Kematian siswa kelas 2 SMK Raden Rahmat, Mojosari, Mojokerto, Mukhamat Alfan (18) di Sungai Brantas sangat misterius. Orang tua korban mencurigai tewasnya putranya karena pengeroyokan. Sebab, sebelum ditemukan tewas di Sungai Brantas, korban sempat dijemput paman adik kelasnya.
Alfan adalah anak bungsu dari 4 bersaudara pasangan Sandono (65) dan Jamik (52), warga Dusun/Desa Kaligoro, Kutorejo, Mojokerto. Siswa kelas 2 jurusan teknik alat berat (TAB) di SMK Raden Rahmat ini dikenal memiliki kemampuan bela diri dan pandai berenang.
Sempat Dijemput Seseorang
Jamik, ibu korban mengatakan putranya berangkat sekolah seperti biasa pada Sabtu (3/6). Pagi itu Alfan yang tidak pernah bawa motor ke sekolah dijemput temannya asal Desa Kutoporong, Bangsal, Mojokerto. Namun saat pulang sekolah sekitar pukul 13.00 WIB, Alfan dijemput orang lain.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Siang itu, kata Jamik, Alfan dan teman sekelasnya berinisial SM dijemput pria berinisial RO. Menurutnya, RO merupakan paman RF, adik kelas Alfan di SMK Raden Rahmat. RO membonceng Alfan dan SM ke rumah RF di Dusun Bendomungal, Desa Kedungmungal, Pungging, Mojokerto.
Informasi ini dia dapatkan saat bertemu SM di ruangan bimbingan konseling (BK) SMK Raden Rahmat pada Senin (5/5) sekitar pukul 10.00 WIB. Dalam pertemuan ini pihak sekolah juga mengundang RO, RF, SM, serta orang tua RF dan SM.
Dari pertemuan itu, akhirnya diketahui bahwa di rumah RF tersebut Alfan dan SM sempat kabur karena ketakutan. Dua pelajar ini kemudian lari ke arah yang berbeda.
"Cerita SM, begitu sampai di rumah RF, paman RF bilang 'Ini lo anak yang mukuli kamu, mana pedangnya tadi'. Alfan dan SM kabur dari rumah RF tanpa sempat masuk rumah," kata Jamik kepada wartawan di rumahnya, Sabtu (10/5/2025).
Menurut Jamik, SM selamat karena bersembunyi di sebuah kandang sampai situasi aman. Pelajar SMK ini pulang diantar warga setempat. Sedangkan Alfan sejak siang itu tak pernah pulang. Sampai akhirnya ditemukan tewas masih memakai seragam sekolah di tepi Sungai Brantas, Senin (5/5) malam.
"Tidak mungkin anak saya bunuh diri. Kalau tercebur sungai dia kan bisa berenang. Perkiraan saya, anak saya pasti dianiaya, setelah tak bisa apa-apa, langsung didorong ke sungai. Intinya saya tidak terima, anak saya berangkat sekolah sehat walafiat, pulang-pulang jadi mayat," ujar Jamik menahan pedih.
Kakak Korban Lapor Polisi
Diki Sukono (30), kakak korban melaporkan kematian Alfan ke Polres Mojokerto pada Rabu (7/5). Sebab dia temukan sejumlah kejanggalan. Pertama, saat melihat jasad Alfan dia mendapati luka lebam di dada adik kandungnya ini. Selain itu, potongan rambut korban berubah lebih pendek, sebagian sudah botak.
"Kalau tenggelam (di Sungai Brantas) tidak mungkin karena adik saya bisa berenang," terangnya.
Sehari sebelumnya, Minggu (4/5), Diki datang ke Desa Kedungmungal untuk mencari Alfan. Pagi itu, ketua RW setempat mempertemukan dirinya dengan ayah RF berinisial KR.
Ternyata, KR menyerahkan tas dan sepatu sekolah Alfan kepadanya. KR mengaku menemukan tas dan sepatu ini di pinggir Sungai Brantas tak jauh dari rumahnya pada Sabtu (3/5) sore. Kemudian KR membawa pulang barang milik korban ini.
"Kalau Alfan (pada Sabtu siang) lari (dari rumah RF), kok sempat-sempatnya melepas tas dan sepatunya. (Apakah sempat tanya keberadaan Alfan ke KR?) Sempat, jawabannya. Alfan sudah kabur ke arah barat dari rumah RF karena kata-kata pedang dari paman RF," ungkap Diki.
Hingga saat ini, kronologi tewasnya Alfan menyisakan teka-teki bagi keluarganya. Terutama bagaimana korban yang siang itu kabur dari rumah RF karena takut bisa berakhir di Sungai Brantas dalam kondisi tak bernyawa? Diki menduga saat kabur Alfan tertangkap, lalu dikeroyok. Namun, ia tak tahu oleh siapa.
"Mungkin saat Alfan kabur di area persawahan sudah ada yang mengeroyok," cetusnya.
Sempat Terjadi Perkelahian
Sandono, ayah korban menjelaskan adanya perkelahian antara RF dengan SM sebelum peristiwa tragis ini terjadi. Perkelahian ini menyebabkan RF babak belur hingga tak masuk sekolah.
Kemudian pada Sabtu (3/5), RO menjemput SM di sekolah untuk dipertemukan dengan kepokanannya. Siang itu, RO juga membawa Alfan.
"Yang duel itu SM dan RF di sebelah pabrik teh botol pada Kamis. Alfan berusaha mendamaikan mereka justru kena batunya," jelasnya.
Kepala Desa Kedungmungal Sukarto menuturkan, kabar penemuan mayat Alfan ia terima dari warga Dusun Tempel pada Senin (5/5) sekitar pukul 16.00 WIB.
Saat dia cek ke lokasi, ternyata posisi mayat di Sungai Brantas sisi utara. Sehingga masuk Desa Bulang, Prambon, Sidoarjo. Sedangkan sisi selatan masuk Dusun Tempel, Desa Kedungmungal.
Artinya, lokasi penemuan mayat tidak jauh dari tempat Alfan terakhir kali terlihat hidup. Yaitu di rumah RF, Dusun Bendomungal, Desa Kedungmungal. Ditambah lagi ayah RF berinisial KR mengaku menemukan tas dan sepatu Alfan di pinggir Sungai Brantas pada Sabtu (3/6) sore.
"KR ini menemukan tas dan sepatu di pinggir Sungai Brantas Sabtu sore. Baru cerita ke saya Senin jam 1 siang. Kata dia ada masalah perkelahian anaknya," tuturnya.
Kasi Humas Polres Mojokerto Iptu Suyanto mengatakan, pihaknya bergerak cepat menyelidiki kasus ini setelah menerima laporan dari Diki. Jasad Alfan juga sudah diautopsi di RS Bhayangkara Pusdik Sabhara Porong, Sidoarjo.
"Hasil autopsi tidak ada tanda-tanda kekerasan. Sementara waktu belum ditemukan kalau orang ini (Alfan) meninggal karena tindak pidana," terangnya.
Ketika dikonfirmasi terkait kecurigaan keluarga korban, Suyanto menyatakan akan menyampaikan perkembangan kasus ini.
"Perkembangan lebih lanjut masalah itu kami konfirmasi lagi," tandasnya.
(dpe/hil)