Derita Pasutri Lansia Korban Banjir Banyuwangi: Rumah Rata dengan Tanah

Derita Pasutri Lansia Korban Banjir Banyuwangi: Rumah Rata dengan Tanah

Ardian Fanani - detikJatim
Selasa, 08 Nov 2022 19:17 WIB
Sujiyono dan Sumiyati, pasutri lansia yang menjadi korban selamat banjir Kalibaru, Banyuwangi
Sujiyono dan Sumiyati di tengah puing-puing rumah mereka yang rata dengan tanah. (Foto: Ardian Fanani/detikJatim)
Banyuwangi -

Sepasang suami istri warga Dusun Krajan, Desa Kalibaru Kulon ini selamat dari banjir bandang. Namun, Sujiyono (60) dan Sumiyati (59) harus menghadapi kenyataan bahwa rumahnya telah rata dengan tanah.

Setelah sempat bertahan dari gulungan banjir dengan berpegangan pada sebuah pohon pisang, teriakan mereka akhirnya didengar tetangganya yang kemudian menyelamatkan mereka.

Tetapi kenyataan pahit harus tetap dihadapi Sujiyono dan Sumiyati. Begitu kembali ke rumahnya, keduanya mendapati rumah dari anyaman bambu yang berdiri di atas tanah pemberian saudaranya telah tiada.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rumah beserta isinya, baik kasur, kursi, hingga peralatan dapur telah hanyut terbawa arus. Tak hanya itu, uang hasil memulung selama hampir sebulan tak luput disikat banjir.

"Sekitar Rp1,6 juta. Sebelum hanyut ada Rp2 juta sudah tak belikan bahan makanan. Sisanya hanyut sudah," ujar Sumiyati kepada wartawan, Selasa (8/11/2022).

ADVERTISEMENT

Kini, sejoli itu hanya bisa pasrah. Mereka hanya bisa meratapi rumahnya yang hilang. Untuk berteduh, keduanya terpaksa menginap di rumah saudara.

Beruntung, masih ada bantuan relawan dan suplai makanan serta sembako dari BPBD Banyuwangi yang meringankan beban keduanya.

Untuk sementara, mereka cuma mengandalkan uluran bantuan itu sambil menguatkan mental untuk melanjutkan aktivitas kembali menjadi pemulung.

"Mulung lagi nanti buat makan dan cari modal untuk bangun rumah lagi," pungkas Sumiyati.

Selamat dari gulungan banjir bandang. Baca di halaman selanjutnya.

Sebelumnya, Sujiyono menceritakan bagaimana mereka bisa lolos dari gulungan banjir bandang di Desa Kalibaru.

Ketika banjir bandang menerjang, rumah mereka yang berada tepat di bantaran Sungai Yas menjadi sasaran empuk. Sujiyono dan Sumiyati tak sempat kabur saat rumahnya digulung banjir.

Mereka turut terbawa arus tapi tetap saling berpegangan erat. Sujiyono memegang erat tangan istrinya hingga dia menemukan pohon pisang untuk digapai dan bertahan.

"Tangan istri tak pegang erat saat kami terseret arus air. Lalu pas lihat di depan, ada pohon pisang yang bisa tak jadikan pegangan," ujarnya.

Kedua tangan Sujiono pun menjadi penentu keselamatan mereka. Satu berpegangan kuat ke batang pisang, lainnya sekuat tenaga menggenggam erat tangan istrinya agar tak terlepas.

Pada detik-detik yang mencekam itu Sujiyono menyadari bila dia melepaskan salah satu genggaman tangannya maka besar kemungkinan istrinya hanyut terbawa arus.

Sujiyono pun menegaskan, bila genggaman tangan istrinya sampai terlepas, dia tak akan rela. Lebih baik dia ikut hanyut terbawa arus ketimbang selamat sorang diri.

Bagi Sujiyono, Sumiyati layaknya napas yang telah menghidupinya selama 40 tahun. "Kalau lepas (tangan istri), mending saya ikut hanyut," ujarnya.

Halaman 2 dari 2
(dpe/iwd)


Hide Ads