Lembaga Pengamatan Ekologi dan Konservasi Lahan Basah Ecoton menyimpulkan bahwa kondisi air di Sungai Brantas sedang tidak baik-baik saja. Salah satu indikatornya adalah banyaknya ikan yang mati.
Muhammad Kholid Basyaiban Alumnus Fakultas Hukum Universitas Trunojoyo Madura yang berafiliasi dengan Ecoton mengatakan perlu adanya upaya edukasi masyarakat berkaitan dengan kondisi Brantas yang memprihatinkan itu.
"Kami ingin mengajak pihak terkait, ormas, dan masyarakat agar lebih peduli akan Sungai Brantas yang saat ini kondisinya kurang baik," kata Kholid dalam keterangan yang diterima detikJatim, Selasa (7/6/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Banyaknya ikan yang mati menjadi indikator buruknya kualitas air di Kali Brantas. Sebab itulah perlu ada upaya pelibatan masyarakat dalam memonitor kesehatan Brantas. Terutama, pemberian ruang bagi perempuan Brantas untuk ikut memantau kualitas air.
"Kapan hari, kan, banyak ikan mati. Artinya kualitas air Sungai Brantas ini buruk," kata Kholid.
Dalam upaya mencegah pencemaran Sungai Brantas itulah Ecoton bekerja sama dengan DLH Jawa Timur, BBWS Brantas, dan Pemerintah Desa Krikilan, Gresik menggelar Pameran Brantas Xoxo di halaman Kantor Kelurahan Desa Krikilan, Driyorejo, Gresik sejak pukul 08.30 WIB tadi.
Pameran ini menyediakan sejumlah stan seperti stan instalasi lorong botol, stan laboratorium mikroplastik, stan edukasi pengolahan sampah terpilah rumah tangga, toko poka (isi ulang), dan galeri foto serta pohon harapan.
Kholid yang merupakan Kordinator Pameran Brantas Xoxo mengatakan tujuan pameran ini untuk mengedukasi masyarakat serta melibatkan seluruh komunitas, pemerhati lingkungan, dan juga pemerintah terkait untuk saling bersinergi merawat Sungai Brantas.
Untuk itu ia juga mengajak DLH Jawa Timur, DLH Sidoarjo, DLH Gresik, Pemerintah Desa se-Driyorejo, Komunitas Perempuan, Ibu-Ibu PKK, Karang Taruna, dan pelajar SD sampai SMA serta masyarakat setempat.
![]() |
Peneliti Pascadoktoral Department of Water Resources Faculty of Civil Engineering TU DELFT Belanda Schuyler Houser PhD turut memaparkan materi 'Afiliasi Pengelolaan Air Sungai Brantas' dalam salah satu kegiatan di pameran, yang berlangsung di Pendopo Kelurahan Krikilan.
"Komunitas perempuan di Sungai Brantas telah melakukan banyak hal yang sangat positif. Saya sangat bangga dan semangat untuk terus mengikuti mereka," ungkap Schuyler.
Dalam materi itu ia menyebutkan ada 3 program yang dilakukan dalam proyek pengelolaan kualitas air seperti water quality monitoring industry serta penguatan kelembagaan dan partisipasi masyarakat. Namun, ia memfokuskan peran masyarakat dalam pengolahan lingkungan.
"Saya fokuskan untuk penguatan dan partisipasi masyarakat , karena juga akan mengetahui peran masyarakat dalam serta pengelolaan lingkungan hidup" Tambah Scuyler.
Sementara, Daru Setyorini Staf Manajer ECOTON mengatakan bahwa dalam pengelolaan sudah banyak peran instansi pemerintahan dan masyarakat. Untuk itu perlu juga menguatkan dan mengajak para pemangku kepentingan dan masyarakat untuk terlibat dalam pemantauan sungai.
"Sudah banyak data yang tersebar. Lewat proyek ini kami bisa menyatukan data itu untuk memberikan rekomendasi ke depan. Sudah banyak rencana pengelolaan yang sudah dibuat tetapi saya tidak ingin semua rencana tidak terealisasi," kata Daru.
Dalam pameran itu para pengunjung sekaligus peserta lokakarya dalam pameran Brantas Xoxo, baik siswa SD hingga SMA, datang dengan membawa sample air rata-rata 600 ml yang diambil dari sekitar rumah masing-masing. Air itu kemudian diuji kualitas di stan Laboratorium mikroplastik.
Dari hasil uji kualitas air, ada 20 liter air yang telah terkontaminasi mikroplastik jenis Filamen dan Fiber. Rafika Aprilianti Peneliti ECOTON yang menyampaikan hasil uji air tersebut.
"Untuk pengujian mikroplastik menggunakan air dari sungai belakang atau dekat rumah masyarakat Krikilan (Sungai Brantas) diambil 20 liter. Hasilnya ada mikroplastiknya. Dominan fiber dan filamen. Sumbernya dari pecahan kain sintetis (rontokan dari cucian baju) dan kantong plastik bening yang telah terdegradasi," kata Rafika.
Untuk hasil TDS, lanjut Rafika, ada sampel air yang nilainya melebihi baku mutu (di atas 500), dan untuk nilai fosfat ada yang di atas baku mutu (di atas 0,1 ppm). Sumber fosfat berasal dari limbah detergen, desinfektan, pupuk, dan limbah industri lainnya. Salah satu gejala fosfat melebihi baku mutu adalah air yang cepat berlumut.
(dpe/iwd)