Sendang Sinongko merupakan salah satu destinasi wisata tradisi di Kabupaten Klaten. Legenda Sendang Sinongko ternyata terkait dengan kisah Raja Solo Pakubuwono IV. Seperti apa kisahnya?
"Konon ada kedatangan Raja Solo, Pakubuwono IV yang mau ke Jogja rombongan kereta berhenti di sini. Saat istirahat, raja makan buah nangka dan isinya dibuang dan berpesan jika sendang ini dinamakan Sinongko (sinangka)," tutur Sudomo Susilo (80), sesepuh Desa Pokak, Kecamatan Ceper, Klaten kepada detikJateng, Sabtu (16/9/2023).
Sudomo mengisahkan Sendang Sinongko di Desa Pokak tersebut sebenarnya sudah ada sejak lama. Dulunya air sendang itu difungsikan warga secara turun-temurun untuk mengairi sawah.
"Dari sendang ini airnya digunakan untuk mengairi sawah. Suatu hari para petani juga bertemu dengan Kiai Singodrono yang meninggalkan beberapa pesan," jelas Sudomo.
Pesan untuk Sedekah dan Bersyukur
Kiai Singodrono, kata Sudomo, sebenarnya seorang Adipati yang datang bersama pengawalnya Kiai Wirogupo. Saat bertemu para petani, Singodrono berpesan agar petani selalu bersyukur.
"Punya pesan, petani jangan bekerja melebihi waktu, saat istirahat ya istirahat. Saat panen ketiga hari Jumat Wage diminta syukuran bersedekah dengan menyembelih kambing," lanjut Sudomo.
Pesan itu, sambung Sudomo, masih dilestarikan masyarakat sampai saat ini. Pada setiap hari Jumat Wage saat panen ketiga setiap tahun mengadakan syukuran dengan menyembelih kambing dan ayam.
"Setiap Jumat Wage habis panen ketiga bulan Agustus atau September diadakan tasyakuran bersih sendang. Sampai sekarang masih dilestarikan," ucap Sudomo.
Sesepuh desa lainnya, Hadi Noto Utomo (71), mengatakan acara bersih sendang itu diadakan tiap tahun. Syukuran panen itu dengan menu utama daging kambing dan ayam.
"Daging kambing dari warga dan minumnya dawet. Syukuran ini harus kambing, tidak pernah diganti sapi atau lainnya," kata Hadi kepada detikJateng.
(ams/rih)