Jawa Timur mulai memasuki musim kemarau. Itu terbukti warga di beberapa daerah sudah mengalami kekeringan. Salah satunya Desa Batuporo Barat, Kecamatan Kedundung, Sampang, Madura.
Warga Desa Batuporo Barat mulai mengeluhkan sulitnya mendapatkan air bersih. Mereka bahkan harus menunggu berjam-jam untuk mendapat air bersih dari sebuah sumur yang berjarak hampir 5 KM dari rumahnya.
"Biasanya kami ngambilnya di sumur-sumur kecil dekat sungai sebelah rumah tapi kan sekarang sungainya aja udah kering. Jadi nyarinya ya ke sumur yang agak jauh di sana," kata Maryam warga Batuporo sambil mendorong gerobaknya, Jumat (2/9/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kegiatan ini menjadi rutinitasnya setiap 2 hari setiap memasuki musim kemarau saat ini. Kebanyakan warga menggunakan air tersebut untuk kepentingan masak minum dan mandi.
"Kalau tampungan air hujan di rumah habis ya harus nyari keluar untuk masak dan mandinya. Kadang dua hari sekali ngambilnya," ujarnya.
"Kalau bantuan dari pemerintah ya ada tapi kan jarang. kadang satu musim kalau nggak kebagian ya maksimal 2 kali," tambahnya.
Sebelumnya, BPBD Sampang menyebut desa paling krisis kekeringan selama tahun 2022 berjumlah 63. 63 Desa itu berada di 14 kecamatan.
"Ada 63 desa yang dikategorikan kering kritis tahun 2022 ini tersebar di 10 kecamatan dari total 14 kecamatan se-Kabupaten Sampang," kata Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Kabupaten Sampang, Asroni saat dikonfirmasi.
Padahal, jelas dia, jumlah ini lebih kecil dibanding tahun sebelumnya mencapai 74 desa dan satu kelurahan.
"Tahun sebelumnya (2021) 74 desa dan satu kelurahan (Mengalami kekeringan)," tegasnya.
Dari 63 desa, Kecamatan Kedungdung merupakan wilayah dengan jumlah desa terbanyak mengalami kekeringan kritis. Kekeringan terjadi di 13 desa. Di antaranya Desa Rohayu, Bajrasokah, Nyeloh, Banjar, Ombul, Pajeruan, Kedungdung, Batuporo Barat, Batuporo Timur, Gunung Eleh, Daleman, Pasarenan dan Palenggiyan.
(fat/fat)