Fenomena Perang Sarung, Tawuran Remaja yang Menular ke Surabaya Lewat Medsos

Fenomena Perang Sarung, Tawuran Remaja yang Menular ke Surabaya Lewat Medsos

Tim detikJatim - detikJatim
Jumat, 08 Apr 2022 17:10 WIB
Ilustrasi tawuran
Ilustrasi tawuran. (Foto: Ilustrasi oleh Edi Wahyono/detikcom)
Surabaya -

Tawuran menjadi masalah sosial yang tak kunjung tuntas. Aksi tawuran menggunakan media sarung alias perang sarung meningkat selama Ramadan 1443 Hijriah di berbagai daerah.

Tidak hanya di Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Bodetabek), tawuran 'perang sarung' atau 'tawur sarung' itu juga menular sampai ke Surabaya dan sekitarnya.

Sebut saja seperti yang terjadi belakangan di Surabaya. Polisi bersama Satpol PP Surabaya mendapati fenomena itu meningkat signifikan dan jadi perhatian.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tawuran dengan modus 'perang sarung' pada awal Ramadan terjadi pada Sabtu (2/4/2022) dini hari sekitar pukul 02.45 WIB. Saat itu di wilayah Polsek Gubeng.

Polisi mengamankan remaja yang diduga hendak perang sarung di kawasan Ngagel Jaya Selatan. Baik di depan sebuah kafe juga di Makam Ngagel dan Jalan Manyar.

ADVERTISEMENT

Saat itu ada sebanyak 20 remaja yang diringkus. Terhadap mereka dilakukan pembinaan dengan cara memanggil orang tua masing-masing.

Kapolsek Gubeng Kompol Sodik Efendi saat itu mengatakan remaja yang hendak perang sarung semakin marak memasuki Bulan Suci Ramadan ini.

Sebenarnya tidak hanya ketika memasuki Ramadan, perang sarung yang diresahkan masyarakat juga pernah terjadi pada 24 Maret lalu.

Saat itu Jalan Girilaya pukul 00.56 WIB, Tim Pamor Keris Polsek Sawahan bersama Satpol PP Kecamatan mengamankan belasan remaja yang mau perang sarung.

Perang sarung itu bisa dihalau karena ada warga setempat yang segera melaporkan kejadian itu ke petugas. Belasan remaja diamankan setelah terjebak di gang buntu.

Nekat Pakai Sajam

Aksi serupa menggila pada Kamis (7/4/2022). Sejumlah remaja di Surabaya terlibat perang sarung di kawasan Tanjung Perak Surabaya hingga Tembok Dukuh.

Selain sarung, para pemuda itu juga menggunakan batu dan senjata tajam. Termasuk menyelipkan gir sepeda motor di dalam sarung yang mereka pakai.

Aksi tawur sarung di Tanjung Perak itu berlangsung hingga Jalan Kalibutuh, Tembok Dukuh, Bubutan, pada dini hari hingga polisi turun tangan.

Kapolsek Asemrowo Surabaya Kompol Hari Kurniawan menyebutkan saat itu ada 50-an remaja dalam 2 kelompok atau geng perkampungan yang terlibat.

"Ada 20 orang kelompok gang pojok Simorejo B, kemudian dari geng anak Tembok Dukuh ada 30 (orang)," ujar Hari ketika dikonfirmasi detikJatim.

Dia bersyukur aksi tawuran itu tidak sampai terjadi sehingga tidak sampai ada korban jiwa. Ketika polisi tiba di lokasi para remaja itu semburat, kabur terbirit-birit.

Jadi Perhatian Pemkot Surabaya

Pemerintah Kota Surabaya melalui Satpol PP bekerja sama dengan TNI/Polri mulai melakukan patroli rutin selama Ramadan mengantisipasi terjadinya perang sarung.

Satpol PP Surabaya menaruh perhatian khusus pada pencegahan masalah sosial itu karena fenomena perang sarung antarremaja itu meresahkan masyarakat.

"Kami libatkan 3 pilar di 31 kecamatan baik Polsek, Koramil, dan personel kecamatan dan kelurahan. Juga Gartap, BPBD, Dishub, PMK, dan Dinas Pemuda," kata Kasatpol PP Surabaya Eddy Christijanto.

Fenomena tawur sarung itu sudah masuk radar kegawatan Satpol PP karena pada saat melakukan patroli bersama petugas ditemukan banyak sarung yang dibundeli.

Berdasarkan hasil interogasi terhadap sejumlah remaja yang ketahuan membawa sarung itu, mereka mengaku belajar "mbundeli" sarung itu dari YouTube.

Menular Lewat Media Sosial

Sosiolog Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Farid Pribadi menyebutkan perang sarung yang tadinya marak di Bodetabek menular ke Surabaya lewat medsos.

Dia mengatakan, fenomena itu merupakan wujud dari subkultur perkotaan. Aksi seperti itu menurutnya menjadi semacam hiburan bagi kelompok pemuda maupun remaja.

"Aksi perang sarung itu contoh dari sebagian kelompok yang melihat tawuran ini semacam ritual, bahkan semacam hiburan," katanya kepada detikJatim, Jumat (8/4/2022).

Potensi Perang Sarung di Surabaya ini semakin besar seiring dengan pelonggaran pembatasan aktivitas masyarakat karena Surabaya telah dinyatakana kawasan PPKM Level 1.

Tawur sarung antar-remaja itu bisa bermula dari interaksi di media sosial yang akhirnya membuat antarkelompok remaja saling emosi berujung tawuran di jalanan.

Perang sarung antar-remaja yang tadinya hanya hiburan dan main-main saja mendadak serius, berkelindan dengan kultur kekerasan yang telah ada serta faktor berkurangnya alternatif saluran-saluran kompetisi yang bisa mereka ikuti selama Pandemi COVID-19.

"Padahal usia remaja itu merupakan masa pencarian jati diri dan memiliki jiwa bersaing yang tinggi. Sehingga mereka memiliki kemauan tinggi untuk berkompetisi dan saling menunjukkan jati diri masing-masing," ujarnya.




(dpe/iwd)


Hide Ads