Banyuwangi masuk zona kuning penyebaran penyakit mulut dan kuku (PMK). Hal ini seiring ditemukan 39 sapi positif PMK di beberapa kecamatan di Banyuwangi.
Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner (Keswan-Kesmavet) Disperta-Pangan Banyuwangi drh Nanang Sugiharto membenarkan penyakit yang menyerang hewan ternak sudah merambah di Bumi Blambangan.
"Ada gejala klinis masuk sekitar Sabtu Minggu lalu. kemudian kita tindak lanjuti ambil sampel dan lain sebagainya. Sampel keluar tanggal 1 Juni malam hari. Banyuwangi sudah ditemukan PMK," ujar Nanang kepada wartawan, Jumat (3/5/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Total ditemukan 39 ekor sapi yang terinfeksi. Pihaknya telah menguji 6 ekor sapi dan hasil uji swab-nya dinyatakan positif terinfeksi PMK.
"Yang menunjukkan gejala klinis mengarah ke PMK jumlahnya 39 ekor. Yang hasil lab positif 6 ekor yang hasil labnya positif. Tapi secara gejala klinis sudah dinyatakan positif PMK. karena epidemiologi kalau sudah menunjukkan gejala klinis yang sama di lab mewakili yang lain," tegasnya.
"Gejala klinis yang paling tampak adanya lesi atau lepuh di mulut di bibir seperti sariawan. Selain itu lidah sapi juga ada yang sempat mengelupas ketika kita periksa. Kukunya juga luka," tambahnya.
Karena terdapat adanya penyebaran PMK, kata Nanang, Banyuwangi masuk dalam zona kuning.
"Masuk zona kuning. Kalau hijau itu tidak ada penularan. Sementara untuk zona merah itu ada kematian," katanya.
Nanang mengaku belum mengetahui penyebab tertularnya PMK kepada hewan ternak di Banyuwangi. Namun kemungkinan besar tertularnya itu dari lalu lintas perdagangan masih tinggi.
"Mungkin Banyuwangi paling akhir yang kena di Jawa timur memang ada beberapa kota yang belum kena," pungkasnya.
Perlu diketahui, populasi hewan sapi sendiri di Kabupaten Banyuwangi mencapai 144.117 ekor. Selain populasi sapi, di kabupaten paling ujung pulau Jawa tersebut, juga terdapat populasi kambing yang mencapai 120.832 ekor. Sedangkan ada juga populasi Babi yang mencapai 334 ekor.
(fat/fat)