Puluhan Kios Pasar Legi Disegel gegara Tak Pernah Buka

Puluhan Kios Pasar Legi Disegel gegara Tak Pernah Buka

Fima Purwanti - detikJatim
Senin, 10 Okt 2022 15:17 WIB
Kios Pasar Legi Kota Blitar yang disegel
Kios Pasar Legi Kota Blitar yang disegel. (Foto: Fima Purwanti/detikJatim)
Kota Blitar -

Puluhan kios dagang di Pasar Legi Kota Blitar disegel Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag). Segel itu dipasang sebagai peringatan karena para pedagang tak pernah buka kios dalam waktu yang lama.

Berdasarkan data, ada sekitar 48 kips dagang yang disegel di Pasar Legi. Utamanya pada sejumlah kios bagian depan dan dalam lantai dua. Segel itu dipasang di pintu kios pedagang.

Adapun dalam kertas segel itu disebutkan, nomor kios dan keterangan dasar dari Pasal 17 Perwali Kota Blitar No 46 Tahun 2018 tentang petunjuk pelaksanaan Perda Kota Blitar No 47 Tahun 2018 tentang Penyelenggara Pasar Rakyat, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Swalayan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Iya kami sebelumnya sudah kirim surat peringatan ke 100 pedagang Pasar Legi. Banyak yang tidak lapor atau konfirmasi, makanya kami segel. Ada sekitar 48 kios yang disegel," ujar Kepala Disperindag Kota Blitar Hakim Sisworo saat dikonfirmasi detikJatim, Senin (10/10/2022).

Hakim menegaskan, penyegelan kios pedagang dilakukan sebagai upaya menertibkan pemanfaatan kios di pasar tradisional. Sebab, banyak kios di pasar tradisional yang lama tutup tanpa ada penjelasan ke Disperindag. Seperti misalnya kios dagang di Pasar Legi dan Pasar Pon Kota Blitar.

ADVERTISEMENT
Kios Pasar Legi Kota Blitar yang disegelKios Pasar Legi Kota Blitar yang disegel. (Foto: Fima Purwanti/detikJatim)

"Padahal sesuai Perwali, kios yang tutup lebih dari dua bulan harus klarifikasi ke Disperindag. Tapi ini tidak. Baru setelah ada segel, ada yang melakukan konfirmasi ke kami," terangnya.

Menurut Hakim banyaknya kios di pasar tradisional yang tutup otomatis berdampak pada pendapatan retribusi daerah. Sedangkan, beberapa kios dagang banyak yang tutup setelah kebakaran yang terjadi di tahun 2016.

"Kios pedagang di pasar tradisional ini sistemnya retribusi, bukan sewa. Mereka bayar retribusi tiap hari, kalau tidak buka berarti tidak bayar retribusi dan otomatis berdampak pada pendapatan daerah," jelasnya.

Adapun, tarif retribusi tempat berjualan di pasar tradisional bervariasi tergantung jenis bangunan. Mulai dari Rp 2.000-Rp 5.000 per hari.

Respons paguyuban pedagang dan keluhan sepinya pembeli pasar tradisional. Baca di halaman selanjutnya.

Sementara itu, Anggota Paguyuban Pedagang Pasar Legi Suharni mengaku mendukung peran Disperindag membantu pasar tradisional bisa bergeliat lagi. Sebab, saat ini kondisi pasar tradisional cenderung sepi dari pembeli.

"Kami ambil sisi positifnya agar pasar bisa ramai lagi. Pedagang bisa kembali berjualan, setelah di kejadian kebakaran dan terdampak Covid-19," terangnya saat ditemui detikJatim, Senin (10/10/2022).

Sebelumnya, pedagang pasar tradisional di Kota Blitar mengeluhkan sepinya pembeli sejak dua pekan terakhir. Padahal, harga sejumlah kebutuhan pokok cenderung normal, bahkan ada beberapa kebutuhan pokok yang justru turun harga pasca kenaikan harga BBM.

Pantauan di Pasar Legi dan Pasar Tempel Kota Blitar, sejumlah pedagang di pasar tradisional itu mengeluh tingkat penjualan kebutuhan pokok mengalami penurunan. Hal itu terjadi beberapa pekan terakhir, meskipun harga kebutuhan bahan pokok cenderung normal.

"Di kios saya yang paling ramai penjualan cabai rawit. Tapi ini penjualannya lagi turun. Biasanya, sehari bisa menjual 40 kilogram, sekarang hanya 10 kilogram sampai 20 kilogram. Padahal harganya turun," ujar pedagang bumbu dapur di Pasar Legi Kota Blitar, Ali Mahmud kepada detikJatim, Jumat (23/9/2022).

Mahmud mengaku tidak mengetahui secara pasti penyebab turunnya jumlah pembeli. Padahal, sejumlah harga bumbu dapur cendurung menurun. Seperti, harga cabai rawit dari yang ebelumnya Rp 75.000 per kilogram, turun harga menjadi Rp 55.000 per kilogram.

"Tidak tahu, apakah karena dampak kenaikan BBM atau yang lainnya. Yang jelas, belakangan ini ya sekitar dua minggu terakhir ini daya beli masyarakat turun," terangnya.

Halaman 2 dari 2
(dpe/fat)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads