Asrinya Situs Candi Sari, Peninggalan Abad 9 di Lereng Merapi Boyolali

Asrinya Situs Candi Sari, Peninggalan Abad 9 di Lereng Merapi Boyolali

Jarmaji - detikJateng
Sabtu, 27 Agu 2022 12:05 WIB
Situs Candi Sari di Desa Gedangan, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Sabtu (27/8/2022).
Situs Candi Sari di Desa Gedangan, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Sabtu (27/8/2022). Foto: Jarmaji/detikJateng
Boyolali -

Di lereng Gunung Merapi sisi timur wilayah Kabupaten Boyolali Jawa Tengah banyak ditemukan situs-situs candi. Salah satunya situs Candi Sari yang diperkirakan merupakan peninggalan dari zaman Mataram Hindu kuno. Berikut kisahnya.

"Situs Candi Sari ini peninggalan sekitar abad 9, zaman Mataram Hindu kuno," kata juru pelihara Candi Sari, Sutrisno, Sabtu (27/8/2022).

Situs Candi Sari berada di Desa Gedangan, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Situs cagar budaya itu berada di puncak sebuah bukit kecil, tak jauh dari pemukiman penduduk.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Situs ini tampak terawat dengan baik. Komplek candinya terlihat bersih dan asri. Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jateng juga menugaskan juru pelihara untuk merawat benda cagar budaya itu agar tidak rusak.

Di sekililing situs, di samping kiri dan belakangnya, dimanfaatkan warga untuk lahan pertanian. Meski berada di puncak bukit, lokasinya mudah dijangkau karena bukitnya juga tidak terlalu tinggi.

ADVERTISEMENT

Di pojok kanan belakang situs tersebut terdapat papan informasi yang menjelaskan tentang Candi Sari. Disebutkan dalam papan informasi itu bahwa Candi Sari sekarang hanya tersisa pondasinya serta beberapa peninggalan masa Hindu-Buddha.

Di atas pondasi itu terdapat empat batu andesit berbentuk seperti ratna di setiap sudutnya. Selain itu, ada satu buah Lingga semu di atas seperti lapik arca yang diletakkan di tengah pondasi.

Candi Sari Cepogo disebut-sebut bernafaskan agama Hindu karena adanya benda purbakala peninggalan masa Hindu-Buddha. Benda itu berupa satu yoni dan satu buah arca Nandi tanpa kepala yang merupakan wahana atau kendaraan Dewa Siwa.

Sutrisno menjelaskan, situs Candi Sari ditemukan sejak zaman pemerintahan Belanda atau sekitar tahun 1915. Saat ditemukan, kondisi batu-batuan candinya berserakan.

"Arca-arca yang masih bagus masih disimpan di Muskala Semarang, sebagian di kantor BPCB Prambanan. Masalahnya ini kan tempatnya terbuka, penjagaannya tidak 24 jam, jadi menghindari risiko-risiko kehilangan, biar nggak hilang, itu yang bagus-bagus memang diamankan," jelasnya.

Menurut Sutrisno, BPCB Jateng menempatkan juru pelihara di situs Candi Sari sejak sekitar tahun 1976. Sehingga situs purbakala ini terawat dengan baik. Saat terjadi letusan gunung Merapi, batuan situs itu ditutup plastik atau terpal agar tidak rusak karena abu vulkanis.

Pemeliharaan dilakukan agar situs dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dan pengunjung, baik untuk keperluan pendidikan sejarah, kegiatan wisata, dan tempat peribadatan umat Hindu.

"Sering (dikunjungi), sebelum pandemi COVID-19 itu sebulan bisa 2.000 lebih (pengunjung). Setelah COVID berkurang, tapi setelah ada pelonggaran (kegiatan masyarakat) ini sudah ada kenaikan lagi. Sebulan itu ada 600-1.000 pengunjung," imbuh Sutrisno.

Sutrisno menambahkan, sering juga ada juga pengunjung dari umat Hindu yang bertujuan untuk melaksanakan peribadatan.

Lokasi Candi Sari yang berada di wilayah Gunung Merapi sisi timur ini memang menyuguhkan pemandangan yang indah. Dari tempat tersebut, jika cuaca cerah kita dapat menyaksikan gagahnya Gunung Merapi dan Merbabu.

"Pengunjung disini gratis, tidak dipungut biaya retribusi," pungkas Sutrisno.




(dil/aku)


Hide Ads