Bagi detikers yang melintasi kawasan Surabaya Selatan, tepatnya di sekitar pertigaan Jalan A Yani dan Jemursari, dekat perlintasan KA sekitaran Taman Pelangi, pasti tak asing dengan tugu yang satu ini. Tugu ini begitu mencolok dengan dominasi warna merah di tengah padatnya lalu lintas Kota Pahlawan.
Ya, arek-arek Suroboyo pasti sudah hafal dengan Tugu Khong Guan. Tugu ini berbentuk kaleng biskuit raksasa. Di tengahnya tertera tulisan 'Khong Guan'. Tugu berdiri kokoh di atas pos 25 perlintasan kereta api milik PT KAI.
Keberadaan tugu Khong Guan ini menurut pengendara dan warga sekitar sudah ada sejak lama. Banyak yang gagal fokus hingga teringat pada suasana Lebaran, di mana biskuit ini hampir selalu ada di meja rumah warga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Syafii (54), seorang tukang tambal di sekitar Jalan Frontage Ahmad Yani mengaku telah membuka usaha jasa tambal ban sejak 1986. Sejak dia buka jasa tambal ban, tugu itu sudah ada. Saat itu masih belum ada Frontage. Jalan Ahmad Yani masih berupa dua lajur,
"Sudah lama tugu itu berada di pos pantau kereta api. Sejak saya dulu buka tambal dan di Jalan Ahmad Yani, sebelum ada frontage, tugu itu sudah ada," ungkap Syafii kepada detikJatim, Jumat (21/10/2022).
Syaifii menambahkan, dulu di seberang tugu Khong Guan, ada toko roti yang cukup ramai. Namun saat ini sudah tutup.
![]() |
Baca juga: Sejarah dan Arti Tugu Kota Malang |
"Dulu ada tokonya, tapi sekarang sudah tutup," tambah Syafii.
Sementara itu, salah satu pengendara, Baihaqi yang saban hari melintasi jalanan ini menyebut, tugu Khong Guan ini unik dan ikonik.
"Unik dan ikonik banget. Saya hampir tiap hari lewat situ, sudah lama ada tugunya," kata Baihaqi.
Pengakuan kocak pengendara yang membayangkan tugu benar-benar berisi biskuit. Baca halaman selanjutnya.
Pengendara Gagal Fokus Lihat Tugu Khong Guan Surabaya
Dengan bercanda, ia mengaku kerap berandai-andai jika tugu tersebut merupakan kaleng asli dan diisi biskuit Khong Guan. Baihaqi tak membayangkan berapa banyak biskuit tersebut dan berapa lama biskuit dalam kaleng raksasa akan habis.
"Sering bayangin itu kalau kalengnya asli isi biskuit, berapa lama kira-kira bakal habis," candanya.
Senada, pengendara lainnya, Dwi Susanto mengaku sering gagal fokus saat berhenti di lampu merah sekitar tugu. Bukan memikirkan isi dalam kaleng tersebut, Dwi justru bertanya-tanya ke mana perginya ayah dalam gambar kaleng Khong Guan yang tak kunjung ada.
"Biasanya suka ngelamun, mikir, si bapak ini ke mana kok nggak ikut makan sama anak istrinya," kelakar Dwi.
Saat ingin mengetahui asal-usul Tugu Khong Guan ini, tim detikJatim sudah mencoba menghubungi PT Jadi Abadi Corak Biskuit Factory (Jacobis) melalui sambungan telepon yang tertera di situs resminya. detikJatim mencoba bertanya apakah ada nomor telepon bagian humas yang bisa dihubungi.
Suara perempuan menjawab di ujung telepon itu. Dia menyampaikan, tidak bisa asal wawancara. detikJatim diminta untuk mengirimkan proposal terlebih dahulu.
![]() |
"Kalau mau wawancara di lokasi harus kirim proposal dulu, semacam visitasi. Kalau wawancara by phone sepertinya nggak bisa karena orangnya sibuk banget," katanya.
Dilansir dari situs resminya, Jacobis merupakan salah satu bagian dari Khong Guan Group yang bergerak di bidang consumer goods.
Simak Video "Video Kemenkes: 46% Siswa Sekolah Rakyat Punya Masalah Kesehatan Gigi"
[Gambas:Video 20detik]
(hil/dte)