Dugaan Perploncoan Ospek Unej, Menyibak Tabir Kelam Senioritas di Kampus

Focus

Dugaan Perploncoan Ospek Unej, Menyibak Tabir Kelam Senioritas di Kampus

Tim detikJatim - detikJatim
Kamis, 22 Sep 2022 14:30 WIB
Jumlah calon mahasiswa yang memilih masuk Universitas Jember (Unej) mengalami kenaikan cukup signifikan. Berdasarkan data peserta Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2021, ada peningkatan 36 persen jumlah calon mahasiswa yang memilih Unej, dibandingkan tahun sebelumnya.
Double Way Universtias Jember (Unej). (Foto: Yakub Mulyono/filedetikJatim)
Jember -

Universitas Jember (Unej) mendadak dikejutkan dengan pengakuan seorang keluarga mahasiswa baru (maba) Fakultas Teknik. Dia mengaku keponakannya menjadi korban perploncoan seniornya di kampus yang tidak ada esensinya dengan perkuliahan. Mencuatnya kasus ini seolah menyibak tabir kelam pendidikan Perguruan Tinggi.

Adalah Arif Wicaksono, whiste blower yang mengungkap dugaan perploncoan tersebut kepada media. Arif sudah tidak tahan bersuara usai keponakannya yang berinisial VV stres dan jatuh sakit gegara ospek.

"Awalnya keponakan saya cerita kalau tugas ospeknya itu berat. Mulai jam 8 malam, selesainya bisa sampai jam 3 pagi," tutur Arif mengawali ceritanya kepada detikJatim, Senin (19/9).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut informasi yang diperolehnya dari sang keponakan, kegiatan ospek hingga dini hari tersebut memang tidak ada di agenda resmi fakultas. Penyelenggaranya adalah BEM fakultas. Tema ospek tersebut adalah BEAT' 22 'Aiming New Generation of Engineering Student'.

Jadwal ospek dari fakultas sendiri sebenarnya sudah selesai. Seminggu terakhir, kegiatan ospek di-handle oleh BEM. Para maba sendiri sudah masuk kuliah. Jadi pagi hingga sore para maba kuliah. Malam harinya dilanjut ospek BEM.

ADVERTISEMENT

Arif menduga, ospek di luar agenda resmi fakultas itu seolah sudah jadi tradisi. Dia heran, mengapa tradisi kolot ospek yang sama sekali tidak ada esensinya dengan perkuliahan tetap berlanjut.

"Sepertinya ini memang sudah jadi tradisi. Zaman saya kuliah dulu memang kabarnya seperti itu. Tapi ini kan sudah 2022, masak iya ospeknya harus marah-marah, sampai misuh-misuh," kritik Arif.

Tugas dan Aturan Nyeleneh Ospek BEM Fakultas Teknik Unej

Arif bukannya tanpa dasar. Dia tahu tugas-tugas yang diberikan kakak tingkat (kating) kepada para maba. Keponakannya cerita bahwa para maba diminta untuk mencari tanda tangan senior. Untuk mendapatkan tanda tangan senior, maba harus menyelesaikan tugas terlebih dahulu. Salah satu tugas yang diketahui Arif adalah membuat video.

Saat para maba tak bisa menyelesaikan tugas, mereka bakal dimarahi habis-habisan. Para senior bahkan tak segan misuhi para maba dengan nada keras.

"Padahal itu lokasinya di luar kampus. Banyak maba yang akhirnya stres, termasuk keponakan saya. Panitia BEM misuh-misuh di depan muka seperti orang tak beragama," ujar Arif.

Selain dipisuhi, ada aturan lain yang tak masuk akal. Para maba tidak boleh berangkat ospek diantar oleh orang tuanya. Mereka juga tidak boleh berboncengan sesama jenis kelamin.

"Kalau boncengan harus cowok-cewek. Ini kan nggak masuk akal, esensi pendidikannya ada di mana?" kecam Arif.

Selain itu, potongan rambut maba laki-laki harus sama. Beda sedikit dengan lainnya, maba tersebut akan kena semprot senior.

"Itu diukur pakai penggaris. Selisih 0 koma dipisuhi di depan lainnya," ungkapnya.

Unej Bentuk Tim Investigasi Usut Dugaan Perploncoan Ospek BEM Faklutas Teknik

Setelah kabar dugaan perploncoan tersebut mencuat ke media massa, Unej langsung merespons cepat. Rektorat langsung membentuk Tim Investigasi untuk mengusut kabar adanya perploncoan saat Pembinaan dan Pengembangan Mahasiswa Baru (PPMB) atau ospek Fakultas Teknik. Tim Investigasi terdiri dari 7 orang, beranggotakan berbagai elemen yang ada di lingkungan Unej.

"Tim tersebut terdiri dari beberapa elemen. Mulai dari LP3M, juga ada SPI, lalu juga dari wakil dekan fakultas dan pokja kemahasiswaan," jelas Wakil Rektor I Unej Prof Drs Slamin, Selasa (20/9).

