General Manager PT ASPD Indonesia Ferry Cabang Ketapang Hasan Lessy menyatakan pihaknya saat ini tidak memiliki wewenang menjual tiket di Pelabuhan. Karena saat ini penjualan tiket dilakukan secara online. Sehingga pihaknya tak bertanggung jawab atas harga yang melebihi ketentuan.
"Kami melakukan penjualan tiket melalui online menggunakan aplikasi Ferizy. Jadi mengenai nilai administrasi itu merupakan tanggung jawab pihak ketiga," ujarnya kepada wartawan, Selasa (24/5/2022).
Hasan mengakui pada musim mudik kemarin aplikasi Ferizy memang agak sulit diakses. Kondisi ini menurutnya akibat banyaknya pengguna yang secara bersamaan mengakses aplikasi ini.
"Dua tahun tidak ada mudik. Saat kemarin diizinkan mudik, pengguna aplikasi membeludak. Sehingga sistem sibuk. Seperti saat kita beli pulsa, sudah transaksi tidak juga masuk, masuknya lambat," jelasnya.
Dia menjelaskan penggunaan aplikasi Ferizy ini untuk mempermudah pengguna jasa membeli tiket. Penggunaan aplikasi itu juga untuk menghilangkan praktik percaloan karena masyarakat bisa membeli sendiri melalui aplikasi.
Menurutnya, dengan aplikasi ini juga tidak ada lagi penjualan tiket di dalam pelabuhan. "Seperti di bandara, tidak ada lagi penjualan tiket di pelabuhan," tegasnya. Kendaraan yang masuk pelabuhan pun, menurutnya juga bisa menjadi lebih tertib.
Tidak hanya itu, melalui pengaturan di aplikasi, pengguna jasa baru bisa check in ke Pelabuhan paling cepat dua jam sebelum keberangkatan. Sehingga tidak terjadi penumpukan kendaraan di pelabuhan. Karena pada saat masuk pelabuhan semua sudah siap, mulai tiket dan persyaratan perjalanan.
"Untuk pengguna jasa yang tidak memiliki HP android disarankan beli di konter-konter resmi agar harganya tidak mahal," ujarnya.
Untuk penggunaan e-money, kata Hasan Lessy, masih memungkinkan terjadinya antrean kendaraan. Ini bisa terjadi saat saldo e-money habis. Sehingga pengguna jasa harus top up lebih dahulu.
"Selain itu, untuk penggunaan e-money terbentur pada limit yang hanya dua juta. Kalau harga tiketnya di atas dua juta harus nambah lagi," pungkasnya.
Tiket penyeberangan ASDP Ketapang Banyuwangi dikeluhkan oleh penumpang. Mereka mengeluhkan biaya tambahan administrasi yang lebih mahal. Tak hanya itu, pembelian tiket dengan aplikasi atau secara online dinilai ribet.
Untuk saat ini, pembelian tiket penyeberangan Jawa-Bali itu melalui aplikasi Ferizy. Namun penggunaan aplikasi Ferizy ini dianggap memiliki beberapa kelemahan. Salah satunya akses masuk ke aplikasi yang dianggap cukup menyulitkan mereka.
Selain itu, banyak pengguna jasa tidak bisa mengoperasikan aplikasi ini. Sehingga penumpang terpaksa membeli di konter yang berada di sekitar pelabuhan. Akibatnya harga tiket menjadi lebih mahal.
(dpe/iwd)