"Tidak bisa sendiri. Harus bersama mengentaskan pengangguran. Harus berkelanjutan, menyeluruh dan tidak parsial," ujarnya dalam keterangan tertulis, Jumat (26/5/2022).
Berdasarkan hitungan BPS, angka pengangguran terbuka di Surabaya berjumlah 152.200 ribu jiwa, atau sekitar 9,79% dari penduduk angkatan kerja. Sementara, penduduk angkatan kerja di kota ini mencapai 1,5 juta jiwa.
Thony mengaku hal ini menjadi concernnya, khususnya terhadap bagaimana mengkonversikan program Pemkot Surabaya dalam pengentasan pengangguran.
"Pengangguran adalah masalah kita semua. Masalah bersama dan harus dikeroyok dicarikan solusi bersama. Pihak ketiga, pemilik usaha, swasta, dan semua memecahkan problem pengangguran kota," tuturnya.
Kader Partai Gerindra ini memang senantiasa berusaha memikirkan solusi atas problematika kota. Termasuk saat menggelar reses, menemui warga Gunung Anyar dan Wonocolo.
Dalam pertemuan tersebut, Thony menyampaikan persoalan pengangguran. Hal ini menambah antusias warga untuk mengikutinya, terlebih pengangguran merupakan masalah klasik yang dialami warga kedua kecamatan tersebut.
Pemkot Surabaya mengklaim telah mempersiapkan sejumlah skema kebijakan guna mengentaskan pengangguran, mulai dari program job fair daring yang terprogram di 2022 hingga proyek padat karya. Pemkot juga secara masif melakukan pelatihan digital marketing bagi pelaku UMKM dan sertifikasi keahlian untuk warga Surabaya.
Kendati demikian, Thony mengungkapkan sebagian besar masyarakat belum merasakan dampak program-program tersebut secara langsung. Menurutnya, upaya tersebut putus di tengah jalan dan tidak berkelanjutan. Alhasil, masih banyak masyarakat yang kesulitan mencari kerja atau peluang usaha meskipun sudah mengikuti pelatihan dan sertifikasi keahlian.
Prioritaskan Warga Surabaya
Thony menegaskan isu pengangguran di Kota Surabaya merupakan persoalan yang bersifat urgent. Menurutnya, dampak sosial bagi warga yang menganggur akan luas, termasuk terhadap keluarga.
Karenanya, ia mengajak semua pihak untuk terus mendalami kendala-kendala sehingga pengentasan pengangguran bertahap dapat terlaksana. Kebangkitan pasca pandemi, lanjutnya, merupakan momentum yang tepat untuk memangkas pengangguran.
"150.000 pengangguran adalah jumlah yang tidak sedikit. Saya mengajak semua pihak terlibat dalam pengentasan pengangguran. Hotel, perusahaan, dan pusat ekonomi gandeng warga Surabaya. Prioritaskan mereka," jelas Thony.
Thony menuturkan pengentasan pengangguran akan mudah jika dilakukan bersama-sama. Ia mengungkapkan dari kelompok pengangguran tersebut, ada yang berorientasi menjadi pengusaha, dalam arti secara berkelompok.
Artinya ada yang menyiapkan bahan baku, ada yang memproses, dan yang memasarkan. Hal ini, tegas Thony, akan menjadi inner circle (lingkaran sosial) untuk usaha berkelanjutan.
"Banyak warga Surabaya berjualan pentol atau jualan makanan lainnya. Bahan bisa disediakan, ada yang memasarkan, dan pangsa pasarnya jelas," pungkasnya.
(fhs/ega)