Selama tim bekerja, lanjut Slamin, ospek di Fakultas Teknik dihentikan sementara. Kelanjutan ospek akan diputuskan setelah tim investigasi menemukan fakta-fakta yang terjadi selama ospek.

"Sampai nanti kita temukan, apakah ada atau tidak terkait adanya dugaan tersebut," imbuh Slamin.

Unej meminta waktu agar tim investigasi bisa bekerja. Pihaknya tak segan untuk menjatuhkan sanksi apabila ada pihak-pihak yang melanggar.

"Makanya, mohon tim yang kami bentuk ini diberi waktu untuk bekerja. Kalau memang ternyata tim tersebut menemukan pelanggaran, tentu saja akan kami beri sanksi terhadap pihak-pihak yang terlibat," tukasnya.

Fakultas Teknik Unej Tidak Dilibatkan Dalam Tim Investigasi

"Untuk target kerja Tim Investigasi ini paling lambat satu minggu. Nanti akan kami sampaikan hasilnya," lanjut Slamin.

Slamin menegaskan, Tim Investigasi berjanji untuk bekerja secara objektif dan independen. Mereka akan menggali informasi terkait dugaan pelanggaran ospek BEM Fakultas Teknik Unej. Hal ini dibuktikan dengan tidak dimasukkannya Fakultas Teknik ke dalam Tim Investigasi.

"Tentu saja dari Fakultas Teknik tidak kami libatkan. Ini menjaga agar tidak terjadi conflict of interest (konflik kepentingan)," tegasnya, Rabu (21/9).

Menurut Slamin, tim akan bekerja secara objektif dan berimbang. Semua pihak akan dimintai konfirmasi. Baik dari dekanat, mahasiswa, maupun panitia ospek.

"Karena ini kan tim internal, juga harus cover both side (berimbang) dari sisi panitia ataupun sisi mahasiswa barunya," kata Slamin.

"Untuk mahasiswa baru juga tidak hanya dari korban, tapi mungkin dari maba yang lain. Untuk mengetahui lebih lanjut soal giat ospek itu. Juga (meminta informasi) dari dekanat (Fakultas Teknik)," Slamin melanjutkan.

Larangan perploncoan saat ospek atau yang sekarang dikenal Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) sebenarnya sudah lama digaungkan. Hingga kini, perploncoan yang dekat dengan kekerasan fisik dan psikis tetap dilarang.

Setiap Tahun Kemendikbudristek Terbitkan Panduan Pelaksanaan Ospek

Hingga saat ini, setiap tahunnya Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) selalu mengeluarkan panduan pelaksanaan PKKMB bagi seluruh kampus. Salah satu tujuan panduan PKKMB ini adalah untuk menghindari dan menghapus praktik perploncoan tersebut.

Namun, praktik perploncoan itu seolah menjadi tradisi. Pengamat pendidikan yang juga Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum Universitas Negeri Surabaya Prof Dr Warsono menganalisis, perploncoan di kampus sulit dihapus karena telah menjadi tradisi yang dibangun oleh mahasiswa di tingkat fakultas.

"Sebetulnya ini, kan, secara kelembagaan kampus, secara kebijakan, sudah tidak boleh. Tetapi selalu ada relasi antara mahasiswa baru dengan mahasiswa lama, ya, pengurus-pengurus BEM itu. Dan masing-masing fakultas itu punya budaya sendiri dan relasi kuasa sendiri-sendiri yang sangat tergantung pada tradisi yang dibangun mahasiswa di tiap fakultas," papar Warsono kepada detikJatim.

Warsono mengungkapkan, seringkali ada kepentingan yang berbeda antara kepentingan kampus dengan kepentingan mahasiswa berkaitan dengan ospek atau PKKMB. Menurutnya, kampus memandang ospek adalah orientasi pengenalan kehidupan kampus.

"Bagi kampus ospek itu adalah masa orientasi studi dan pengenalan kehidupan kampus. Pengenalan budaya di kampus dan lain sebagainya. Di sisi lain, mahasiswa menjadikan ospek itu sebagai sarana membangun struktur kesenioritasan atas dan bawah atau ada semacam relasi kuasa. Dengan tujuan seperti ini seringkali menimbulkan tindakan-tindakan yang melenceng," katanya.

Pengamat Belum Temukan Formula Alasan Maba Lebih Takut ke Senior daripada Kampus

Warsono yang mengaku sempat menangani kemahasiswaan di Unesa sebelum akhirnya terpilih menjadi Rektor Unesa pada periode 2014-2018 menyebutkan, ia bahkan belum mampu memecahkan secara rasional, sebenarnya apa yang melandasi mahasiswa cenderung melakukan perploncoan.

