Saat berbincang bersama Anies Baswedan, Gus Miftah pernah berkata bahwa dirinya merupakan keturunan dari Kiai Ageng Muhammad Hasan Besari. Gus Miftah mengaku merupakan keturunan ke-9 dari kiai besar tersebut.
Lantas siapa sosok Kiai Ageng Muhammad Hasan Besari?.
Kiai Ageng Muhammad Hasan Besari merupakan pendiri pesantren Gebang Tinatar atau Tegalsari. Pesantren ini berada di di Desa Tegalsari, Kecamatan Jetis, Ponorogo.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Beliau keturunan dari Pendiri Kerajaan Majapahit dan Ibunya dari Baginda Rasulullah," tutur pengurus masjid Jami' Tegalsari Kunto Pramono kepada detikJatim, Senin (28/2/2022).
Kunto mengatakan dari jalur Ayah (Kiai R. Nedo Kusumo), Kiai Ageng merupakan keturunan ke-31 dari pendiri Kerajaan Majapahit yaitu Raden Wijaya. Sedangkan dari garis keturunan Ibu (Nyai Anom Besari), nasabnya sampai kepada Rasulullah Saw keturunan ke-48 melalui garis Sayyidati Fatimah Az-Zahro.
"Di tangan Kiai Ageng Hasan Besari, pondok berkembang pesat. Tidak kurang 3 ribu santri belajar di sini," terang Kunto.
Pesantren berkembang dari generasi ke generasi, tetapi pada pertengahan abad 19 tepatnya di generasi ke empat, pesantren mengalami kemunduran. Pesantren tinggal kenangan dan santri semakin menyusut.
Meski demikian, para santri dan keturunannya mendirikan pondok pesantren di berbagai belahan Nusantara. Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo adalah Pesantren yang didirikan oleh ketiga cucu Kiai Ageng Hasan Besari.
"Gus Dur pernah berkata Kiai Hasan Besari merupakan monumen berpadunya antara Islam dan Nasionalisme," ujar Kunto.
Menurut Kunto, sosok Kiai Ageng Hasan Besari pandai dalam berbagai keilmuan, di antaranya agama (tasawuf), ketatanegaraan, strategi perang dan kesusastraan sehingga beliau dikenal banyak orang dari penjuru Nusantara, mereka berduyun-duyun menimba ilmu kepadanya.
"Beliau melahirkan tokoh-tokoh, pertama Pakubuwana II, Sultan Kartasura yang berkancah dalam dunia politik. Kedua, Bagus Burhan atau Raden Ngabehi Ronggowarsito, sastrawan Jawa yang menciptakan kidung Zaman Edan. Dan ketiga, H.O.S Cokroaminoto, tokoh pergerakan nasional pendiri Sarikat Islam," papar Kunto.
Kemudian ketiga tokoh ini menginspirasi sang Proklamator, Ir.Soekarno dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Tidak lepas dari itu, keilmuan Kyai Ageng Hasan Besari juga sampai pada KH. Hasyim Asy'ari. Adabul Alim wal Muta'alim karya KH. Hasyim Asy'ari masih ada keterkaitan dengan Krama Negara karya Kyai Ageng Hasan Besari, yang keduanya bermuara pada Kitab Silakrama karya Empu Prapanca.
"Kyai Ageng Hasan Besari wafat pada 12 Selo 1165 H (1747 M), dimakamkan di Tegalsari, Jetis, Ponorogo. Makamnya menjadi wisata religi yang ramai dikunjungi oleh para peziarah, terutama saat malam Jumat," pungkas Kunto.
(iwd/iwd)