Tak jauh dari Candi Borobudur, ada destinasi baru bernama Museum Desa dan Galeri Seni Borobudur. Museum ini dilengkapi dengan koleksi benda-benda kuno dan bangunan rumah khas Jawa yang sekarang mulai ditinggalkan.
Lokasi Museum Desa dan Galeri Seni Borobudur ini berdekatan dengan Balai Ekonomi Desa (Balkondes) Karangrejo di Bumen, Djelapan, Desa Karangrejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang.
Untuk memasuki Museum ini cukup dengan membayar tiket masuk sebesar Rp 20 ribu. Nantinya, pengunjung akan menemukan bangunan rumah joglo.
Di dalam bangunan rumah joglo ini ada berbagai koleksi antara lain topeng, keris, mesin ketik, perangko dan koleksi uang. Kemudian ada juga patung Buddha terkecil bahkan membutuhkan kaca pembesar untuk melihatnya.
Selain itu, ada juga buku tua dengan tulisan tangan dengan huruf Jawa Kuno yang diperkirakan dibuat abad 18. Buku tua itu bercerita tentang kerajaan zaman dahulu yang ditemukan di daerah Temanggung.
![]() |
Selain itu, juga dilengkapi bangunan rumah Jawa gaya limasan. Di mana dalam rumah ini pada bagian dapur atau pawon dilengkapi dengan tungku.
Kemudian di atas tungku ada pogo atau bangunan dibuat dari bambu yang digunakan menaruh hasil panen berupa jagung atau padi persis di atas tungku.
"Keberadaan Museum Desa sangat penting bagi generasi muda. Di mana bahwa museum desa ini lahir di Borobudur. Yang mana Candi Borobudur adalah satu ikon wisata dunia," kata Pengelola Museum Desa dan Galeri Seni Borobudur, Umar Chusaeni, Sabtu (29/12/2024).
"Museum Desa lahir di Desa Karangrejo Borobudur. Ini menjadi salah satu destinasi baru yang tentunya akan memberikan sebuah nilai edukasi untuk wisatawan yang datang ke Borobudur. Bahwa isi dari museum desa sendiri adalah apa yang menjadi kebanggaan sebetulnya bangsa Indonesia zaman dulu terutama peninggalan nenek moyang mulai dari alat tulis, pertanian dan sebagainya," sambung Umar.
Keberadaan museum desa, kata Umar, untuk mengenalkan sesuatu yang mungkin generasi muda tidak pernah tahu. Bahwa sebelum zaman penjajahan Belanda, sudah ada buku-buku.
"Di museum ini ada rumah petani atau rumah warga yang bisa dilihat langsung (rumah gaya limasan yang sudah jarang)," tutur Umar.
Koleksi museum desa, kata Umar, berkaitan dengan tentang kawasan Borobudur dan sekitarnya terutama mungkin lebih dari 50 koleksi.
"Ada ribuan koleksi karena di situ tentang keris tentang senjata alat transportasi zaman dulu, kemudian buku-buku. Al-Qur'an kuno, senjata-senjata zaman dulu itu semua ada di sini," tambah Umar.
"Ada juga karya seni yang dibuat oleh seniman-seniman sekarang yang bisa menjadi sebuah kebanggaan. Disini tentunya bisa dilihat juga ada patung Buddha terkecil. Kemudian ada keris terkecil, ada karya seni seniman-seniman yang tinggal di Borobudur dan sekitarnya," ujar Umar.
Kepala Desa Karangrejo, M Hely Rofikun menambahkan, keberadaan museum desa ini merupakan kolaborasi antara pengelola dengan desa. Menurutnya, di era modern ini perlu stimulan untuk mengingatkan kembali kehidupan zaman dahulu.
"Sekarang kalau tidak dikenalkan takutnya mereka lupa dengan sejarah desa," ujarnya.
Salah satu pengunjung museum desa, Noer Ayudia Ajeng (17) mengaku baru tahu ada Museum Desa di Borobudur. Dirinya merasa seperti dibawa bernostalgia ke zaman dahulu oleh koleksi-koleksi kuno itu.
"Nah ini pertama dengar ada Museum Desa, kaget banget. Apalagi disini lihat ini bener-bener zaman dulu banget dari peralatannya. Tempatnya kita kayak dibikin kembali ke zaman dulu, jadi kaget terkejut seneng," pungkasnya.
(aku/afn)