Pelaku Wisata Pantai Congot Sambat soal Jalan Rusak dan Fasilitas

Pelaku Wisata Pantai Congot Sambat soal Jalan Rusak dan Fasilitas

Jalu Rahman Dewantara - detikJateng
Rabu, 04 Jan 2023 12:19 WIB
Suasana di kawasan Pantai Congot, Kulon Progo, DIY, Rabu (4/1/2023).
Suasana di kawasan Pantai Congot, Kulon Progo, DIY, Rabu (4/1/2023). Foto: Jalu Rahman Dewantara/detikJateng
Kulon Progo -

Pelaku wisata di Pantai Congot, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), mengeluhkan minimnya peran pemerintah dalam upaya pengembangan destinasi wisata ini. Padahal, Congot termasuk penyumbang terbesar Pendapatan Asli Derah (PAD) sektor wisata di Kulon Progo.

Pantai Congot terletak di Kalurahan Jangkaran, Kapanewon Temon, Kulon Progo, berbatasan dengan Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Sementara dari pusat Kota Jogja, jarak yang ditempuh untuk bisa ke sini berkisar satu jam perjalanan menggunakan kendaraan bermotor.

Pantai Congot juga dikenal sebagai saudara dekat Pantai Glagah karena letaknya yang bersebelahan. Meski begitu, nasib pantai ini tak semujur tetangganya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pasalnya jalan utama menuju Pantai Congot dalam kondisi rusak imbas proyek pembangunan Jeti atau penangkal banjir Bandara Yogyakarta International Airport (YIA). Bahkan, fasilitas dasar seperti toilet hingga tempat ibadah juga sukar ditemukan di pantai ini.

"Kita harap ada perhatian dari pemerintah ya untuk memberikan fasilitas yang memadai, seperti misalnya akses jalan yang layak, tempat parkir, toilet, dan musala. Kebetulan di sini musala belum ada, toilet pun masih milik pribadi," ungkap Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Jangkaran, Gunadis, saat ditemui wartawan di Pantai Congot, Rabu (4/1/2023).

ADVERTISEMENT

Gunadi menuturkan rusaknya jalan dan minimnya fasilitas wisata di Pantai Congot sudah berlangsung sejak lama. Pelaku wisata setempat pun sudah berupaya melakukan pengembangan wisata secara mandiri tapi tak kunjung membuahkan hasil. Besarnya dana menjadi penyebabnya.

"Karena kami juga ada rencana penataan Pantai Congot, di mana nantinya warung-warung akan direlokasi, dijadikan satu di tempat lain yang agak jauh dari bibir pantai. Sehingga nanti pengunjung yang datang bisa langsung melihat pemandangan laut lepas tanpa terhalang warung," ujarnya.

Karena itulah, lanjut Gunadi peran pemerintah sangat dibutuhkan dalam upaya pengembangan pantai ini. Menurutnya pemerintah tak bisa lepas tangan, karena Pantai Congot termasuk penyumbang terbesar pendapatan asli daerah (PAD) sektor wisata Kulon Progo.

"Kita mohon karena kita di pantai ini sudah ada TPR (Tempat Pemungutan Retribusi) yang tentunya tiap bulan memberikan pemasukan kepada pemerintah, diharapkan hasil pendapatan itu bisa untuk pengembangan Pantai Congot," ucapnya.

Berdasarkan Data Pendapatan Objek Wisata Beretribusi di Kabupaten Kulon Progo, yang dilihat detikJateng dari laman resmi Pemkab Kulon Progo yakni satudata.kulonprogokab.go.id, dijelaskan bahwa rata-rata PAD Kulon Progo berkisar Rp3,5 miliar per tahun.

Dari jumlah itu Pantai Congot telah menyumbangkan sedikitnya Rp 1,06 miliar selama 3 tahun terakhir. Rinciannya Rp 417,7 juta pada 2019; Rp 359 juta pada 2020; dan Rp 292,6 juta pada 2021.

Pantai Congot masuk lima besar penyumbang tertinggi untuk PAD sektor wisata di Kulon Progo. Adapun penyumbang paling besar adalah Pantai Glagah yang setiap tahunnya berkisar Rp 2 miliar.

Selengkapnya di halaman selanjutnya.

Tak Berkembang Selama 50 Tahun

Pemerhati Wisata Pantai Congot, Sarto mengatakan stuck-nya perkembangan Pantai Congot sudah berlangsung puluhan tahun silam. Sebagai warga asli Jangkaran, ia menyebut pantai ini tidak menunjukkan perubahan yang signifikan setidaknya sejak 50 tahun lalu.

"Saya perhatikan dari saya kecil sampai sekarang mungkin hampir 50 tahun, Congot itu tidak ada perkembangan. Padahal saya ingin wilayah Congot bisa berkembang seperti pantai-pantai yang ada di wilayah Kulon Progo, umumnya DIY. Kami sangat iri dengan wisata pantai lain," kata Sarto.

Sarto merasa miris dengan fakta tersebut. Mengingat Congot merupakan pencetus hadirnya wisata pantai di Kulon Progo, tapi justru tidak mendapat perhatian dari pemerintah.

"Padahal Pantai Congot merupakan wisata pantai pertama di Kulon Progo. Jadi harapan saya pemerintah bisa lebih perhatian dalam segi pembangunan, fasilitas, dan infrastruktur jalan yang layak," ucapnya.

Menurutnya pantai ini punya potensi besar untuk menjadi destinasi wisata unggulan di Kulon Progo. Selain menyuguhkan pemandangan laut, pengunjung juga dapat menyaksikan langsung aktivitas nelayan yang bisa dijadikan wisata edukasi.

Kehadiran proyek Jeti dan beroperasi YIA yang terletak di dekat Pantai Congot juga jadi peluang besar untuk mengelola pantai ini menjadi lebih baik lagi.

"Apalagi sekarang sudah ada Pokdarwis untuk mengelola pantai ini. Sehingga pemerintah sangat diharapkan bisa ikut membantu pengembangan pantai," ujarnya.

Tanggapan Pemkab Kulon Progo

Terpisah, Sekretaris Dinas Pariwisata Kulon Progo, Trusta Hendraswara mengatakan pihaknya terus berupaya mengembangkan seluruh destinasi wisata pantai tanpa terkecuali. Hanya saja pada 2023 pengembangan masih berfokus di Pantai Glagah.

"Kalau tahun 2023 ini masih fokus di Glagah, dengan tidak meninggalkan yang lain tapi, secara soft saja (pengembangan pantai lain)," ucap Trusta kepada detikJateng.

Glagah jadi fokus utama pengembangan wisata Kulon Progo karena merupakan destinasi unggulan yang menyedot banyak wisatawan. Hal ini bisa dilihat dari raihan retribusi Glagah yang mencapa lebih dari Rp 2 miliar setiap tahunnya.

"Dan di Pantai Glagah yang jelas tahun ini kan sudah mulai difungsikan plaza kulinernya, harapannya bisa memberikan pelayanan kepada wisatawan dan pengunjung. Selain itu ada pula pembangunan plaza suvenir di sana," jelas Trusta.

Meski demikian, pihaknya tetap memberikan perhatian kepada destinasi sejenis lainnya, seperti Pantai Congot dan Trisik. Rencananya akan ada penataan wisata di dua pantai tersebut meski sifatnya kecil.

"Ada juga nanti penataan tapi masih soft aja. Karena ini kan bertahap ya, jadi perlu menunggu prosesnya," ujarnya.

Halaman 2 dari 2
(rih/sip)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads