kakak saya meninggal. Ini habis tujuh harinya, gunung meletus. Stres pikiran saya. Sedangkan lahan pangan saya itu sudah habis tahun 2021 itu," ujarnya.




(dpe/fat)


Hide Ads