Saran Sangha Theravada Indonesia soal Polemik Tiket Borobudur Rp 750 Ribu

Round-Up

Saran Sangha Theravada Indonesia soal Polemik Tiket Borobudur Rp 750 Ribu

Tim detikJateng - detikJateng
Selasa, 07 Jun 2022 07:33 WIB
MAGELANG, CENTRAL JAVA, INDONESIA - MAY 07: A view of empty Borobudur temple as its closed for public, following the Council of Buddhist Communities (Walubi) has called on Buddhists to worship at home and has prohibited any public processions at the temples to curb the spread of the coronavirus on May 7, 2020 in Magelang, Central Java, Indonesia. In the Borobudur and Mendut Buddhist temple where large services normally take place annually, thousands of Buddhist monks and followers would have lined up at the venue, and makes it the most visited tourist attraction in Indonesia. The stages of life of Buddhisms founder, Gautama Buddha, which are celebrated at Vesak are his birth, enlightenment to Nirvana, and his passing (Parinirvana). Indonesia is struggling to contain hundreds of new daily cases of coronavirus, officials have so far confirmed over 12,500 cases of COVID-19 in the country with at least 930 recorded fatalities. The coronavirus (COVID-19) pandemic has spread to at least 200 countries and territories around the world, claiming over 250,000 lives and infecting over 3.6 million. (Photo by Ulet Ifansasti/Getty Images)
Candi Borobudur. (Foto: Getty Images/Ulet Ifansasti)
Solo -

Rencana tarif Rp 750 ribu untuk naik ke Candi Borobudur membuat resah umat Buddha karena dinilai terlalu mahal. Kepala Sangha Theravada Indonesia, Bhikkhu Sri Pannyavaro Mahathera, memberikan usulan.

Ia mengusulkan jika kenaikan tarif tersebut dimaksudkan untuk konservasi dan pengunjung yang naik dibatasi 1.200 orang per hari, maka bisa dibatasi melalui pendaftaran online. Sehingga tidak hanya yang berduit saja yang bisa naik ke Candi Borobudur.

"Kalau pada hari itu kuota sudah penuh, dimohon saja naik pada hari berikutnya atau hari yang lain. Kalau pengunjung tidak mau atau tidak bisa naik pada hari lain, ya sudah. Apalagi pendaftaran bisa dilakukan melalui online," jelas Bhikkhu Sri Pannavaro dalam keterangan yang diperoleh detikJateng, Senin (6/6).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tetapi, jangan hanya yang punya uang saja yang boleh naik, atau dengan jalan lain harus menjadi bhiksu dulu, atau kembali menjadi murid sekolah, tentu hal ini sangat tidak mungkin," lanjutnya.

Bhikkhu Sri Pannavaro Mahathera khawatir jika tarif benar-benar dinaikkan menjadi Rp 750 ribu, umat Buddha pedesaan yang berada cukup banyak di Jawa Tengah yang merupakan 'rakyat kecil' bakal kesulitan ke Candi Borobudur karena harga tiket itu dirasa mahal.

ADVERTISEMENT

"Rakyat kecil (umat Buddha pedesaan yang berada cukup banyak di Jawa Tengah) sampai meninggal dunia pun tentu tidak akan mampu naik ke atas candi untuk melakukan puja atau pradaksina karena harus membayar biaya yang sangat mahal bagi mereka: Rp 750 ribu per orang," kata

Menurutnya, daripada tarif naik candi dinaikkan, lebih baik umat Buddha bersabar menunggu antrean untuk bisa naik Candi Borobudur. "Biarlah umat Buddha sabar menanti antrean bisa naik ke atas candi kita sendiri. Seperti halnya saudara-saudara muslim yang juga sabar menanti antrean naik haji sampai beberapa tahun," kata Bhikkhu Sri Pannavaro.

"Semoga usulan ini berkenan untuk diperhatikan oleh para pihak yang berwenang membuat keputusan-keputusan perihal regulasi Candi Borobudur," pungkasnya.

+++

Kamu punya kesan yang tak terlupakan saat mengunjungi Jawa Tengah dan DIY, jangan lewatkan untuk menyampaikannya di program Giveaway Serentak. Hadiahnya: uang tunai senilai total Rp 30 juta plus plus.

Segera gabung! Kamu hanya perlu menuliskan kesan-kesanmu itu di kolom komentar artikel ini.

Yuk, ajak juga teman-temanmu!




(aku/aku)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads