Beberapa instansi maupun perusahaan kompak meramaikan Hari Kartini. Seperti srikandi Suroboyo Bus, baik pengemudinya maupun petugas di selter. Jika perempuan memakai kebaya, yang laki-laki mengenakan batik.
Namanya Eka Hardianti Suteja (31), satu-satunya driver perempuan Suroboyo Bus. Hari ini ia mengemudikan bus menggunakan kebaya warna ungu dan sama sekali tidak mengganggu pekerjaannya.
Saat menjadi driver, banyak penumpang yang kaget karena biasanya sopir bus didominasi laki-laki. Bukan menjadi gunjingan, justru Eka mendapat banyak dukungan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sering, banyak yang kaget. Makanya, saya di bus sering mendengar mereka (penumpang) bilang pengemudinya perempuan. Mungkin yang saya tahu di Surabaya driver perempuannya kurang, apalagi driver model umum. Banyak yang kaget kok bisa nyetir bus. Mereka bilang 'hebat mbak, lanjutkan'. Kadang ketemu driver truk mereka selalu ngasih semangat juga," kata Eka yang mengemudi bus rute Unesa Lidah Wetan tersebut, Kamis (21/4/2022).
Eka sudah bekerja sebagai driver Suroboyo Bus kurang lebih 2 tahun. Alasannya karena emansipasi wanita dan ketika ada tawaran driver Suroboyo Bus, langsung diambil.
Baginya, menjadi driver Suroboyo Bus adalah tantangan baru. Bahkan, sebelumnya ia tak pernah mengemudikan bus, dan baru pertama kali di Suroboyo Bus ini.
![]() |
"Ini baru pertama kalinya di Suroboyo Bus, makanya ada tantangan tersendiri. Macet pakai mobil besar dan kecil berbeda. Saya merasa jadi lebih kuat. Untuk ke depannya tidak ada perbedaan antara laki-laki dengan perempuan," ujarnya.
Ibu satu anak ini berpesan pada Hari Kartini ini, untuk para srikandi agar jangan takut mencoba hal baru dan percaya diri. Sebab, baginya pekerjaan antara laki-laki dan perempuan sama.
Sementara Kepala Dishub Surabaya Tunjung Iswandaru mengatakan, setiap tahun pihaknya selalu memperingati Hari Kartini. Di mana para pegawai perempuan mengenakan kebaya.
"Selter Bus Suroboyo pakai kebaya pada Hari Kartini. Yang pakai kebaya wanita saja, yang laki-laki pakai batik. Rutin dilakukan setiap hari kartini. Konteksnya dikaitkan dengan apresiasi terhadap perempuan. Ada driver perempuan, kesetaraan gender, kalau semua profesi ada perempuan, termasuk transportasi," pungkas Tunjung
(dte/dte)