Galangan Kapal Dasun di Lasem Tonggak Sejarah Peradaban Maritim Nusantara

Galangan Kapal Dasun di Lasem Tonggak Sejarah Peradaban Maritim Nusantara

Mukhammad Fadlil - detikJateng
Minggu, 23 Jul 2023 11:15 WIB
Salah satu lokasi objek sejarah di Dasun, Lasem, Rembang, yakni situs dok kapal. Foto diambil pada Rabu (19/7/2023).
Salah satu lokasi objek sejarah di Dasun, Lasem yakni situs dok kapal. Foto diambil pada Rabu (19/7/2023). Foto: Mukhammad Fadlil/detikJateng
Rembang -

Galangan Kapal Dasun merupakan tempat pembuatan kapal yang pernah kesohor di era Kerajaan Majapahit. Lokasinya berada di Desa Dasun, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.

Seperti yang diungkapkan Sejarawan muda asal Lasem, Exsan Ali Setyonugroho, dalam bukunya yang berjudul 'Dasun; Jejak Langkah dan Visi Kemajuannya'.

Di dalam buku itu, Exsan mengatakan Galangan Kapal Dasun dahulunya pernah memproduksi kapal-kapal untuk armada laut Kerajaan Majapahit. Kata Exsan, hal ini diperkuat oleh hasil penelitian Singgih Tri Sulistiyono, 2011 lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hasil penelitian Singgih tersebut menyatakan, sejak zaman Majapahit, Lasem telah menjadi salah satu pusat pembuatan kapal. Prestasi ini, terus berlangsung pada masa Kerajaan Islam Demak yang memiliki armada kuat.

Dua kali armada Demak menyerang posisi Portugis di Malaka dengan kekuatan sekitar 100 buah kapal lebih. Dalam hal ini sebagian kapal-kapal itu dibuat di Lasem, yaitu di Desa Dasun yang terletak di muara Sungai Lasem.

ADVERTISEMENT

Kapal-kapal yang diproduksi di Galangan Kapal Dasun, digunakan baik untuk kapal nelayan, kapal dagang pantai dan kapal dagang samudera, sebagaimana yang terjadi pada masa Kerajan Demak.

Exsan mengungkapkan, dari masa ke masa Galangan Kapal Dasun terakhir kali dikuasai oleh penjajah Jepang. Setelah itu pada masa pasca kemerdekaan tidak beroperasi lagi hingga saat sekarang.

"Galangan Kapal Dasun sendiri terakhir dioperasikan pasca kemerdekaan. Tapi setelah itu ditutup selamanya sampai sekarang. Alasanya karena galangan kapal ini kan dari Majapahit, Demak, Mataram terus kemudian VOC, Hindia-Belanda kemudian Jepang," beber Exsan saat dihubungi detikJateng, pada Minggu (23/7/2023).

44 Ribu Orang Bekerja di Galangan Kapal Dasun

Exsan menyebutkan, ada sebanyak 44 ribu orang karyawan yang bekerja di Galangan Kapal Dasun pada saat diakuisisi oleh Jepang. Hal ini menurut Exsan, Galangan Kapal Dasun di era Jepang jauh lebih berkembang dari sebelumnya.

"Jadi ketika zaman Belanda itu hanya sekedarnya saja membuat kapal, tetapi ketika zamannya Jepang itu di Galangan Kapal Dasun diperluas bahkan sampai membutuhkan tenaga kerja sebanyak 44 ribu orang. Karena Jepang tidak mungkin mendatangkan kapal langsung dari Jepang, karena embargo dia ditutup oleh sekutu," terang Exsan.

Kapal Produk Galangan Kapal Dasun untuk Penyokong Logistik Perang Pasifik

Exsan sejarawan lulusan Sarjana Pendidikan Sejarah dari Unnes Semarang ini menyebut, kapal-kapal produksi Dasun pada saat kekuasaan Jepang, dipakai untuk armada penyuplai logistik bagi perang pasifik.

Faktor yang mendasari yaitu, selain karena wilayah Jawa dikenal sebagai penghasil pangan terbaik, juga dikarenakan Jepang tidak mungkin mendatangkan kapalnya sendiri dari Jepang, lantaran embargo oleh sekutu.

"Kapal yang dibuat di Dasun itu oleh Jepang digunakan untuk muatan logistik perang asia timur raya atau perang pasifik. Jadi karena Jawa itu penghasil pangan. Ketika mereka perang butuh logistik, Jepang mengirim logistiknya dari Jawa. Karena Jawa penghasil padi dan pangan terbaik. Dasun dijadikan sebagai pusat pembuatan kapal untuk penyokong logistik," ungkap Exsan.

Galangan Kapal Dasun Dibakar dan Berhenti Beroperasi

Berdasarkan catatan Jepang, Exsan menerangkan, pada tiap tahunnya Galangan Kapal Dasun mampu memproduksi sebanyak 300 unit kapal.

"Jadi satu tahun itu, bahkan catatannya Jepang itu berhasil membuat 300 kapal, semuanya dibuat di Dasun. Jadi ketika Jepang menyerah kepada sekutu kemudian Indonesia merdeka, nah sekutu ini ketika 47 ini ada agresi militer, dia ke Indonesia ingin menguasai lagi," ujar Exsan.

Simak lebih lengkapnya di halaman berikut....

"Mereka dihadang oleh tentara kita, karena tentara kita itu takut ketika tempat-tempat vital itu nanti akan dikuasai oleh Belanda lagi, maka dibakarlah Galangan Kapal Dasun ini, biar tidak dikuasai lagi oleh penjajah. Itulah babak akhir dari Galangan Kapal Dasun yang selama berabad-abad itu eksis," imbuh Exsan.

Pendataan Objek Sejarah yang ada di Dasun

Exsan yang juga merupakan Sekretaris Desa Dasun menuturkan, pihak pemerintah desa sudah melakukan berbagai upaya untuk melestarikan peninggalan sejarah di desanya itu.

Misalnya dengan melakukan pendataan objek sejarah yang ada di Dasun. "Kami mendata ada sekitar 11 bangkai kapal masih ada di dalam Sungai Dasun. Karena foto (Tahun) 47 itu, ketika sekutu memotret Sungai Lasem banyak kapal-kapal yang parkir (Sandar)," papar Exsan.

Hal ini dibenarkan oleh Sujarwo Kepala Desa Dasun saat ditemui detikJateng di rumahnya. Pihak pemerintah desa bahkan sudah mendigitalisasi data objek sejarah, dengan memberi kode respon cepat atau QR Code di tiap lokasi objek sejarah.

"Terkait Galangan Kapal Dasun pihak desa sudah melakukan pendataan. Ada 11 titik koordinat yang ditengarai sebagai lokasi bangkai kapal. Sudah kami beritanda, di situ ada kode QR-nya, bisa discan dan ada datanya," tegas Sujarwo.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Kemeriahan Pawai KongCo-MakCo Lasem Rembang Setelah Vakum 13 Tahun"
[Gambas:Video 20detik]
(sip/sip)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads