Asal-usul Prambanan, Menerka Sejarahnya dari Prasasti Siwagrha

Asal-usul Prambanan, Menerka Sejarahnya dari Prasasti Siwagrha

Tim detikJateng - detikJateng
Jumat, 08 Jul 2022 13:46 WIB
Taman Wisata Candi Prambanan menutup kunjung wisata pada akhir pekan ini. Penutupan dilakukan guna menekan laju kasus COVID-19 di Yogyakarta.
Candi Prambanan. Foto: ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah
Solo -

Kompleks Candi Prambanan terletak di tepi Jalan Solo-Jogja Km 16. Tepatnya di wilayah Desa Karangasem, Kelurahan Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Berdasarkan sedikit prasasti yang menginformasikan tentang masa keemasan kerajaan di Jawa Tengah, para peneliti dapat mengira-ngira bahwa masa jayanya berada pada sekitar abad abad 8-10 Masehi.

"Kemungkinan dibangun oleh Raja Balitung. Selanjutnya belum ada informasi lain yang menceritakan tentang kerajaan di Jawa Tengah," tulis Maulana Ibrahim dalam buku Kompleks Candi Prambanan dari Masa ke Masa (Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala, 1996:1), dikutip pada Jumat (8/7/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ditinjau dari pembagian letaknya, kompleks Candi Prambanan dibagi dalam satu konsep. Yaitu, Candi Siwa sebagai candi utama atau pusat pemujaan, dengan area Siwa Mahagaru sebagai area utamanya.

Hal itu sesuai dengan pemberitaan dalam Prasasti Siwagrha berangka tahun 856 M yang dikeluarkan oleh Rakai Pikatan. Prasasti Siwagrha yang tidak diketahui asalnya itu kini tersimpan di Museum Nasional Jakarta.

ADVERTISEMENT

Prasasti itu memuat peristiwa-peristiwa sejarah yang penting dari pertengahan abad IX Masehi. Yakni, tentang peperangan antara Balaputra Dewa dari keluarga Cailendra melawan Rakai Pikatan dari keluarga Sanjaya.

Pertempuran itu berlangsung di dataran tinggi Ratu Boko. Balaputra dikalahkan secara mutlak, kemudian melarikan diri ke Sumatra. Konsolidasi keluarga Rakai Pikatan itu kemudian menjadi permulaan dari masa baru.

"Untuk memperingati itu perlu diresmikan dengan pembangunan suatu gugusan candi yang besar, sayangnya uraian pembangunan candi seperti yang disebutkan itu tidak jelas" (Ibrahim, 1996:3).

Menurut JG (Hans) de Casparis, filolog asal Belanda, prasasti itu menyebutkan setelah keadaan damai sang raja menyuruh membangun sebuah dharmma. Dharma ini mungkin berarti gugusan candi seluruhnya, sesuai penafsiran Casparis.

Selanjutnya diceritakan pada Kamis Wage tanggal 11 bulan Margasirsa tahun Caka 778 atau 856 M selesai dan diresmikan area dewanya. Setelah kuil Siwa (Siwalaya) itu selesai dengan kemegahannya yang menakjubkan, dialihkanlah aliran sungai sehingga airnya menyusuri sisi-sisi halaman candinya.

Kemudian, diresmikan juga tanah yang menjadi batas-batas percandian itu dan ditetapkan pula sawah-sawah yang menjadi "swab dharmma" bagi kuil Siwa itu (Ciwaghra).

Gambaran tentang gugusan candi seperti yang disebut di dalam prasasti Siwagraha, menurut Maulana Ibrahim, dapat dibandingkan dengan kompleks Candi Lara Jonggrang di Prambanan.

Memang, gugusan candi yang bangunan pusatnya dipagari dengan tembok keliling dan dikelilingi oleh deretan candi-candi perwara yang disusun bersaf hanya Candi Prambanan.

Adapun keterangan tentang gugusan candi yang terletak di dekat sungai itu mengingatkan pada gugusan Candi Prambanan dengan Sungai Opak di sebelah baratnya. Jika ditinjau dari jarak antara Sungai Opak dan gugusan candi ini, dan pembelokan arahnya, terletak di antara Desa Kelurak dan Bogem.




(dil/rih)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads