Informasi dalam artikel ini tidak ditujukan untuk menginspirasi siapa pun untuk melakukan tindakan serupa. Bila Anda, pembaca, merasakan gejala depresi dengan kecenderungan berupa pemikiran untuk bunuh diri, segera konsultasikan persoalan Anda ke pihak-pihak yang dapat membantu, seperti psikolog, psikiater, ataupun klinik kesehatan mental.
Dalam beberapa bulan terakhir, sejumlah kejadian bunuh diri terjadi di Jembatan Suramadu. Seluruh korban ditemukan dalam kondisi tak bernyawa.
Hal itu sebenarnya telah diantisipasi Ditpolairud Polda Jatim. Salah satunya dengan menerjunkan tim reaksi cepat dan patroli di sekitar Suramadu setiap hari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kanit SAR Ditpolairud Polda Jatim Iptu Guntur menyebutkan ada 3 tim yang diterjunkan. Masing-masing tim terdiri dari 9 personel.
"Sehari-hari mereka bertugas secara bergiliran," kata Guntur kepada detikJatim, Rabu (6/7/2022).
Para personel Tim Reaksi Cepat Ditpolairud itu dikerahkan di kawasan APTS dan APBS termasuk di kawasan Suramadu. Untuk Suramadu sendiri mereka bertugas melakukan patroli sesuai jadwal.
"Jamnya tidak menentu, ya, tergantung kondisi cuaca. Tapi patroli itu kami intensifkan terutama di hari libur dan malam Minggu," ujarnya.
Saat beroperasi Tim Reaksi Cepat menggunakan kapal dengan jenis atau spesifikasi tertentu sesuai medan. Terlebih pada rute yang sulit ditempuh kapal besar seperti di aliran sungai di dekat permukiman.
Di lokasi seperti itu pihaknya mengutamakan penggunaan motor air atau jetski. Evakuasi akan didukung kapal khusus untuk mengangkut jenazah atau bila ada temuan lain dengan kapasitas tertentu.
"Sesuai petunjuk dari Direktur Polairud Polda Jatim Kombes Puji Hendro Wibowo ada Kapal Patroli Cepat dan Jetski dengan spesifikasi Mesin 500 PK dan Jetski 300 HP," tutupnya.
Sejauh ini, orang-orang malang yang menceburkan diri dari Suramadu didominasi pengendara motor. Berdasarkan data yang diakumulasi detikJatim, ada 3 hingga 4 kejadian pengendara motor yang menceburkan diri dari Suramadu selama 3 bulan terakhir.
Hal itu masih belum bisa diantisipasi petugas gabungan terkait termasuk dari kepolisian. Sebabnya, peristiwa itu seringkali dilakukan di luar pantauan dan secara spontan.
Kanit 8 Sat PJR Ditlantas Polda Jatim AKP Farida Aryani mengatakan pihaknya tetap mengamankan dengan memelototi sepanjang ruas Suramadu. Namun itu tidak dilakukan terus menerus secara nonstop tapi dengan sistem patroli.
"Kalau kami stay di tengah Suramadu enggak bisa. Kalau untuk pengawasan, anggota PJR (Ditlantas Polda Jatim) per 2 jam (melakukan) patroli," katanya.
Farida menjelaskan upaya pengawasan lalin dan pencegahan hal serupa dilakukan setiap hari. Baik dari jalur motor, mau pun mobil.
"Ruas jembatan Suramadu baik Madura-Surabaya dan sebaliknya itu rute patroli PJR. (Patroli) sampai jam 00.00, 02.00, dan 04.00 WIB. Kami setiap hari patroli di ruas Jembatan Suramadu," ujarnya.
Meski begitu ia mengaku tetap ada kendala yang harus dihadapi timnya. Menurutnya, jarak antara pos atau base campnya terlalu jauh. Itu menyebabkan durasi tempuh menuju Suramadu tidak bisa cepat.
"Kendala dari PJR Ditlantas Polda Jatim 8, mako (markas komando) kami jauh dari Suramadu. Yakni di Jalan Raya Tangkel, Bangkalan. Jadi, kalau ada kejadian butuh waktu tempuh," tutupnya.
(dpe/iwd)