"Saya sebagai orang yang sempat menangani itu juga belum sampai menemukan jawabannya. Mahasiswa (baru) itu seringkali takut dengan senior-seniornya daripada dengan lembaganya (kampus). Seringkali yang terjadi seperti itu, sehingga kadang-kadang ini tidak masuk akal," ujarnya.

Ia mencontohkan apa yang telah dia alami di Unesa. Ketika dosen menyampaikan kepada mahasiswa baru bahwa apa yang diminta para mahasiswa senior di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) tidak wajib dituruti para mahasiswa baru itu memilih lebih menurut atau patuh kepada seniornya dibandingkan kepada dosennya. Ia menduga itu dilandasi rasa ketakutan para mahasiswa baru itu sendiri.

"Menurut pengalaman saya yang pernah menjadi PR (pembantu rektor) III bidang kemahasiswaan, seringkali praktiknya ada semacam omongan begini, 'Eh, kamu kalau tidak mau menurut tidak akan dibantu kalau butuh bantuan'. Jadi dibangun semacam, apa ya, indoktrinasi. Sehingga mereka lebih takut pada seniornya dibandingkan dengan dosennya," urainya.

Warsono mengakui perploncoan oleh para senior yang biasanya dilakukan para pengurus BEM di fakultas tidak bisa sepenuhnya dihilangkan. Bahkan ketika ospek sudah diganti istilahnya dengan PKKMB dan sudah ada panduan pelaksanaan yang lebih banyak bersifat akademik, perploncoan masih saja membayangi masa pengenalan kampus. Seperti kasus terakhir yang sedang terjadi di Fakultas Teknik Universitas Jember.

"Ya, memang seharusnya kampus itu harus mengawasi, harus terus mengawasi secara lebih ketat, ya," katanya.

Kampus Tidak Boleh Serahkan Pelaksanaan Ospek ke Mahasiswa Senior

Setiap tahunnya Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan yang merupakan unit pelaksana di bawah Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kemendikbudristek selalu mengeluarkan Panduan PKKMB yang bisa dirujuk seluruh kampus di Indonesia. Termasuk pada 2022 ini.

Dalam bab latar belakang Panduan PKKMB 2022 dengan tegas disebutkan bahwa kegiatan PKKMB adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh perguruan tinggi. Kegiatan itu sepenuhnya menjadi tanggung jawab pimpinan perguruan tinggi.

Tidak hanya itu, telah disebutkan di bab yang sama bahwa tidak dibenarkan bagi perguruan tinggi menyerahkan kegiatan PKKMB kepada peserta didik atau mahasiswa senior tanpa adanya proses pembimbingan, pendampingan, monitoring, dan evaluasi yang memadai.

"Demikian juga Perguruan Tinggi tidak diperbolehkan mengembangkan model pengenalan kampus sesuai dengan interpretasi masing-masing sehingga terjadi penyimpangan antara lain berbentuk aktivitas perpeloncoan oleh senior, kekerasan fisik, dan atau psikis yang dapat berakhir dengan adanya korban jiwa," demikian penjelasan di bab latar belakang panduan PKKMB 2022.

Disebutkan pula bahwa perploncoan yang berujung pada kekerasan seperti itu akan menimbulkan kecemasan, kekhawatiran, dan ketakutan bagi mahasiswa baru, orang tua, dan masyarakat pada umumnya.

Unej Jamin Lindungi Maba yang Berani Bersuara

Unej sendiri menjamin perlindungan kepada para mahasiswa baru (maba) untuk berani bersuara. Unej juga menjamin para maba terlindung dari intimidasi senior.

"Jadi mahasiswa Unej, khususnya mahasiswa baru tidak perlu khawatir. Kami jamin. Kalau ada hal-hal yang tidak baik, pasti kami tindak," ujar Slamin.

Bahkan, lanjut Slamin, pihaknya menginstruksikan kepada dosen maupun dekanat untuk ikut menjaga mahasiswa. Unej juga siap membuat channel khusus semacam posko pengaduan maba dan menjamin kerahasiaan identitasnya.

"Kami sampaikan ke dosen dan dekanat agar betul-betul menjaga mahasiswa. Bahkan, jika perlu dibuka channel atau posko dalam tanda kutip, yang bisa menjadi tempat pengaduan mahasiswa yang merasa menjadi korban intimidasi. Khususnya mahasiswa baru," terang Slamin.

"Sehingga, kami juga bisa mendapat update terbaru jika ada mahasiswa yang mendapat perlakuan tidak baik dari para seniornya," tambah Slamin.

Slamin bisa memahami adanya kekhawatiran dari mahasiswa baru, juga orang tua mahasiswa usai kabar perploncoan di Fakultas Teknik Unej berembus. Namun, dia menjamin bahwa Unej akan selalu berusaha menjadi kampus yang damai.

"Kami akan selalu menjadi kampus yang damai tanpa kekerasan. Saya sendiri juga membenci kekerasan," tukasnya.



Hide Ads