Bus Trans Jatim sebenarnya diharapkan bisa mengangkut para pekerja yang biasa berangkat dengan menggunakan kendaraan pribadi. Dengan begitu kemacetan juga bisa dikurangi. Sayangnya, sejauh ini penumpang Trans Jatim didominasi oleh mereka yang sekadar coba-coba dan jalan-jalan.
Berdasar pantauan detikJatim selama sepekan terakhir, memang ada pekerja yang naik. Namun, jumlahnya tidak terlalu banyak.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan para pekerja masih belum mau memilih naik Bus Trans Jatim sebagai moda transportasi sehari-hari. Meski harus diakui ongkosnya lebih murah, tapi naik motor dianggap masih lebuh cepat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dari segi uang, ini sangat membantu karena hemat. Tapi kalau waktu, saya rasa lebih boros," kata Dimas, warga PPS, Gresik kepada detikJatim, Sabtu (3/9/2022).
Menurut Dimas, waktu yang dibutuhkan ketika berangkat menuju tempatnya bekerja di kawasan Semolowaru, Surabaya harus lebih awal. Jika membawa motor, ia berangkat sekitar pukul 06.00 WIB. Sedangkan ketika menggunakan transportasi Bus Trans Jatim, ia harus berangkat dari rumah lebih awal, yakni pukul 04.45 WIB.
"Yang dari Terminal Bunder kan berangkat pukul 5 pagi. Lha sampai Bungurasih memang tepat waktu, tapi setelahnya itu. Kalau naik bemo kan lebih lambat, kalau naik ojek online mahal. Jadi terlambat kalau dari Bungur naik angkutan umum," ucap Dimas.
![]() |
Dimas memang sengaja menjajal sekaligus survei naik Bus Trans Jatim. Hasilnya, dia bulat memilih naik motor sendiri.
"Kalau punya dua motor enak, ditaruh parkiran Bungur untuk bekerja dan ditaruh parkiran Bunder untuk pulang," urai Dimas.
Dimas berharap agar pemerintah juga memikirkan transportasi umum dari terminal atau halte yang berada di rute jalur Trans Jatim. Sebab, jika tidak didukung transportasi tambahan, maka akan banyak masyarakat lebih memilih kendaraan pribadi.
"Pada akhirnya mubazir. Saya harap ada sewa sepeda motor atau sewa sepeda listrik yang berada di halte atau terminal. Untuk sistem sewanya bisa dipikirkan oleh pemerintah agar tidak disalahgunakan oknum yang tidak bertanggung jawab," saran Dimas.
Senada, Heru salah satu warga Gresik Kota Baru mengaku kapok naik bus Trans Jatim. Harapan menghemat dengan menumpang Bus Trans Jatim ke tempat kerjanya di daerah Krian, Sidoarjo, malah membuatnya terlambat.
"Nggak lagi berangkat kerja naik angkuta umum, mending naik motor. Agak capek, tapi bisa santai dan nggak terlambat masuk kerja," kata Heru.
Menurut Heru, keberangkat Bus Trans Jatim hingga tiba di tempat tujuan sebenarnya sudah sesuai jadwal. Namun, setelah turun di Terminal Bungurasih, angkutan umum atau transportasi dari Bungurasih menuju Krian masih belum bisa diandalkan.
"Yang lama itu setelah turun Bus Trans Jatim, kan tujuan ke Krian nggak ada, jadi naik angkutan umum dari halte menuju tempat kerja itu yang lama," tambah Heru.
Bus Trans Jatim butuh angkutan pengumpan. Baca di halaman selanjutnya.
Trans Jatim Butuh Feeder
Apa yang dikeluhkan oleh Dimas dan Heru itu senada dengan analisis dosen Teknik Transportasi Unesa sekaligus Kepala Bidang Keselamatan Transportasi Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Dr Dadang Suprianto. Dadang menekankan adanya penataan transportasi feeder atau pengumapan yang harusnya dilakukan secara beriringan.
Harapannya, penataan trayek angkutan kecil yang bisa memfasilitasi perumahan dan titik-titik tak terlayani transportasi umum atau blank spot ke depan akan mendukung keberadaan Bus Trans Jatim.
"Maksud saya, angkutan pedesaan harusnya bergerak di koridor jaringan angkutan cabang/ranting. Jaringan utama biar dilayani angkutan yang basisnya massal, seperti Trans Jatim ini," ujarnya.
Pengaturan seperti itu sudah termuat dalam Keputusan Menteri Perhubungan. Bahwa kendaraan angkutan berkapasitas besar ada di jaringan utama, yang kapasitasnya rendah di jaringan ranting.
"Ada Kepmen-nya, sudah ada aturan itu, tapi hingga saat ini memang belum tertata. Contohnya, bison dan angkutan lyn kuning yang harusnya tidak sampai masuk ke Surabaya tetap masuk hingga ke Terminal Joyoboyo," ujarnya.
Sebab itulah, Dadang menyarankan pemerintah daerah terkait, baik di provinsi maupun kabupaten/kota, harus segera duduk bersama menata feeder untuk menunjang Bus Trans Jatim.
![]() |
Bila hal itu berlarut-larut dan tidak segera ada tindak lanjut, misalnya melakukan rerouting atau penataan ulang trayek angkutan pedesaan seperti bison dan lyn, ia khawatir apa prediksinya bisa menjadi nyata.
"Saya berusaha untuk tidak mengatakan (Bus Trans Jatim) tidak efektif. Tapi ini harus secepatnya diiringi dengan feeder baru, sehingga keberadaannya bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat," ujarnya.
Terkait dengan angkutan feeder Bus Trans Jatim, detikJatim sebenarnya sudah berupaya untuk mengonfirmasi ke Kepala Dinas Perhubungan Jatim Nyono. Namun, selama dua pekan terakhir, baik ditelepon maupun melalui WhatsApp, yang bersangkutan tidak merespons.
Bahkan, detikJatim juga sudah berupaya menemui Nyono dalam momentum demo driver ojol. Sayangnya, Kadishub Jatim itu tetap bungkam seribu bahasa dan tidak memberikan keterangan ke media.
Simak Video "Video: Tampang Pelaku Perusakan Halte Trans Jatim di Sidoarjo"
[Gambas:Video 20detik]
(dte/dte)