Sebanyak 274 wisudawan, rektorat, dosen hingga karyawan Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Banyuwangi, turut bersimpati terhadap tragedi Kanjuruhan. Mereka menilai, tragedi Kanjuruhan yang menewaskan ratusan orang menjadi duka mendalam bagi bangsa Indonesia.
Mereka melangsungkan doa bersama terhadap ratusan korban jiwa dari tragedi Kanjuruhan, saat acara Wisuda Sarjana XLIII atau ke 43, periode pertama tahun akademik 2022-2023 pada Sabtu (15/10/2022).
Rektor Untag Banyuwangi Andang Subaharianto mengatakan tragedi Kanjuruhan usai pertandingan antara Arema dan Persebaya pada 1 Oktober 2022 lalu menjadi refleksi mendalam salah satunya bagi kalangan akademik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Andang, tragedi Kanjuruhan tidak akan pernah terjadi jika tradisi yang terbentuk di masyarakat saling menghargai satu sama lain.
"Kalau tradisi yang terbentuk di masyarakat itu menerima, jika kalah menjadi sesuatu yang wajar dalam sebuah permainan. Saya yakin tragedi Kanjuruhan tidak akan pernah terjadi," ungkapnya.
Belajar dari tragedi memilukan di Kanjuruhan, lanjut Andang, peran kampus menjadi penting dalam melahirkan generasi cerdas namun berhati lembut.
Oleh karenanya, pembentukan karakter mahasiswa di akademik tidak hanya dibekali dengan penguasaan hard skill atau ilmu pengetahuan teknologi. Tetapi juga penguasaan soft skillnya atau mengolah hati.
"Kampus punya peran melahirkan generasi ke depan yang tidak pemarah. Selain menguasai ilmu pengetahuan teknologi, mereka punya kecakapan akademis yang tinggi tetapi hatinya lembut," cetusnya.
Andang menambahkan tugas kampus atas tragedi Kanjuruhan juga harus mengambil peran dalam mengubah tradisi, mengubah kebudayaan yang baik di masa mendatang.
"Peran kampus sangat besar, karena kampus lah tempat kaum terdidik. Jadi orang-orang pintar di masyarakat itu sumbernya dari kampus. Harapannya generasi yang tercipta, generasi yang mampu menyeimbangkan antara hard skill dan soft skill," paparnya.
Andang melanjutkan jika antara hard skill dan soft skill yang dimiliki generasi muda sudah seimbang. Mereka dapat melihat perbedaan serta bisa melihat hak orang lain untuk hidup.
"Kalau semua itu bisa diwujudkan saya kira indah sekali. Karena kita tidak bisa hidup sendiri, kita juga tetap butuh tetangga dan tetangga juga punya hak hidup. Kalau semua itu bisa diwujudkan, saya kira kemakmuran yang bisa didapat," tutupnya.
(dpe/iwd)