Banyuwangi Sea Turtle Foundation (BSTF) kembali melepasliarkan tukik atau anak penyu ke laut lepas. Sebanyak 99 ekor tukik hasil tetasan alat Inkubator Buatan (Intan) Boks dilepasliarkan. Penetasan menggunakan Intan Boks semakin teruji dalam upaya konservasi penyu di Banyuwangi.
Pelepasan dilakukan oleh Minggu sore (31/7/22) di Pantai Pulau Santen, Kelurahan Karangrejo, Banyuwangi, bersama dengan komunitas Home Schooling HSKB (Home Schooling Karesidenan Besuki) dan kelompok penyayang penyu.
Tukik dari penyu jenis lekang (Lepidochelys olivacea) yang dilepaskan oleh BSTF adalah yang kesekian kalinya dilakukan. Sebanyak 99 tukik tersebut menetas setelah menjalani masa inkubasi di dalam Intan Box selama 60 sampai 64 hari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pembina BSTF Wiyanto Haditanojo menjelaskan 99 tukik tersebut berasal dari sarang alami yang didapat dari Pantai Marina Boom Banyuwangi. Total ada 107 butir telur yang diambil dari sarang tersebut pada tanggal 24 April lalu. Telur-telur itu lalu dimasukkan ke dalam Intan Box yang diletakkan BSTF di Sekolah Ilmu Kesehatan dan Ilmu Alam (SIKIA) Universitas Airlangga.
BSTF sendiri meletakkan Intan Box di tiga lokasi yang berbeda. Yaitu di sektretariat BSTF, SIKIA Unair dan Pantai Cemara. Setelah diinkubasi selama 60 sampai 64 hari tanggl 23 Juni total ada 99 telur yang menetas. Sedangkan 8 butir lainnya rusak sehingga tidak bisa menetas.
"Jadi dari sarang ke empat yang kita masukan ke Intan Box total ada 99 ekor tukik yang menetas. atau sekitar 92,5 persen yang berhasil menetas," jelas Wiyanto kepada detikJatim.
Sejak mulai digunakan pada akhir tahun 2021 lalu, Intan Box yang ditemukan BSTF sudah menetaskan lebih dari 1.000 butir telur penyu Lekang dan 1 sarang 51 butir Penyu Hijau (chelonia mydas).
Metode penggunaan alat inkubator yang dikembangkan BSTF ini pun dianggap cukup efektif. Selain tak memerlukan media pasir seperti umumnya, Intan Box juga terbukti memiliki rasio penetasan yang cukup tinggi. Rata-rata, angka penetasanya ada di atas 90 persen, lebih tinggi dari rata-rata penetasan semi alami.
Alat yang berbentuk boks ini juga tidak memakan tempat yang luas sehingga mudah dipindah dan dipantau langsung dan bisa menampung 1.000 butir telur penyu. Ini pun tergantung dari jenis penyunya.
Keunggulan lainnya, jenis kelamin tukik yang dikehendaki, apakah betina maupun jantan cenderung lebih bisa dikontrol. Karena Intan Box bisa menyesuaikan kelembaban dan suhu udara selama proses inkubasi berlangsung.
"Karena pemanasan global, saat ini mayoritas penyu yang menetas di alam berjenis kelamin betina. Padahal di alam liar, seekor induk penyu betina membutuhkan antara 4 sampai 6 penyu jantan untuk membuahi telur telur yang ada dalam indung telur penyu betina," imbuh Wiyanto.
Wiyanto memperkirakan, penyu-penyu yang dilepas di Pantai Pulau Santen adalah penyu-penyu berjenis kelamin jantan karena masa inkubasinya lebih lama. Bila di semi alami biasanya menetas sekitar 45 sampai 47 hari.
"Tukik berusia 37 hari yang dilepas saat ini respon nya sama dengan tukik hasil penetasan alami maupun semi alami saat dilepas ke laur lepas Semoga Intan box bisa mendapatkan dukungan dari semua pihak agar kelestarian penyu tetap terjaga," katanya.
Wiyanto menambahkan, selama proses Inkubasi berlangsung. Para peneliti dari SIKIA Unair Banyuwangi salah satunya drh Aditya Yudhana dan team mahasiswa terus melakukan pemantauan kepada telur penyu yang ditetaskan dalam tabung di Intan Box.
Hal ini akan dijadikan bahan penelitian oleh SIKIA Unair Banyuwangi sekaligus untuk pengembangan Intan Box kedepannya.
Selain Intan Box, Wiyanto mengatakan BSTF juga menciptakan Yosi Box alat ini berfungsi untuk mempercepat penyerapan Yolk (kuning telur) anak penyu (tukik) yang baru menetas. Secara alami Yolk membutuhkan waktu dua hingga empat hari untuk menyusut.
Namun dengan alat Yosi Box, durasi untuk mengecilkan Yolk hanya beberapa jam saja. Dengan begitu, tukik bisa lebih cepat dilepas kembali kelautan, tanpa khawatir Yolk nya masih besar hingga menghambat waktu berenang.
Kegiatan ini didukung oleh Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar Kementerian Kelautan dan Perikanan.