Kasus kematian sejumlah kucing yang diduga diracun di salah satu perumahan Kota Malang terus menjadi perbincangan berbagai pihak. Dikabarkan bahwa populasi kucing di perumahan tersebut juga cukup banyak.
Menanggapi hal itu, Pakar Hewan Universitas Brawijaya, drh Analis Wisnu Wardhana mengatakan, populasi kucing tinggi secara umum disebabkan karena adanya sumber protein hewani. Hal itu menjadi alasan kucing memilih bertahan hidup di wilayah tersebut.
"Populasi tinggi kucing liar itu dikarenakan ada sumber makanan. Entah warga sendiri yang memberikan makanan atau di daerah situ ada sumber protein hewani. Misal, ada pasar, ada tempat makan yang menyediakan protein hewani," ujarnya, Sabtu (1/10/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, populasi tinggi kucing disebabkan karena kucing memang hewan yang bisa berkembang biak secara pesat. "Jadi kucing sekali melahirkan bisa lebih dari satu. Musim kawinnya juga sesegera setelah anaknya bisa disapih, maka si induk akan segera kawin lagi," tutur Wisnu.
Ia menyampaikan bahwa sebenarnya isu populasi kucing tinggi sudah menjadi pembahasan sejak lama. Beberapa pihak terkait juga telah terlibat untuk menangani permasalahan tingginya populasi kucing di wilayah Malang.
"Sebenarnya ini isu lama terkait populasi kucing. Dan sebenarnya di fakultas-fakulas kedokteran hewan sudah dilakukan sterilisasi, di komunitas juga sudah dilaksanakan," kata Wisnu.
"Cuman sasaran yang dituju selama ini adalah yang membawa. Apakah kucing liar sudah tercover disitu atau belum bisa jadi iya bisa jadi tidak. Kucing liar mau diseteril itu kan susahnya pas nangkep. Jadi program-program seperti itu (sterilisasi) harus di galakkan," imbuhnya.
Wisnu mengatakan, populasi kucing di Kota Malang memang ditengarai tengah meningkat. Namun dia belum bisa memastikan berapa jumlah akurat dari kucing yang ada di Malang.
"Kalau saya lihat, jumlah klinik hewan yang ada di Malang dalam 10 tahun ini naiknya luar biasa. Bahkan kalau dibanding Surabaya, klinik di Malang jauh lebih padat. Itu artinya populasi kucing di Malang naik," terangnya.
Selain itu, jumlah dokter hewan di Kota Malang juga mengalami peningkatan signifikan. Dari situ, menunjukkan ada indikasi populasi hewan kucing tengah meningkat.
Menurut Wisnu untuk menangani permasalahan populasi kucing yang tinggi bisa disikapi dengan lebih manusiawi. Yakni dengan cara sterilisasi atau menghambat reproduksi demi kesehatan hewan.
"Itu adalah cara paling manusiawi untuk kucing dan lebih mensejahterakan hewan dalam mencegah meluasnya populasi kucing," tuturnya.
Untuk menjalankan upaya sterilisasi tersebut tentu perlu adanya sinergi antara pemerintah, akademisi hingga dokter hewan dalam menggalakkan kepedulian pada kucing liar.
"Jika ada kepedulian, akan banyak masyarakat yang mengadopsi kucing liar. Kalau sudah diadopsi, tentu makanan dan kesehatan kucing akan diperhatikan. Jadi populasi kucing akan terkendali," tandasnya.
Beberapa kucing di perumahan Kota Malang mati massal, diduga diracuni. Diketahui, populasi kucing di perumahan juga cukup banyak. Adapun solusi dan cara lain untuk mengatasi populasi kucing yang terus meningkat.
Menurut Dokter Hewan Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Unair, Dr Boedhi Setiawan MP DrH, ada alternatif dan solusi yang lebih baik untuk mengurangi populasi dari pada kucing itu diracuni. Jika di Surabaya ada komunitas pecinta kucing, artinya ada sekelompok orang-orang yang peduli terhadap kucing liar.
Kadang-kadang, kucing liar yang ada di jalan dan tidak ada pemilik akan diambil oleh pecinta kucing untuk dirawat, dikelompokkan, dipelihara, di tempat animal shelter. Kucing-kucing akan dipelihara, hewannya diperhatikan.
"Hewan itu harus cukup makan dan minum, hewan itu merasa tenang, tidak ada rasa curiga dan rasa tidak nyaman. Hewan itu harus sehat, bebas dari penyakit, hewan bebas sosialisasi, punya teman dan bebas untuk bereproduksi atau berkembang biak. Di sana nanti bisa menghilangkan masalah di perumahan itu, terutama dengan adanya shelter untuk kucing," kata dr Boedhi saat dihubungi detikJatim, Sabtu (1/10/2022).
Kemudian, bisa berkoordinasi dengan dinas setempat, seperti dinas peternakan untuk membatasi populasi kucing. Caranya, kucing tersebut ditangkap, lalu disterilisasi seksual.
"Pada jantan dikebiri, kalau betina dibuang ovariohisterektomi atau kandungan. Sehingga nanti setelah dioperasi dan dirawat sampai hewan sembuh, kalau tidak ada shelter hewan bisa dibiarkan di lingkungan itu, tapi dia sudah tidak bisa beranak pinak lagi. Jadi populasinya tidak bertambah dan tidak mengganggu," jelasnya.
Jika tidak dibatasi, populasi atau kucing akan terus berkembangbiak dan dirasa mengganggu. Bila kucing berkembangbiak tapi dalam proses pemeliharaan masih bisa dibatasi, tetapi jika liar sedikit susah.
"Kalau tidak nyaman sebagai manusia (ada kucing liar) di lingkungan, mungkin bisa menaruh makanan, banyak kucing yang dicuri, itu tidak nyaman," ujarnya.
"Paling tidak dikendalikan populasi agar tidak banyak populasi. Kemudian, paling tidak kalau seperti itu tidak mungkin," pungkasnya.
Simak Video "Alasan Kucing Kerap Menjilat Bulunya Sendiri"
[Gambas:Video 20detik]
(hil/iwd)