10 Wisata Sejarah di Solo: Bunker hingga Puro Mangkunegaran

10 Wisata Sejarah di Solo: Bunker hingga Puro Mangkunegaran

Noris Roby Setiawan - detikJateng
Rabu, 24 Mei 2023 17:07 WIB
Pracima Tuin Puro Mangkunegaran Solo. Foto diambil Sabtu (11/2/2023).
10 Wisata Sejarah di Solo: Bunker hingga Puro Mangkunegaran (Foto Pracima Tuin di Puro Mangkunegaran: Agil Trisetiawan Putra/detikJateng )
Solo -

Solo menjadi salah satu kota yang menawarkan beraneka macam destinasi wisata bagi para pelancong. Mulai dari wisata kuliner, budaya, alam, hingga sejarah tersedia secara lengkap di Solo.

Berdasarkan sejarahnya Kota Solo pernah menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Mataram. Oleh karenanya, Solo memiliki banyak peninggalan bersejarah yang saat ini dijadikan sebagai tempat berwisata.

Lantas apa saja wisata sejarah di Solo? Berikut ini 10 wisata sejarah di Solo, dikutip detikJateng dari laman resmi Pemerintah Kota Surakarta, Rabu (24/5/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wisata Sejarah di Solo

Bunker Kuno

Bunker ini terletak di kompleks Balai Kota Surakarta tepatnya di bawah gedung Dinas Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta. Bunker berukuran 16 x 24 meter ini pertama kali ditemukan pada tahun 2012 dan diperkirakan telah dibangun dari tahun 1800-an.

Para ahli memperkirakan bahwa bunker tersebut dibuat oleh pemerintah Hindia Belanda dan digunakan sebagai tempat penyimpanan uang serta berlindung bagi orang-orang Belanda. Sedulur yang sedang mengurus administrasi maupun berkunjung ke Balai Kota Surakarta dapat mengunjungi bunker tersebut secara gratis.

ADVERTISEMENT

Kampung Batik Kauman

Wisata Kampung Batik Kauman terletak tidak jauh dari jalan utama Slamet Riyadi dan Jalan Rajiman tepatnya di Jalan Trisula III No.1, Kauman, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Solo. Kampung Batik Kauman menjadi pusat batik tertua di Kota Solo.

Berdasarkan sejarahnya Kampung Kauman dulu merupakan pemukiman para abdi dalem Keraton Kasunanan Surakarta dan hingga saat ini masih mempertahankan budaya atau tradisi membatik. Jika dilihat dan dibandingkan dengan Laweyan, batik-batik di Kauman lebih menampilkan motif atau model standar keraton.

Kampung Batik Kauman terdapat 30 industri batik yang hingga saat ini masih berproduksi. Selama mengunjungi kampung tersebut para pelancong dapat membeli batik dengan berbagai motif dan juga melihat proses pembuatan hingga belajar membatik secara langsung.

Loji Gandrung

Loji Gandrung adalah rumah dinas Walikota Solo. Bangunan yang memiliki luas 3.500 meter persegi tersebut terletak di sebelah Stadion Sriwedari tepatnya di Jalan Slamet Riyadi, Penumping, Kecamatan Laweyan, Kota Solo. Bangunan ini pada mulanya merupakan milik seorang warga berkebangsaan Belanda yang telah didirikan dari tahun 1830.

Loji Gandrung telah menjadi saksi dalam sejumlah peristiwa bersejarah mulai dari menjadi markas bagi penjajah Jepang, digunakan oleh Jendral Gatot Subroto dalam mengatur siasat perang, hingga menjadi tempat istirahat Presiden Soekarno ketika berkunjung ke Solo.

Gedung Djoeang

Gedung Djoeang terletak di Kedung Lumbu, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta, tepatnya di sebelah Beteng Trade Center. Gedung ini dulu didirikan oleh Pemerintahan Hindia Belanda pada tahun 1876 dan selesai pada tahun 1880.

Pada awalnya gedung ini difungsikan sebagai tempat pelayanan terhadap tentara Belanda dan klinik karena letaknya dekat dengan Benteng Vastenburg. Namun, dengan berjalannya waktu gedung tersebut telah beberapa kali mengalami perubahan fungsi mulai digunakan Jepang sebagai markas hingga saat ini dijadikan sebagai tempat wisata.

