Presiden Rusia Vladimir Putin telah memerintahkan operasi militer dengan meluncurkan 'Invasi Skala Penuh' ke Ukraina pada Kamis (24/2/2022). Sejumlah ledakan pun mulai terdengar di Ukraina.
Pakar Hubungan Internasional (HI) asal Universitas Airlangga (Unair) Radityo Dharmaputra mengatakan ada beberapa penyebab terjadinya konflik Rusia-Ukraina. Berikut penjelasannya.
1. Perluasan keanggotaan NATO sejak 1999
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut dosen HI Unair itu, perluasan keanggotaan NATO sejak 1999 dianggap Rusia mengancam wilayahnya karena ada penempatan pasukan/persenjataan NATO di wilayah bekas Uni Soviet.
"Seperti di Estonia, Latvia, dan Lithuania," kata pria yang akrab disapa Ari itu.
2. Vladimir Putin masih menganggap Ukraina adalah bagian penting dari identitas 'bangsa Rusia'
"Itu bisa dicek di artikelnya dia (Putin) yang berjudul 'On the Historical Unity of Russians and Ukrainians'. Untuk Rusia, sejarah bangsa besar ini penanda penting identitas bangsa mereka," tutur pria yang sedang menempuh doktoral di University of Tartu, Estonia itu.
3. Ada Kecenderungan Ukraina mendekat ke Barat dan menjadi anggota NATO
"Jadi, begitu ada tanda-tanda Ukraina akan lebih dekat ke Barat (saat revolusi Maidan 2013-2014), dan ada kecenderungan Ukraina ingin menjadi anggota NATO, Putin merasa Rusia akan terancam sebagai bangsa dan negara," tandas dia.
4. Konflik ini merupakan kelanjutan dari krisis Krimea 2014 dan konflik di Ukraina Timur
Ari menjelaskan bahwa konflik 2 negara itu tidak tiba-tiba terjadi di tahun 2022. Namun, konflik itu merupakan kelanjutan dari krisis Krimea 2014 dan konflik di Ukraina Timur antara Ukraina dengan pasukan pemberontak di Donetsk dan Luhansk (yang didukung oleh Rusia, walau baru secara resmi diakui sebagai wilayah merdeka kemarin).
5. Penambahan pasukan Rusia di perbatasan sudah terjadi sejak pertengahan 2021
"Jadi ada tanda-tanda sejak pertengahan 2021, karena Rusia sudah menambah pasukannya di perbatasan," kata Ari.
Sebelumnya, Ari menjelaskan bahwa keputusan menginvasi Ukraina ini tidak logis dan tidak strategis sebetulnya bagi Rusia.
"Kalau yang diinginkan adalah agar NATO mundur dari kawasan bekas Soviet dan bernegosiasi lagi dengan Rusia, penempatan pasukan di perbatasan saja sudah cukup. Tidak perlu sampai masuk," papar Dosen HI Universitas Airlangga itu.
Menurut Ari, masuknya Rusia ke Ukraina adalah pelanggaran hukum internasional secara terang-terangan. Hal itu membuat semua negara lain merespons dan bersimpati pada Ukraina.
Untuk mengetahui perkembangan berita Rusia serang Ukraina simak di sini
(hse/iwd)