Tragedi kelam 27 Juli 1996, atau biasa disebut Kudatuli (kerusuhan 27 Juli) merupakan penyerbuan dan pengambilalihan secara paksa kantor DPP PDI di Jalan Diponegoro 58, Menteng Jakarta Pusat. Kantor semula dikuasai Ketua Umum DPP PDI Megawati Soekarnoputri dan barisan pendukung setia yang waktu itu disebut PDI Promeg (Pro Megawati).
Penyerbuan dilakukan barisan Soerjadi-Buttu Hutapea, yang menyebabkan korban meninggal dunia dan luka-luka. Diyakini luas, penyerbuan itu juga mendapat back up dari pemerintah dan aparat keamanan.
Penyerbuan itu mendapat reaksi keras dari berbagai daerah, termasuk Surabaya. Pada 28 Juli 1996, di Kata Pahlawan ini, Rw terjadi unjuk rasa besar dari area Kebun Binatang Surabaya terus berlanjut ke Jalan Diponegoro. Di tengah jalan, aparat militer menyapu bersih membuat massa kocar-kacir, puluhan orang luka-luka dan ditangkap.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tragedi 27 Juli 1996 adalah puncak tragedi dan perlawanan PDI Pro-Megawati terhadap rezim Orde Baru. Bermula dari Kongres Luar Biasa PDI 1993 di Asrama Haji Sukolilo Surabaya. Pada 22 Juni 1996, kepemimpinan Megawati yang sudah sah, dilengserkan melalui Kongres PDI di Medan yang dinilai ilegal. Satu bulan sebelum peristiwa 27 Juli. Kongres di Medan yang disponsori rezim Orde Baru menaikkan Soerjadi-Hutapea.
Wakil Wali Kota Surabaya Armuji, yang juga kader senior PDI Perjuangan, mengingatkan generasi penerus harus terus mengkhidmati perjuangan para pejuang-pejuang partai sebelumnya.
"Masih banyak kurban akibat tragedi Kudatuli yang belum ditemukan, hilang, luka-luka dan cacat. Bagi semua pejuang partai yang telah meninggal dunia, kita mendoakan agar mereka beristirahat dalam tenang dan damai. Mendapat tempat yang mulia di sisi Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa," kata Armuji.
Wakil Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Timur, Whisnu Sakti Buana, berpesan agar peringatan peristiwa Kudatuli membuat kader-kader banteng selalu ingat sejarah. "Jangan sekali-kali melupakan sejarah! Kata Bung Karno, Jasmerah. Kita ingat terus pengorbanan dan perjuangan para pejuang partai," kata Whisnu.
Pada 1996, perlawan PDI Pro Megawati (Promeg) di Jawa Timur dipusatkan di Posko Pandegiling Kota Surabaya. Dipimpin Ir Sutjipto, Ketua DPD PDI Jawa Timur. Pergerakan itu diantaranya melahirkan tokoh-tokoh L. Soepomo dan Bambang DH.
Peringatan berlanjut, Rabu 27 Juli 2022, dilakukan ziarah ke makam Ir. Sutjipto, Ibu Sudjamik Sutjipto, dan L. Soepomo di TPU Keputih. Dihadiri Adi Sutarwijono, Baktiono, Armuji, Whisnu Sakti Buana, dan ratusan kader dan pengurus PDI Perjuangan Kota Surabaya.
"Peringatan Kudatuli memberi hikmah, pentingnya memiliki kesabaran revolusioner, sebagaimana yang diajarkan Ibu Megawati Soekarnoputri dan dimiliki pemimpin PDI Perjuangan di masa lalu," kata Whisnu Sakti Buana.
Simak Video "Ganjar Sebut Peristiwa Kudatuli Bisa Menimpa Parpol Lain"
[Gambas:Video 20detik]
(fat/fat)