Keraton Surakarta Hadiningrat

Keraton Surakarta Hadiningrat merupakan sebuah pusat pemerintahan kerajaan Jawa yang telah memerintah selama beberapa abad di wilayah Solo. Keraton ini didirikan oleh Susuhunan Pakubuwono II sebagai pengganti Keraton Kartasura yang hancur karena adanya peristiwa Geger Pecinan pada tahun 1743.

Kompleks Keraton Surakarta Hadiningrat menyimpan berbagai macam peninggalan di masa lalu seperti patung, senjata, pusaka kerajaan, dan sederet bangunan keraton yang masih berdiri tegak hingga saat. Bagi detikers yang berencana berkunjung ke Keraton Surakarta dapat datang di hari selain Jumat. Dengan tiket masuk sebesar Rp10.000.

Puro Mangkunegaran

Kota Solo memiliki istana indah dan megah selain Keraton Surakarta yakni Puro Mangkunegaran. Puro Mangkunegaran cocok menjadi salah satu referensi bagi detikers yang ingin berwisata di Solo sembari belajar sejarah. Ketika berkunjung ke Puro Mangkunegaran, maka kita bisa menyaksikan hamparan halaman yang luas dengan dikelilingi bangunan kuno bergaya Eropa yang berpadu dengan arsitektur gaya Jawa.

Bagi detikers yang berencana berkunjung ke Puro Mangkunegaran dapat datang di hari Senin-Minggu dan hari Sabtu tutup. Harga tiket masuk ke Puro Mangkunegaran juga terbilang cukup terjangkau yakni Rp20.000 dan Rp40.000 untuk wisatawan luar negeri.

Kampung Batik Laweyan

Selain Kampung Batik Kauman, ternyata Kota Solo masih memiliki satu kampung batik lainnya yakni Kampung Batik Laweyan. Kampung dengan luas 24.83 hektare itu memiliki penduduk sebanyak 2.500 dan mayoritas bekerja sebagai pedagang maupun pembuat batik. Keberadaan kampung ini sebagai ikon batik Kota Solo tidak dapat dilepaskan dari peran Sarekat Dagang Islam yang didirikan oleh Haji Samanhudi.

Hingga saat ini Kampung Batik Laweyan telah memiliki 250 motif batik yang telah dipatenkan. Selain sebagai ikon batik di Solo, Kampung Batik Laweyan menawarkan gaya arsitektur yang cukup menarik dengan memadukan gaya Eropa, Jawa, China dan Islam.

Benteng Vastenburg

Benteng Vastenburg adalah salah satu bangunan yang difungsikan sebagai benteng di era pemerintahan kolonial Belanda yang didirikan oleh Gubernur Jenderal Baron Van Imhoff pada tahun 1755-1779. Namun, setelah Indonesia berhasil meraih kemerdekaan Benteng Vastenburg dialihfungsikan sebagai tempat pelatihan TNI dan saat ini dijadikan sebagai tempat untuk menggelar konser, acara festival maupun event lainnya.

Museum Bank Indonesia

Museum yang terletak tidak jauh dari Balai Kota Solo ini sudah dibangun sejak tahun 1867 dan dulunya digunakan sebagai kantor untuk De Javasche Bank Agentschap Soerakarta. Ketika masuk ke museum tersebut, ada mesin cetak uang antik dan arsitektur bangunan yang telah berusia ratusan tahun tersebut dengan ciri khas bangunan Eropa.

Selain itu di museum juga menyediakan berbagai macam saran untuk pendidikan dan juga dapat melihat berbagai macam koleksi uang-uang kuno yang masih tersimpan dengan rapi seperti seri wayang dari gules Hindia Belanda.

Langgar Merdeka

Langgar Merdeka merupakan sebuah bangunan yang saat ini menjadi ikon Laweyan dan diperkirakan didirikan oleh warga keturunan Tiongkok pada tahun 1877. Pada awal pendiriannya, bangunan tersebut digunakan sebagai tempat jual beli ganja. Kemudian karena mengalami penurunan pendapatan akhirnya toko ini bangkrut dan dibeli oleh H. Imam Mashadi dan mengubah toko tersebut menjadi sebuah langgar untuk tempat beribadah.

Langgar Merdeka telah melewati beberapa masa hingga memiliki catatan sejarah yang cukup panjang, hal itu membuat Langgar ini ditetapkan sebagai cagar budaya pada tahun 2012. Melalui penetapan tersebut, maka setiap orang tidak diperkenankan untuk mengubah dan merusak fisik dari bangunan tersebut.

Artikel ini ditulis oleh Noris Roby Setiyawan peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(ams/apl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads