Ade Baskara Hanafi (33), mahasiswa pecinta alam Universitas Muhammadiyah Ponorogo sukses menaklukkan tujuh gunung tertinggi di Pulau Jawa. Ia berhasil melakukannya selama dua bulan bersama 19 rekannya.
Ade mengatakan acara pendakian tujuh gunung tersebut merupakan acara menyambut ke-30 tahun organisasi pecinta alam (Mahipa) Universitas Muhammadiyah Ponorogo.
"Pendakian 7 gunung dalam rangka menyambut 30 tahun organisasi kita, Mahipa, Universitas Muhammadiyah Ponorogo di bidang pecinta alam," tutur Ade, Rabu (27/7/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ade menambahkan tujuh gunung yang berhasil didaki yakni gunung Arjuno, Welirang, Raung, Lawu, Ciremai, Sumbing dan Slamet. Menurutnya Gunung Raung merupakan yang paling susah didaki karena medannya yang ekstrem.
Pasalnya, medan yang harus ditempuh untuk menuju puncak berupa tebing curam dengan batuan besar. Tak hanya itu, sumber air di sana juga hampir tak ada.
Baca juga: 6 Fakta Pendaki Hilang di Gunung Arjuno |
"Pendakian gunung Raung via Kalibaru di Banyuwangi yang paling ekstrem. Vegetasinya lebat, menuju puncak juga dihadapkan dengan tebing curam, batuan besar," kenang Ade.
Selain dibutuhkan fisik dan mental yang kuat, lanjut Ade, Pendaki juga harus melengkapi diri dengan peralatan yang mumpuni. Mulai dari alat panjat, tali karmantel, hardness, carabiner, webbing dan lain-lain.
"Kami harus melipir di tebing untuk menuju puncak, juga turun jurang yang ekstrem," tutur Ade.
Pria yang pernah menjabat ketua pelaksana seven summit of Java ini pun juga menceritakan beratnya mendaki Gunung Raung juga sulit sumber air. Ia menceritakan sejak start sampai camp terakhir tidak ada air.
"Jadi beban bawaan kami berat, fisik juga terkuras, setelah camp terakhir kami istirahat. Butuh waktu 6 jam untuk ke puncak dihadapkan dengan angin yang besar," ujar Ade.
Selain Gunung Raung, Ade juga menceritakan pengalamannya di Gunung Arjuno dan Welirang. Logistik mereka, nasi, sayur dan lauk pauk sempat diserang babi hutan.
Ade lantas memberi pesan kepada pendaki, bahwa mendaki gunung tak hanya modal nekat saja. Namun juga harus paham literatur gunung terutama medan yang akan ditempuhnya. Sebab jika tidak bisa berakibat fatal.
"Pesannya, meski mendaki gunung sekarang hits. Pendaki harus mengetahui literatur gunung, medannya seperti apa, jangan hanya nekat mendaki ingin dapat foto bagus yang akhirnya bisa berakibat fatal," pungkas Ade.
(abq/fat)