Sejumlah kader PDI Perjuangan Surabaya ziarah dan tabur bunga ke makam sejumlah tokoh pelaku pergerakan PDI Pro Megawati (Promeg). Mereka memperingati kerusuhan 27 Juli 1996 (Kudatuli).
Kegiatan ini diikuti Eri Cahyadi sekaligus Wakil Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Timur, Ketua DPC PDI Perjuangan Surabaya Adi Sutarwijono sekaligus Ketua DPRD Surabaya. Jagad Hariseno putra sulung almarhum Ir Sutjipto juga turut hadir.
Wakil Ketua DPD PDI Perjuangan Jatim Eri Cahyadi mengajak kader banteng meneladani kegigihan dan keberanian para pejuang PDI Perjuangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Peringatan Kudatuli mengajak kita bersama untuk meneladani semangat dan keberanian dari para pejuang PDI Perjuangan," kata Wali Kota Surabaya itu, Sabtu (27/7/2024).
Menurutnya, Surabaya merupakan basis penting bagi PDI Perjuangan. Oleh karena itu ia mengajak untuk menjaga agar Surabaya tetap mengibarkan PDIP.
"Itu diwujudkan melalui kebijakan-kebijakan yang berpihak bagi rakyat, pada wong cilik," ujar Eri.
Sementara Ketua DPC PDIP Surabaya Adi Sutarwijono menyebut, kegiatan tabur bunga kepada tokoh Promeg dilakukan di tiga tempat.
"Ziarah dan tabur bunga dilakukan DPC PDI Perjuangan Kota Surabaya di tiga lokasi, yakni TPU Keputih, di pemakaman Rangkah dan pemakaman Kembang Kuning," kata Awi sapaan akrabnya.
Ziarah dan tabur bunga dilakukan di makam Sekjen DPP PDIP (2000-2005) Ir Sutjipto dan istri Ir Sudjamik. Kemudian di makam almarhum L Soepomo, di makam advokat pembela PDI Pro Megawati Trimoelja D Soerjadi SH dan Ketua DPC PDIP Surabaya (2010-2020) Whisnu Sakti Buana.
"Kongres PDI Soerjadi di Medan dan kerusuhan 27 Juli 1996 direspon oleh gelombang perlawanan hebat diberbagai kota dari massa akar rumput PDI Pro Megawati. Di Surabaya, dipusatkan di Posko Pandegiling, dipimpin Pak Tjip (Ir Sutjipto). Salah satu tokoh penggeraknya Pak Soepomo," jelasnya.
Awi menceritakan, peristiwa kerusuhan 27 Juli 1996 adalah puncak pengambilalihan PDI di bawah Megawati Soekarnoputri, yang sah dan konstitusional, oleh kelompok PDI Soerjadi yang diback up kekuatan keamanan dan aparatur negara.
Pengambilalihan kekuasaan PDI itu ditandai dengan digelarnya kongres ilegal di Medan, Juni 1996, yang dilakukan Soerjadi, Fatimah Ahmad, Buttu Hatapua, dan lainnya disokong rezim Orde Baru. Berpuncak pada penyerbuan Kantor DPP PDI di Jalan Diponegoro pada Sabtu 27 Juli 1996 subuh.
Para pendukung Megawati Soekarnoputri yang berada di kantor tersebut diserbu orang-orang berseragam yang diklaim sebagai pendukung kubu Soerjadi. Hasil penyelidikan Komnas HAM menyebut ada lima orang tewas, 149 orang luka, dan 23 orang hilang dalam insiden kelam di era Orde Baru tersebut.
Sementara Jagad Hariseno, putra sulung Pak Tjip sekaligus kakak tertua Whisnu Sakti Buana mengucapkan terima kasih atas perhatian dan doa-doa dari seluruh kader banteng.
"Mewakili keluarga, saya menyampaikan terima kasih, matur nuwun, atas kepedulian para kader banteng yang pagi ini berziarah ke makam bapak-ibu saya (Ir. Sutjipto dan Ir. Sudjamik) dan adik saya, Whisnu Sakti Buana dan sejumlah pelaku gerakan PDI Promega," pungkasnya.
(esw/fat)